"Kegiatan belajar bisa saja dilakukan di pinggir sungai, di bawah pohon, di kebun, pada saat perjalanan, subuh, ataupun tengah malam. Itu juga memanfaatkan sumber daya di sekitar," terang dia.
Jika sedang tidak membawa atau kehabisan alat tulis, maka kegiatan belajar dapat dilakukan dengan bercerita atau memanfaatkan benda yang ada di lingkungan sekitar, seperti arang, sampah, tanah, ranting, biji karet, batu, dan lainnya.
Baca juga: Dukung Pendidikan Agama, Sinar Primera Group Gelar Kegiatan Wakaf Al Quran
Sama seperti kegiatan belajar, kegiatan bermain juga memanfaatkan sumber daya yang ada di alam. Lokasi tempat tinggal yang berada di dalam hutan, tidak menghalangi mereka untuk bermain seperti permainan anak-anak pada umumnya.
Bermain air di sungai, memanjat pohon, mencari burung dengan ketapel, berayun dengan akar pohon, dan bermain jungkat jungkit dengan batang pohon adalah hal yang biasa dilakukan anak-anak Rimba.
"Jadi bermain jungkat-jungkit pakai batang pohon. Pada saat itu juga lagi populer lato-lato, mereka bikin kreasi sendiri dari bahan yang ada di hutan," tutur Yohana.
Bagi anak-anak Rimba yang sudah melek huruf, KKI Warsi berupaya memfasilitasi untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah formal.
"Adapun untuk komunitas Orang Rimba yang memilih tidak melanjutkan sekolah formal, kami memberikan peluang untuk jadi kader pendidikan untuk mengajari anak-anak Rimba yang belum melek aksara," pungkasnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya