Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pramono Dwi Susetyo
Pensiunan

Pemerhati masalah kehutanan; penulis buku

Daya Dukung dan Tampung Pulau Jawa Mencemaskan

Kompas.com - 08/08/2023, 15:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Di sisi lain hutan di Jawa harus menjalankan fungsi ekonomi terhadap negara dan Perum Perhutani melalui produksi hasil hutan.

Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana hutan di Pulau Jawa menjalankan ketiga fungsi tersebut?

Dari aspek biofisik, berdasarkan geografisnya sekaligus keanekaragaman hayati yang direpresentasikan dari kawasan lindung yang terdiri dari hutan konservasi dan hutan lindung luasnya hanya mencapai 811.259 hektare atau 6,25 persen luas total P. Jawa.

Luas kawasan tersebut sangat tidak memadai sebagai perlindungan ekologis dan hidrologis untuk daerah di bawahnya dan daerah hilir.

Di samping itu, kawasan lindung ini juga belum tentu semuanya mempunyai tutupan hutan (forest coverage) yang masih utuh.

Dari aspek daya dukung dan daya tampung lingkungan, terkait dengan jumlah populasi penduduk setiap kilometer persegi atau setiap hektare jelas penduduk di Pulau Jawa telah melampaui/di atas ambang batas daya dukung atau daya tampung lingkungan.

Dengan kepadatan penduduk sebesar 1.317 jiwa/kilometer persegi, pulau ini juga menjadi salah satu pulau di dunia yang paling dipadati penduduk.

Dari perhitungan CCR (carrying capacity ratio) untuk pangan ternyata nilainya lebih kecil/kurang dari 1. Artinya untuk kepentingan meningkatkan produktifitas pangan, lahan-lahan di Jawa sudah tidak dapat lagi dilakukan dengan cara ekstensifikasi (perluasan kawasan lahan untuk pangan).

Dari aspek karakterisrik DAS, Pulau Jawa adalah pulau dengan topografi berbukit dan bergunung-gunung yang terjal dan curum karena banyak gunung berapi aktif yang lahannya sangat subur. Sehingga daerah hulu pun lahannya dapat diolah untuk tanaman pertanian.

Pada DAS utama seperti DAS Solo, DAS Brantas, DAS Citanduy dan DAS Citarum bentuk DAS-nya adalah panjang dan menyempit.

Masalahnya adalah berapa luas kecukupan hutan dan tutupan hutan di Pulau Jawa yang dibutuhkan?

Bagaimana cara dan rumus menghitungnya apabila empat faktor yang mendukungnya sudah dapat dianalisis dan diketahui nilai variabelnya?

Apa yang dimaksud dengan sebaran yang bersifat proporsional itu? Apakah masing-masing DAS yang mendukung dan terletak di Pulau Jawa dihitung satu per satu, lalu akumulasi dari semua DAS tersebut menjadi luas kecukupan hutan dan tutupan hutan yang ada di Pulau Jawa?

Mestinya, KLHK memprioritaskan penghitungan dan menetapkan lebih dahulu luas kecukupan hutan dan tutupan hutan di Pulau Jawa agar ada kepastian penggunaan lahannya (tata ruangnya).

Dugaan saya, dengan luas kawasan lindung yang hanya 6,25 persen saja, luas kecukupan kawasan hutan dan tutupan hutan di Pulau Jawa masih sangat kurang. Kurangnya berapa, kita tunggu saja perhitungan dan penetapan KLHK nanti.

Kesimpulannya adalah hutan di Pulau Jawa masih sangat dibutuhkan khususnya dalam menjaga dan melindungi keseimbangan ekologis dan hidrologis bagi daerah di bawahnya dan daerah hilir.

Dengan luas kawasan lindung yang hanya 6,25 persen, sudah seharusnya ada upaya peningkatan jumlah tutupan hutan khususnya pada daerah hulu.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com