Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Misinformasi Perubahan Iklim di YouTube, Pembuatnya Punya Strategi Baru

Kompas.com - 20/01/2024, 12:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Seiring dengan kemajuan teknologi informasi, penyebaran misinformasi atau informasi sesat turut semakin meningkat, termasuk di media sosial.

Penyebaran misinformasi tak sebatas hanya pada satu topik tertensu seperti politik, melainkan meluas hingga semua topik, termasuk isu perubahan iklim.

Berbagai platform media sosial menjadi sasaran empuk penyebaran misinformasi perubahan iklim, tak terkecuali YouTube.

Baca juga: Perubahan Iklim Timbulkan Risiko Bobot Bayi Baru Lahir Tak Normal

Baru-baru ini, lembaga nonprofit Center for Countering Digital Hate (CCDH) melakukan analisis terhadap penyebaran ribuan video misinformasi YouTube.

Bedasarkan temuan CCDH ada banyak sekali misinformasi dan pernyataan yang salah di video YouTube, sebagaimana dilasnir CNN, Rabu (17/1/2024).

Selain itu, menurut analisis CCDH, ada perubahan besar dari strategi para penyangkal perubahan iklim dalam beberapa tahun terakhir.

Dahulu para penyangkal perubahan iklim langsung menolak perubahan iklim dan mengecapnya sebagai tipuan atau penipuan, atau mengeklaim bahwa manusia tidak bertanggung jawab atas perubahan iklim.

Kini, banyak penyangkal perubahan iklim beralih ke pendekatan lain, yaitu pendekatan yang berupaya melemahkan ilmu pengetahuan tentang iklim, meragukan solusi iklim, dan bahkan menyebut pemanasan global tidaklah berbahaya.

Baca juga: Perubahan Iklim dan AI Jadi Ancaman Pembangunan Global

CCDH menyebutkan, selama lima tahun terakhir, terjadi peningkatan strategi yang baru tersebut secara signifikan selama lima hari.

Analisis dari lembaga tersebut juga menunjukkan, perubahan narasi yang baru itu juga dapat membantu pembuat video menghindari larangan platfotm YouTube untuk memonetisasi penolakan iklim.

Para peneliti CCDH mengumpulkan transkrip dari lebih dari 12.000 video yang diunggah antara 2018 hingga 2023 di 96 saluran YouTube yang mempromosikan penolakan iklim dan misinformasi.

Transkripnya dianalisis oleh kecerdasan buatan untuk mengkategorikan narasi penolakan iklim yang digunakan sebagai "penyangkalan lama" atau "penyangkalan baru".

Konten "penyangkalan baru" kini mencapai 70 persen dari seluruh klaim penolakan iklim yang diunggah di YouTube, naik dari 35 persen pada 2018.

Baca juga: Masyarakat Pesisir Paling Rentan Terdampak Perubahan Iklim

CEO dan pendiri CCDH Imran Ahmed mengatakan, perubahan strategi dari penyangkal iklim tersebut juga merupakan manifestasi dari kemenangan wacana perubahan iklim.

"Gerakan iklim telah memenangkan argumen bahwa perubahan iklim itu nyata dan merusak ekosistem planet kita," kata Ahmed kepada CNN.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Kompleksitas Sawit di Tesso Nilo adalah Buah Ketidaktegasan Pemerintah
Kompleksitas Sawit di Tesso Nilo adalah Buah Ketidaktegasan Pemerintah
Pemerintah
Komisi Eropa Berencana Batalkan Penyusunan Regulasi Anti-Greenwashing
Komisi Eropa Berencana Batalkan Penyusunan Regulasi Anti-Greenwashing
Pemerintah
Lawan Krisis Iklim, BRIN Genjot Pemuliaan Tanaman Buah Pakai Speed Breeding
Lawan Krisis Iklim, BRIN Genjot Pemuliaan Tanaman Buah Pakai Speed Breeding
Pemerintah
APP Group Raih Penghargaan Perusahaan Budaya Kerja dan Komitmen Lingkungan Kuat
APP Group Raih Penghargaan Perusahaan Budaya Kerja dan Komitmen Lingkungan Kuat
Swasta
Riset: Green Roof Kurangi Mikroplastik di Udara hingga 97,5 Persen
Riset: Green Roof Kurangi Mikroplastik di Udara hingga 97,5 Persen
LSM/Figur
Jual Bagian Tubuh Satwa Dilindungi, Pria di Gresik Terancam 15 Tahun Penjara
Jual Bagian Tubuh Satwa Dilindungi, Pria di Gresik Terancam 15 Tahun Penjara
Pemerintah
Program Dospulkam, Dosen IPB Ajarkan Konsep Kemiskinan dan Kesejahteraan ke Santri
Program Dospulkam, Dosen IPB Ajarkan Konsep Kemiskinan dan Kesejahteraan ke Santri
Pemerintah
Pantai Bisa Jadi Kelas Alam, Tempat Belajar Keragaman Burung Laut
Pantai Bisa Jadi Kelas Alam, Tempat Belajar Keragaman Burung Laut
LSM/Figur
Bagaimana agar Jakarta Bebas Sampah? Ibu Rumah Tangga dan Abang Ojol Beri Saran
Bagaimana agar Jakarta Bebas Sampah? Ibu Rumah Tangga dan Abang Ojol Beri Saran
LSM/Figur
Jaga Bumi lewat Inovasi Cetak, Ini Kisah Praktik Keberlanjutan Pandawa 24 Jam
Jaga Bumi lewat Inovasi Cetak, Ini Kisah Praktik Keberlanjutan Pandawa 24 Jam
LSM/Figur
Pembangunan Sembarangan di Luar Kawasan Lindung Ancam Biodiversitas
Pembangunan Sembarangan di Luar Kawasan Lindung Ancam Biodiversitas
LSM/Figur
Kelola Kotoran Ternak Jadi Biogas Bisa Kurangi Emisi hingga 80 Persen
Kelola Kotoran Ternak Jadi Biogas Bisa Kurangi Emisi hingga 80 Persen
LSM/Figur
DEN Minim Perempuan, Kebijakan Energi Bisa Luput dari Kebutuhan Nyata
DEN Minim Perempuan, Kebijakan Energi Bisa Luput dari Kebutuhan Nyata
LSM/Figur
Ditambang, Pulau Citlim yang Cuma 22,94 Kilometer Persegi Rusak Parah
Ditambang, Pulau Citlim yang Cuma 22,94 Kilometer Persegi Rusak Parah
Pemerintah
Kemarau tetapi Hujan, BMKG Minta Petani Cerdas Kelola Air
Kemarau tetapi Hujan, BMKG Minta Petani Cerdas Kelola Air
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau