Puntung rokok adalah salah satu sampah yang paling sering ditemukan di berbagai tempat. Dalam setahun, ada sekitar 5 triliun batang rokok yang dikonsumsi di seluruh dunia.
Sebagian besar dari puntung rokok dibuang begitu saja di berbagai tempat, kemudian terbawa ke saluran pembuangan air saat hujam dan berakhir ke laut atau saluran air lainnya.
Filter rokok sebagai puntung mengandung plastik selulosa asetat yang terurai sangat lambat.
Kain nilon sering digunakan untuk perlengkapan olahraga seperti kaus dan celana pendek.
Kain nilon juga ditemukan pada perlengkapan seni dan kerajinan. Sering dibuang ke tempat sampah, material ini membutuhkan waktu puluhan tahun untuk terurai.
Baca juga: Dukung Ekonomi Sirkular, Kemenkeu Resmikan Program Pengelolaan Sampah
Kaleng aluminium baru mulai terurai setelah 80 hingga 100 tahun dan baru akan terurai sempurna setelah beberapa abad.
Meski demikian, sampah kaleng aluminium memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, sehingga menjadikannya salah satu sampah yang banyak didaur ulang.
Tisu basah menjadi andalan untuk menghilangkan riasan dengan cepat, mengganti popok bayi, dan membersihkan rumah dengan mudah.
Masalahnya, tisu basah terbuat dari bahan-bahan plastik poliester yang hampir tidak bisa dihancurkan.
Bahan-bahan tersebut membutuhkan waktu 100 tahun alias satu abad untuk terurai setelah dibuang ke tempat sampah atau dibuang ke toilet.
Baca juga: Potret Sampah 6 Kota, Ini Paparan Litbang Kompas dan Net Zero Waste Management Consortium
Tidak seperti wol dan katun alami, kain sintetis seperti lycra dan poliester membutuhkan waktu berabad-abad untuk terurai.
Sebagian besar limbah fesyen dapat disumbangkan atau digunakan kembali menjadi barang-barang seperti tempat tidur anjing atau kain pembersih daripada dibuang ke tempat sampah.
Sedotan plastik pada dasarnya tidak diperlukan bagi kebanyakan orang dan jarang dibuang ke tempat daur ulang.
Oleh karenanya, sedotan plastik menjadi target utama para aktivis lingkungan. Sedotan plastik dapat bertahan di bumi selama dua abad setelah terbuang.
Baca juga: Ozon Bisa Jadi Solusi Kurangi Sampah Makanan di Indonesia
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya