Selama pelaksanaan Africa Climate Summit, pemerintah internasional, bank pembangunan, investor swasta, dan sejumlah filantropi berkomitmen mengalirkan dana dengan total 23 miliar dollar AS untuk proyek-proyek ramah lingkungan.
Akan tetapi, para pemimpin Afrika mengakui bahwa investasi semacam itu hanya memenuhi kebutuhan keuangan “Benua Hitam” sehingga perlu perubahan yang lebih sistemik.
Baca juga: 60.000 Hektare Lahan Mangrove Sulawesi Selatan Berpotensi Masuk Perdagangan Karbon Dunia
Penasihat senior di badan amal Christian Aid Joab Bwire Okanda menyambut baik seruan untuk menerapkan pajak karbon global.
Dia menyampaikan, penerapan pajak karbon perlu seiring sejalan dengan penghapusan karbon kredit agar penghasil emisi GRK benar-benar membayar biaya lingkungan.
“Solusi palsu seperti karbon kredit yang memberikan kebebasan bagi para pencemar tanpa mengambil tindakan berarti harus dibuang ke tempat sampah,” ujarnya.
Baca juga: Perdagangan Karbon: Pengertian, Tujuan, dan Manfaat
Karbon kredit memungkinkan pihak-pihak penghasil emisi GRK mengimbangi karbon yang dilepaskannya dengan mendanai kegiatan ramah lingkungan.
Para aktivis lingkungan berpendapat, karbon kredit hanyalah menjadi dalih bagi pencemar untuk terus mengeluarkan emisi GRK.
Beberapa pengunjuk rasa dilaporkan melakukan demonstrasi di luar Africa Climate Summit menentang rencana Afrika untuk menjual karbon kredit ke negara-negara asing.
Beberapa perusahaan dan negara asing sejuh ini memberikan komitmen ratusan juta dollar AS dalam pembelian karbon kredit dari Inisiatif Pasar Karbon Afrika (ACMI).
Baca juga: Perlunya Transparansi Radikal untuk Pasar Karbon Sukarela
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya