Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Yohana Menempuh Hutan Belantara Demi Pendidikan Anak Rimba

Kompas.com - 28/05/2024, 06:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komunitas Orang Rimba sebagai suku minoritas yang mendiami hutan dataran rendah di Provinsi Jambi dengan pola hidup berpindah-pindah atau semi nomaden, masih mengalami kesulitan mengakses pendidikan. 

Lembaga non-pemerintah bidang konservasi hutan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan, Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, berupa meningkatkan kapasitas dan pendidikan orang Rimba, meski dengan berbagai keterbatasan. 

Staf pengajar Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi Yohana Marpaung mengungkapkan dirinya harus jalan kaki 3-5 jam menembus hutan belantara saat terjun langsung mengajar.

Baca juga: Hidup Nomaden, Besarnya Tantangan Anak Rimba Mengenyam Pendidikan

Lokasi terpelosok, tidak adanya listrik, perbedaan bahasa dan budaya, kebiasaan hidup bergantung pada hutan seperti berburu dan meramu, minimnya sumber daya teknologi, hingga kepercayaan tradisional yang dianut, sempat menjadi tantangan. 

"Awal-awal itu sempat saya sampai menangis, kok ini segininya ya. Tapi ini memang cita-cita saya sejak kecil, untuk terjun ke komunitas Rimba," ujar Yohana dalam acara Peluncuran “Jagasamasama” dan Program “Kembali Belajar” di Jakarta, Minggu (19/5/2024). 

Tak hanya menempuh perjalanan yang licin dan penuh rintangan, sejumlah usahanya saat tinggal bersama Orang Rimba di hutan selama berhari-hari. 

"Saya harus belajar bahasa Rimba, itu tiga bulan sudah lancar. Bahkan bahasa laki-laki dengan perempuan saja berbeda. Banyak yang berbeda dengan masyarakat di luar," tambahnya.

Makanan dan tempat tinggal menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Sumber pangan dikonsumsi langsung dari satwa hutan yang diburu.

Bahkan, ia mengaku sudah cukup terbiasa bertemu ular maupun hewan liar lainnya di hutan. 

Situasi belajar yang sangat dinamis

Yohana telah bergabung dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bunga Kembang yang didirikan KKI Warsi sejak 2019.

PKBM Bunga Kembang bertujuan meningkatkan layanan pendidikan dan menggali matapencaharian potensial Komunitas Adat Orang Rimba.

Baca juga: WVI Luncurkan Run for The East, Bangun Pendidikan Literasi di Papua

"Target utamanya untuk memberikan pemahaman kepada orang-orang Rimba, terkait calistung atau baca tulis hitung. Kami juga memberikan pengajaran bercocok tanam hingga keterampilan lainnya," papar dia.

Dengan sistem pendidikan non-formal, diterapkan juga pengajaran konstektual, artinya memberikan apa yang dibutuhkan oleh komunitas.

Meski sudah menyiapkan kurikulum, KKI Warsi selalu menyesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan orang Rimba.

Acara Peluncuran ?Jagasamasama? dan Program ?Kembali Belajar? di Jakarta, Minggu (19/5/2024). KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Acara Peluncuran ?Jagasamasama? dan Program ?Kembali Belajar? di Jakarta, Minggu (19/5/2024).

Kondisi mobilitas komunitas yang sangat tinggi, membuat kegiatan belajar tidak terbatas waktu dan tempat. Sehingga, kreativitas tinggi dari pengajar sangat diperlukan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Masyarakat Jabodetabek Butuh Hutan Sebagai Penyangga, Tapi Alih Fungsi Lahan Kian Masif

Masyarakat Jabodetabek Butuh Hutan Sebagai Penyangga, Tapi Alih Fungsi Lahan Kian Masif

Pemerintah
Eksekutif Perusahaan Setuju Aktivitas Keberlanjutan Bisa Dongkrak Penjualan

Eksekutif Perusahaan Setuju Aktivitas Keberlanjutan Bisa Dongkrak Penjualan

Swasta
Walhi Laporkan 47 Perusahaan yang Diduga Rusak Lingkungan ke Kejagung

Walhi Laporkan 47 Perusahaan yang Diduga Rusak Lingkungan ke Kejagung

Pemerintah
RUU Masyarakat Adat: Janji Politik atau Ilusi Hukum?

RUU Masyarakat Adat: Janji Politik atau Ilusi Hukum?

Pemerintah
Jakarta Jadi Pionir Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon

Jakarta Jadi Pionir Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon

Pemerintah
Jakarta dan Hangzhou Alami Dampak Paling Parah akibat Perubahan Cuaca Ekstrem

Jakarta dan Hangzhou Alami Dampak Paling Parah akibat Perubahan Cuaca Ekstrem

Pemerintah
Pemasangan Panel Surya Global Dinginkan Bumi Hingga 0,13 Derajat C

Pemasangan Panel Surya Global Dinginkan Bumi Hingga 0,13 Derajat C

LSM/Figur
Pemerintah Wacanakan Bangun Hutan Wakaf untuk Ibadah dan Pelestarian Alam

Pemerintah Wacanakan Bangun Hutan Wakaf untuk Ibadah dan Pelestarian Alam

Pemerintah
Pemerintah Akan Evaluasi PLTSa, dari 12 Kota Hanya 2 yang Beroperasi

Pemerintah Akan Evaluasi PLTSa, dari 12 Kota Hanya 2 yang Beroperasi

Pemerintah
Sedekah Sampah Ala Hanan Attaki, Masyarakat Bisa Jual Plastik di Masjid

Sedekah Sampah Ala Hanan Attaki, Masyarakat Bisa Jual Plastik di Masjid

LSM/Figur
Jakarta Kembali Masuk 10 Besar Ibu Kota Paling Berpolusi di Dunia Sepanjang 2024

Jakarta Kembali Masuk 10 Besar Ibu Kota Paling Berpolusi di Dunia Sepanjang 2024

LSM/Figur
Indonesia Disebut Berpeluang Pasarkan Jasa Penyimpanan Karbon ke Luar Negeri

Indonesia Disebut Berpeluang Pasarkan Jasa Penyimpanan Karbon ke Luar Negeri

Pemerintah
Pemerintah Targetkan 30 Kota Kelola Sampah Jadi Listrik 4 Tahun Lagi

Pemerintah Targetkan 30 Kota Kelola Sampah Jadi Listrik 4 Tahun Lagi

Pemerintah
Terbukti Cemari Lingkungan, Pengelola TPA Ilegal Dikenakan Pidana

Terbukti Cemari Lingkungan, Pengelola TPA Ilegal Dikenakan Pidana

Pemerintah
Mikroplastik Hambat Fotosintesis Tanaman, Jutaan Orang Terancam Kelaparan

Mikroplastik Hambat Fotosintesis Tanaman, Jutaan Orang Terancam Kelaparan

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau