Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/04/2024, 12:00 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

WAIKABUBAK, KOMPAS.com - Novita Magi Jala bergerak gesit mengatur 10 orang muridnya dari kursi peserta menuju bagian depan acara simposium literasi gemilang untuk Tanah Marapu, yang digelar di Aula Alfa-Omega Desa Kodaka, Kecamatan Kota Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (23/4/2024).

Perempuan berusia 34 tahun itu adalah guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) Lomana Padaka, Sumba Barat, yang akan melakukan cara membaca berimbang kelas awal untuk murid kelas satu.

Aktivitas itu digelar di hadapan Wakil Bupati Sumba Barat John Lado Bora Kabba, Pejabat dari Kabupaten Sumba Tengah, Program Direktur Yayasan Literasi Anak Indonesia (YLAI) Putu Desy Apriliani, serta pejabat lainnya.

Baca juga: Indonesia-Jerman Kerja Sama Pendidikan dan Pelatihan Vokasi Industri

Sebuah papan tulis berukuran kecil dengan tiga penyanggah berdiri kokoh di sisi kirinya. Satu kursi susun disiapkan untuknya. 10 anak didiknya duduk lesehan beralaskan karpet, sembari seksama menyimak gerak-gerik Novita.

Suaranya yang lantang nan teduh mengajak anak-anak mengulas kembali kartu huruf dengan menunjukkan beberapa kartu huruf.

Siswa-siswinya diajak menyebutkan bunyi kartu huruf yang ditujukannya. Mereka bersemangat mengikuti penyampaian Novita dengan gestur tubuh yang ceria.

Novita kemudian mengajarkan lagu bunyi huruf konsonan. Tak hanya anak-anak, tamu undangan, peserta yang hadir, termasuk Wakil Bupati Sumba Barat dan pejabat lainnya juga ikut bernyanyi. Mereka dipandu Novita. Suasana yang semula kaku, berubah cair.

Tak cukup di situ, kegiatan dilanjutkan dengan segmentasi penggabungan huruf menjadi suku kata sehingga membentuk satu kata.

Masing-masing siswa terlihat aktif dan beriteraksi dengan Novita. Mereka saling berlomba mengacungkan cari ke atas saat ditanya Novita.

Baca juga: Dukung Pendidikan Agama, Sinar Primera Group Gelar Kegiatan Wakaf Al Quran

Terobosan

Demo membaca berimbang itu menghibur ratusan peserta yang sebagai besar guru dan tenaga pendidik. Tepuk tangan bergemuruh usai Novita dan muridnya tampil sekitar 10 menit.

Novita mengaku, awalnya sempat gugup karena harus tampil di depan banyak orang, termasuk pejabat daerah.

Namun, karena terbiasa belajar mengajar dengan para muridnya di kelas, demo pun berjalan lancar sesuai rencananya.

"Karena saya sudah terbiasa setiap hari dengan anak-anak, sehingga awalnya gugup, akhirnya santai dan kami berhasil demo dengan baik," ujar Novita kepada Kompas.com di sela-sela kegiatan kegiatan simposium literasi gemilang.

Novita menuturkan, dia baru setahun menerapkan metode pengajaran fonik setelah sekolahnya bermitra dengan YLAI.

Fonik adalah metode pembelajaran yang mempelajari bunyi huruf dan cara menggabungkan bunyi huruf yang membentuk kata.

Baca juga: Semakin Tinggi Pendidikan Orangtua, Kian Baik Kualitas Pengasuhan Anak

Pihak yayasan, lanjut dia, memberikan pelatihan kepada dia dan guru lainnya tentang cara menggunakan metode pengajaran fonik yang disertai dengan fasilitas kartu huruf dan buku bergambar.

Dengan metode itu, anak-anak lebih paham dan sangat interaktif dibandingkan saat menggunakan pola mengajar sebelumnya.

"Dulu ketika ditempatkan sebagai guru kelas satu saya sempat menolak, karena tidak tahu teknik dan sulit membimbing. Saya pakai metode dulu itu sifatnya ceramah di depan kelas. Kita hanya menulis di papan dan itu guru lebih aktif. Anak-anak sering jenuh dan ingin cepat pulang sekolah," ungkap Novita yang sudah empat tahun mengajar kelas satu.

Setelah menggunakan metode fonik, anak anak menjadi antusias dan selalu bertanya tentang pelajaran apa yang akan dilakukan selanjutnya.

"Jadi rasa penasaran mereka tentang pelajaran selanjutnya itu tinggi. Kami terbantu dan anak anak lebih agresif dalam belajar ketimbang sebelumnya mereka hanya pasif," sambungnya.

Dia berharap, sekolah yang menjadi mitra ini bisa melanjutkan program ini dan pemerintah tetap bekerja sama dengan YLAI agar menjangkau sekolah lainnya di pedalaman pulau Sumba, termasuk wilayah lainnya di NTT. Ujungnya, kata Novita, dapat menciptakan generasi penerus yang unggul.

Baca juga: Ramadan Berbagi, Garuda Beverage Salurkan Bantuan Pendidikan Senilai Rp 200 Juta

Membaca berimbang

Sementara itu, Desy mengatakan, pihaknya hadir sejak tahun 2018 untuk membantu anak-anak di pelosok seluruh kabupaten di Pulau Sumba alias "Tanah Marapu" agar bisa mengenal huruf, membaca, menulis bahkan bisa berhitung secara baik.

Dia menambahkan, program YLAI telah menyasar tiga Kabupaten di pulau Sumba yakni Sumba Barat Daya, Sumba Barat, dan Sumba Tengah.

Dia memerinci, di Sumba Barat Daya jumlah sekolah yang sudah dibina 15 unit, Sumba Barat 24 unit sekolah, dan Sumba Tengah enam sekolah.

"Hasilnya bagi YLAI cukup membanggakan. Karena dari semula nol persen, kini kurang lebih 5 persen anak di tiga kabupaten itu sejak kelas satu hingga kelas tiga sudah bisa mengenal huruf, membaca serta menceritakan kembali buku cerita yang sudah dibaca," ujar Desy.

"Target kami itu 40 persen anak-anak di Sumba ini bisa membaca, tetapi kami puas karena walaupun baru lima persen saja, tetapi setidaknya dampak dari metode belajar ini sudah terlihat," tambah Desy.

Baca juga: Hadirkan Layanan Terjangkau dan Berkualitas, Guruku.com Bantu Atasi Kesenjangan Pendidikan di Indonesia

Desy menyebut, untuk menghasilkan anak-anak yang bisa mengenal bunyi huruf, bisa membaca, dan menulis, YLAI menyiapkan fasilitator daerah yang sudah dibina dengan menerapkan metode pembelajaran YLAI yakni program membaca berimbang.

Program-program itu seperti membaca interaktif, lingkungan kelas literatif, membaca mandiri, fonik dan kesadaran fonemik, membaca bersama dan membaca terbimbing.

Saat ini YLAI telah melatih sekitar 22 orang fasilitator daerah. Mereka tersebar di seluruh pulau Sumba.

Bagi YLAI, jumlah tersebut masih kecil karena idealnya satu fasilitator menangani dua sekolah agar program membaca berimbang itu bisa berjalan dengan baik.

Para fasilitator daerah itu bertugas untuk melatih guru-guru di sekolah agar menerapkan program membaca berimbang di sekolah.

Baca juga: Pendidikan Inklusi Jadi Modal Hapus Stigma Penyandang Disabilitas

Kendala

Namun, dalam perjalanan kendala penerapan program itu masih saja ditemui. Satu di antaranya adalah masih banyaknya sekolah yang belum menerapkan program belajar berimbang itu.

Sehingga, untuk mempercepat program itu, kuncinya adalah menambah jumlah fasilitator daerah.

Menurutnya, semakin banyak fasilitator daerah masuk ke sekolah pelosok dan semakin banyak buku-buku berkualitas masuk ke sekolah-sekolah pelosok, maka upaya YLAI untuk mempercepat literasi akan lebih baik.

Kendala lainnya adalah mutasi guru di luar kendali dari YLAI. Walaupun sejak dimulainya program sudah ada kesepakatan bersama bahwa tidak ada pergantian guru, namun dinamika terus terjadi dan hal ini berdampak besar terhadap keberlangsungan program tersebut.

Baca juga: Pahamkan Anak Isu Keberlanjutan dengan Kurikulum Pendidikan Lingkungan

Kerja sama antara YLAI dengan sejumlah pemerintah daerah di pulau Sumba memberikan sedikit dampak positif bagi literasi bagi anak-anak di pulau itu.

Sehingga, apa yang sudah dijalankan oleh YLAI sejak 2018 dan kembali berlanjut pada 2021 hendaknya terus berlanjut ke depannya.

Pemerintah daerah seharusnya bisa melanjutkan program metode belajar berimbang tersebut jika ingin generasi-genarasi emas di Pulau Sumba itu menjadi generasi yang masa depannya cemerlang.

"YLAI tidak akan selalu ada di sini selamanya. Besar harapan kami, dinas pendidikan yang akan melanjutkan tongkat estafet untuk melanjutkan program literasi di daerah," ucap Dessy.

Saat ini sudah banyak guru yang terlatih, walaupun belum banyak yang bisa menangani seluruh sekolah di pulau Sumba, karena itu program yang sudah berjalan ini diharapkan terus dilanjutkan.

Baca juga: 5 Kunci Kerberhasilan Swasta Intervensi Kebijakan Pendidikan Indonesia

Upara pemerintah daerah

Sementara itu, John mengatakan, pemerintah daerah akan berupaya menyediakan sarana dan prasarana maksimal demi lancarnya program ini.

"Kami mengucapakan terima kasih kepada YLAI yang telah mendukung pemerintah daerah untuk mendorong peningkatan kemampuan anak-anak pemula melalui pelatihan fasilitator daerah tentang literasi, melatih guru-guru kelas, mendukung sudut baca, bekerjasama dengan dinas pendidikan dalam pengadaan buku bacaan serta pendampingan rutin," kata John.

John berharap, kerja sama dapat terus dibangun dalam rangka memperkuat sistem pendidikan, terutama untuk meningkatkan literasi bagi generasi penerus bangsa di Pulau Sumba.

Pemerintah, kata John, akan mendorong dan menyiapkan anggaran, serta mendukung sarana prasarana guna menjemput generasi emas ke depannya.

Menurut John, program yang dilakukan YLAI telah berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk membangun generasi emas di wilayah tersebut.

"Semua pihak bekerja sama dengan satu tujuan, bahwa anak anak merupakan harta kita, harta daerah dan bangsa yang tentunya menjadi tugas dan kewajiban untuk membina dan membentuk mereka menjadi anak Indonesia yang unggul dan diharapkan," ujar John.

Baca juga: Beton Goes to School, Kontribusi WSBP Tingkatkan Kualitas Pendidikan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau