Kerugian tersebut diperhitungkan akibat terjadinya penurunan muka tanah yang menyebabkan pergeseran struktur tanah yang mengakibatkan kerusakan pada infrastruktur bangunan, jalan, dan jembatan, sehingga memengaruhi aktivitas harian penduduk.
Persoalan air tanah di Jakarta, tidak terlepas dari persoalan ekologis yang perlu menjadi perhatian utama bagi penduduknya, termasuk relasi manusia dengan lingkungannya.
Bicara relasi antara manusia dan lingkungan, kita akan masuk dalam konteks hubungan yang kompleks dan saling bergantung antara manusia dan lingkungannya sendiri. Manusia membutuhkan lingkungan untuk mendapatkan udara bersih, makanan, tempat tinggal dan terutama air.
Kelangsungan hidup manusia tergantung pula pada kelestarian ekosistemnya. Namun karena kemampuan berpikir manusia dengan perilakunya yang melebihi kemampuan biota lainnya, maka manusia menjadi faktor yang penting (Andi Susilawaty et al, 2021).
Ekosistem yang sehat memberikan banyak manfaat esensial, seperti hutan yang menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen, serta lautan yang menjadi sumber protein bagi miliaran orang.
Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk berperan serta dalam mengelola lingkungan hidup.
Kedudukan manusia yang integral dalam biosfer, mengharuskannya bersikap imanen, tetapi karena tanggung jawabnya yang lebih dibandingkan dengan makhluk hidup lain, maka manusia harus bersikap transenden terhadap sumber daya yang mendukungnya, karena harus bersikap melindungi dan mengayomi komponen lain (Desy Safitri, Ferdy Fauzan Fauzan, Arita Marini, 2020).
Cara kita memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam berdampak langsung pada kesehatan dan keseimbangan ekosistem di bumi.
Sayangnya, banyak aktivitas manusia telah menyebabkan krisis lingkungan serius. Deforestasi, industrialisasi, dan urbanisasi yang tak terkendali menyebabkan hilangnya habitat alami dan penurunan keanekaragaman hayati.
Pencemaran udara dan air akibat limbah industri dan penggunaan bahan kimia berbahaya telah merusak ekosistem serta mengancam kesehatan manusia dan hewan.
Perubahan iklim yang dipicu oleh emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil menyebabkan peningkatan suhu global, yang memicu bencana alam seperti banjir, kekeringan, dan badai yang semakin sering dan intens. Ini semua merupakan bagian dari krisis lingkungan yang dihadapi dunia saat ini.
Tantangan dalam upaya menjaga relasi yang harmonis antara manusia dan lingkungan yang dihadapi tidaklah sedikit.
Pertumbuhan populasi yang cepat dan kebutuhan ekonomi yang meningkat sering kali menekan sumber daya alam hingga batasnya.
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia selalu di atas 1 persen per tahun, bahkan pada rentang tahun 1971-1980 mencapai angka 2,31 persen, dan rentang tahun 2020-2024 berada pada angka 1,1 persen (BPS, 2024).
Angka laju pertumbuhan penduduk Indonesia tersebut di atas rata-rata pertumbuhan dunia yang hanya 0,9 persen per tahun, saat ini jumlah penduduk Indonesia terbesar keempat dunia dengan jumlah penduduk sebanyak 279,58 juta jiwa (Worldometers, 2024).
Data tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi permasalahan penduduk Indonesia. Meski demikian, peluang untuk perubahan selalu ada.
Pemerintah Daerah Khusus Jakarta telah mengambil berbagai langkah kebijakan untuk mengatasi masalah air tanah. Pemprov secara resmi melarang penggunaan air tanah di sejumlah lokasi sesuai peraturan yang berlaku.
Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 93/2021 tentang Zona Bebas Air Tanah yang mulai berlaku pada 1 Agustus 2023.
Namun, pada tataran praktiknya, implementasi kebijakan pengelolaan air tanah menghadapi berbagai tantangan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya