Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Antonius Aditantyo Nugroho
Peneliti

Antonius Aditantyo Nugroho adalah Peneliti Divisi Tata Kelola Lingkungan Hidup dan Keadilan Iklim di ICEL. Riset dan kerja Tyo berfokus pada isu peradilan hijau, tata kelola dan pengawasan lingkungan hidup, serta keanekaragaman hayati.

Pemilu 2024: Suara untuk Lingkungan Hidup

Kompas.com - 02/02/2024, 10:47 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

NEGARA demokrasi memiliki performa perlindungan lingkungan hidup yang lebih baik dibandingkan dengan negara non-demokrasi atau pun autokrasi (Fiorino, 2018).

Sayangnya, narasi Pemilu 2024 yang ada saat ini luput menjadikan isu lingkungan hidup maupun perubahan iklim sebagai isu sentral dan masih disandingkan sebagai pelengkap isu pertumbuhan ekonomi.

Minimnya perhatian terhadap isu lingkungan tergambar dari kualitas debat keempat calon wakil presiden yang dilangsungkan pada 21 Januari 2023, yang hanya menjadi ajang lempar jargon dan political entertainment bagi para calon wakil presiden.

Menjawab tantangan lingkungan dan politik terkini, maka penting untuk mengedepankan demokrasi lingkungan dalam perhelatan Pemilu 2024.

Memaknai demokrasi lingkungan

Demokrasi dalam konteks ‘kebebasan’ kerap dipertentangkan dengan isu lingkungan hidup, yaitu saat “suara mayoritas” kemudian memegang kendali.

Menilik kondisi bangsa saat ini, kita dapat menyaksikan bagaimana demokrasi menjadi semu, dengan mengatasnamakan pertumbuhan ekonomi, kemudian menekuk hukum lingkungan.

Berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan disusun dengan mengabaikan partisipasi yang bermakna kemudian menerobos instrumen perlindungan lingkungan hidup.

Alhasil, lingkungan hidup dan seisinya menjadi korban dari kondisi hukum dan demokrasi, termasuk masyarakat yang ada di dalamnya.

Oleh karenanya, dekonstruksi makna dari demokrasi lingkungan menjadi penting dalam perhelatan Pemilu 2024 untuk menjadi batu uji dalam menganalisis visi, misi, dan program dari calon pimpinan eksekutif maupun legislatif.

Walau kebebasan merupakan faktor penting dalam demokrasi, pemaknaannya sebagai semata-mata “kebebasan manusia” menjadikan demokrasi menjadi sangat antroposentrik.

Konsekuensinya, proses untuk melindungi lingkungan lewat proses demokratis akan gagal saat masyarakat tidak memprioritaskan perlindungan lingkungan.

Dengan demikian, demokrasi lingkungan perlu untuk mengakomodasi, bahkan menjadikan sentral, kebebasan dari lingkungan hidup, termasuk di dalamnya manusia, makhluk lainnya di samping manusia seperti binatang, tumbuhan, air, batu, dan lainnya; serta generasi yang akan datang.

Inilah yang disebut sebagai demokrasi lingkungan, di mana lingkungan dan generasi yang akan datang tidak hanya dipandang sebagai penunjang kehidupan manusia saat ini, namun benar-benar dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, terutama keputusan politik, dan kebijakan pembangunan.

Kepentingan ekologis dalam pembangunan

Demokrasi lingkungan yang menjiwai kepentingan ekologis melihat bahwa sumber daya alam dan lingkungan hidup memiliki fungsi bagi ekosistem yang tidak dapat tergantikan oleh sumber daya manusia.

Oleh karenanya, penting untuk menggunakan seminimal mungkin sumber daya alam dan lingkungan hidup agar generasi masa depan dapat menikmatinya dalam kuantitas dan kualitas yang sama dinikmati oleh generasi masa kini. Ini disebut sebagai paradigma keberlanjutan yang kuat (strong sustainability).

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang


Terkini Lainnya

Perum Perhutani Bakal Tanam 24 Juta Pohon

Perum Perhutani Bakal Tanam 24 Juta Pohon

Pemerintah
Peneliti BRIN Kembangkan Bahan Bakar Pesawat Berbahan Minyak Kelapa

Peneliti BRIN Kembangkan Bahan Bakar Pesawat Berbahan Minyak Kelapa

Pemerintah
Inggris Janjikan Dana Iklim 2 Miliar Poundsterling untuk Negara Berpendapatan Rendah

Inggris Janjikan Dana Iklim 2 Miliar Poundsterling untuk Negara Berpendapatan Rendah

Pemerintah
Jembatani Keterbatasan lewat Kesetaraan Pendidikan, MMSGI Bantu Akses Pendidikan di Desa-desa Kaltim

Jembatani Keterbatasan lewat Kesetaraan Pendidikan, MMSGI Bantu Akses Pendidikan di Desa-desa Kaltim

Swasta
InJourney dan RBF Dorong Inisiatif Pertanian Berkelanjutan di Prambanan Jateng

InJourney dan RBF Dorong Inisiatif Pertanian Berkelanjutan di Prambanan Jateng

BUMN
NASA Investasi 11,5 Juta Dollar AS untuk Rancang Pesawat Rendah Emisi

NASA Investasi 11,5 Juta Dollar AS untuk Rancang Pesawat Rendah Emisi

Pemerintah
Perempuan Berperan Penting Atasi Perubahan Iklim, Penggerak Solusi Inovatif

Perempuan Berperan Penting Atasi Perubahan Iklim, Penggerak Solusi Inovatif

Pemerintah
IBM: India Memimpin dalam Keberlanjutan Berbasis Akal Imitasi

IBM: India Memimpin dalam Keberlanjutan Berbasis Akal Imitasi

Swasta
Perjanjian Polusi Plastik Global di Korea Selatan Gagal Capai Kesepakatan

Perjanjian Polusi Plastik Global di Korea Selatan Gagal Capai Kesepakatan

Pemerintah
BMKG: Tebal Es Pegunungan Jayawijaya Tinggal 4 Meter

BMKG: Tebal Es Pegunungan Jayawijaya Tinggal 4 Meter

Pemerintah
Krisis Kemanusian akibat Konflik di Suriah, Anak-Perempuan Banyak Jadi Korban

Krisis Kemanusian akibat Konflik di Suriah, Anak-Perempuan Banyak Jadi Korban

Pemerintah
COP16 Riyadh: Pembicaraan Tinggi Lawan Degradasi Lahan Dimulai

COP16 Riyadh: Pembicaraan Tinggi Lawan Degradasi Lahan Dimulai

Pemerintah
PBB Desak Pemimpin Dunia Segera Bisa Akhiri AIDS pada 2030

PBB Desak Pemimpin Dunia Segera Bisa Akhiri AIDS pada 2030

Pemerintah
Mahkamah Internasional Buka Sidang Perubahan Iklim Terbesar, Ini Pembahasannya 

Mahkamah Internasional Buka Sidang Perubahan Iklim Terbesar, Ini Pembahasannya 

Pemerintah
Degradasi Lahan Semakin Cepat, Capai 1 Juta Km Persegi per Tahun

Degradasi Lahan Semakin Cepat, Capai 1 Juta Km Persegi per Tahun

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau