KOMPAS.com – Luas hutan di seluruh dunia semakin hari semakin menyusut. Deforestasi atau penggundulan hutan terus saja terjadi.
Sejak 1990, 420 juta hektare hutan hilang akibat berbagai aktivitas manusia, termasuk pembukaan lahan untuk pertanian, perkebunan, pertambangan, dan penebangan.
Jika diperbandingkan, luas hutan yang hilang tersebut hampir setara dengan 5,8 miliar lapangan sepak bola yang masing-masing luasnya 7.140 meter persegi
Baca juga: Tambang Nikel dan Dampak Deforestasi
Pada 2020, luas tutupan hutan tinggal mencakup sekitar 31 persen dari total luas daratan dunia. Meskipun laju deforestasi menurun selama 30 tahun terakhir, masih ada ribuan hektare yang hilang setiap harinya.
September 2022 tercatat dalam sejarah sebagai bulan yang memecahkan rekor deforestasi di Amazon, hutan hujan terbesar dan terpenting di dunia.
Berikut adalah tujuh fakta deforestasi terkini dan mengapa semakin perlu untuk melindungi hutan, sebagaimana dilansir Earth.org.
Baca juga: Pemerintah Janji Bereskan Masalah Deforestasi Hutan Rawa Singkil Aceh
Dunia kehilangan 10 juta hektare hutan setiap tahunnya. Pepohonan di dalam hutan dibabat untuk berbagai keperluan mulai dari penambangan, perkebunan, dan lain-lain.
Mayoritas deforestasi, yakni sekitar 96 persen, terjadi di hutan tropis.
Salah satu fakta deforestasi yang paling mencengangkan adalah hilangnya hutan mengeluarkan 4,8 miliar ton karbon dioksida ke atmosfer setiap tahunnya.
Jumlah tersebut setara dengan hampir 10 persen emisi manusia setiap tahunnya.
Para peneliti NASA menyebutkan, deforestasi yang terjadi di Kalimantan secara cepat berkontribusi terhadap peningkatan emisi karbon global secara cepat pula.
3,75 juta hektare hutan hujan tropis primer hilang pada 2021 saja. Ini menghasilkan 2,5 miliar ton emisi karbon dioksida.
Baca juga: Laju Deforestasi Indonesia Turun 8,4 Persen, Luasannya 104.000 Hektar
Industri minyak sawit bertanggung jawab atas sejumlah besar deforestasi di seluruh dunia. Minyak kelapa sawit digunakan di lebih dari dua pertiga produk makanan dikonsumsi manusia setiap harinya.
Minyak sawit digunakan untuk berbagai hal mulai dari minyak sayur, cokelat, biskuit, serta produk rumah tangga lainnya seperti sabun dan sampo.
Untuk memenuhi permintaan, luas hutan setara 300 lapangan sepak bola dibuka setiap jamnya dan diganti dengan perkebunan sawit.
Brasil dan Indonesia menyumbang hampir separuh deforestasi hutan tropis. Bahkan, sepertiga deforestasi hutan tropis terjadi di Brasil saja. Itu sekitar 1,7 juta hektare setiap tahun.
Brasil dan Indonesia adalah negara dengan hutan tropis terbesar dan beraneka ragam di dunia.
Hilangnya hutan turut memengaruhi keanekaragaman hayati. Populasi sejumlah hewan yang diamati telah mengalami penurunan rata-rata 68 persen.
Di Pulau Kalimantan, orangutan yang terancam punah kehilangan hampir 80 persen populasinya dalam 50 tahun terakhir.
Baca juga: Data Penurunan Laju Deforestasi di Indonesia Diragukan
Selain dijadikan bahan baku untuk tahu, susu, dan berbagai makanan lain, kedelai banyak digunakan sebagai pakan ternak untuk mengejar produksi daging yang sangat besar.
Di dunia, 77 persen produksi kedelai diserap menjadi pakan ternak. Hanya 19,2 persen saja yang diolah menjadi produk untuk manusia.
Secara global, kedelai bertanggung jawab atas sekitar 12 persen deforestasi.
Total luas lahan yang digunakan untuk menanam kedelai menempati area gabungan dari Belanda, Belgia, Perancis, dan Jerman.
Mencari sumber pakan ternak alternatif dan mengurangi konsumsi daging secara global dapat menurunkan laju deforestasi secara signifikan.
Salah satu fakta deforestasi yang paling mengejutkan dalam beberapa tahun terakhir adalah bahwa Amazon mengeluarkan karbon dioksida dalam jumlah yang lebih besar daripada yang diserapnya.
Fenomena tersebut merupakan akibat dari deforestasi, kebakaran hutan, dan perubahan iklim.
Penggundulan hutan di Amazon timur menyebabkan tingginya suhu udara dan kelembaban terutama selama musim kemarau. Situasi tersebut membuat hutan lebih rentan terhadap kebakaran hutan.
Pada gilirannya, kebakaran hutan mengeluarkan karbon dioksida tiga kali lebih banyak daripada yang dapat diserap hutan.
Baca juga: Deforestasi Indonesia Capai 113.534 Hektare, Turun 8,33 Persen
Sebuah analisis tahun 2020 menemukan, lebih dari setengah dari 100 perusahaan kayu dan pulp tropis paling signifikan gagal berkomitmen untuk melindungi keanekaragaman hayati.
Selain itu, 44 persen dari semua perusahaan tersebut belum secara terbuka berkomitmen terhadap netralitas deforestasi atau net zero deforestation.
Net zero deforestation adalah kondisi di mana laju deforestasi sama dengan laju reboisasi atau penanaman kembali.
Dari sejumlah perusahaan yang sudah berjanji mencapai net zero deforestation pada 2020, hanya delapan perusahaan yang benar-benar menerapkan praktik pengelolaan hutan dan penggunaan lahan secara komprehensif.
Akan tetapi, belum ada satu pun perusahaan yang berjanji tersebut berhasil mencapai net zero deforestation.
Baca juga: RGE Bantah Tudingan Deforestasi dalam Rantai Pasok
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya