Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Youth Climate Conference 2024, Anak Muda Dorong Transisi Energi

Kompas.com, 30 Juli 2024, 21:59 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Youth Climate Conference 2024 digelar pertama kalinya oleh Institute for Essential Services Reform (IESR) bersama dengan Clean, Affordable and Secure Energy (CASE) for Southeast Asia Project, di Jakarta, pada Sabtu (27/7/2024).

Konferensi ini bertujuan mendorong generasi muda untuk menyuarakan urgensi Indonesia ikut berperan aktif dalam melakukan aksi iklim dan transisi energi berkeadilan, untuk mencegah memburuknya krisis iklim global.

"Youth Climate Change (YCC) adalah acara yang bermaksud menaikkan aspirasi anak-anak muda dalam upaya melakukan aksi penanganan perubahan iklim," ujar Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, dalam sambutannya.

Baca juga: CCS/CCUS Dinilai Tak Layak Secara Ekonomi, Konsumen Listrik Bisa Kena Getahnya

Menurutnya, sebagai generasi yang akan terdampak krisis iklim di masa depan, suara, aspirasi, dan keprihatinan anak-anak muda perlu didengar oleh para pembuat kebijakan maupun para pemimpin Indonesia.

"Acara atau forum ini penting sekali agar masa depan kita semua bisa terjamin, pada saat kita mencapai Indonesia Emas 2045," imbuhnya.

Anak muda sebagai inovator

Sementara, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana, Kementerian PPN/Bappenas, Ervan Maksum mengatakan, pihaknya tengah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2025-2029 untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

RPJMN tersebut mencakup lima kerangka pembangunan esensial bagi generasi muda. Pertama, meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing, melalui Kesehatan dan pendidikan.

Baca juga: Bisnis Energi Terbarukan Lebih Menggiurkan, Muhammadiyah Jangan Garap Tambang

Kedua, membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana dan perubahan iklim. Ketiga, memperkuat infrastruktur untuk mendukung pembangunan ekonomi dan pelayanan dasar.

Keempat, efisiensi pemanfaatan energi dan ketenagalistrikan, melibatkan Direktorat Ketenagalistrikan, Telekomunikasi dan Informatika bekerja sama dengan program CASE dalam mengembangkan skenario energi jangka panjang (Long Term Energy Scenario, LTES) yang didukung dengan studi dan diskusi publik.

Kelima, adanya penciptaan dan perluasan lapangan kerja, terutama pada sektor hijau.

Deputi Bidang Sarana dan Prasarana, Kementerian PPN/Bappenas, Ervan Maksum saat memberikan pidato sambutan dalam Youth Climate Conference di Jakarta, Sabtu (27/7/2024).KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Deputi Bidang Sarana dan Prasarana, Kementerian PPN/Bappenas, Ervan Maksum saat memberikan pidato sambutan dalam Youth Climate Conference di Jakarta, Sabtu (27/7/2024).
“Dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045 membutuhkan berbagai prasyarat, antara lain percepatan transisi energi terutama ketenagalistrikan yang didukung oleh kapasitas sumber daya manusia (SDM) yang unggul," ujar Ervan.

Hal tersebut, dapat dicapai apabila muncul penciptaan nilai tambah serta berkembangnya berbagai inovasi. Adapun inovasi banyak berasal dari generasi muda. 

"Untuk itu, saya mendorong adanya pengembangan kepemimpinan (leadership) terutama bagi para remaja dan pemuda. Hal ini penting, agar bonus demografi mampu menjadi penopang Indonesia Emas 2045,” imbuh Ervan.

Hasilkan deklarasi anak muda

Sebagai informasi, proses menuju YCC dimulai dengan sejumlah konsultasi untuk menjaring aspirasi anak-anak dan generasi muda dari berbagai daerah di Indonesia, sejak bulan April.

Acara YCC 2024 dihadiri oleh lebih dari 200 peserta muda yang bersemangat untuk menyampaikan aspirasi dan beraksi dalam mendukung mitigasi iklim maupun transisi energi di sektor ketenagalistrikan.

Baca juga: Portugal Targetkan Listrik Energi Terbarukan Capai 93 Persen

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Swasta
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
LSM/Figur
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
LSM/Figur
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
LSM/Figur
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Pemerintah
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
Pemerintah
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
LSM/Figur
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
LSM/Figur
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
LSM/Figur
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Pemerintah
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
LSM/Figur
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Pemerintah
Kebakaran, Banjir, dan Panas Ekstrem Warnai 2025 akibat Krisis Iklim
Kebakaran, Banjir, dan Panas Ekstrem Warnai 2025 akibat Krisis Iklim
LSM/Figur
Perdagangan Ikan Global Berpotensi Sebarkan Bahan Kimia Berbahaya, Apa Itu?
Perdagangan Ikan Global Berpotensi Sebarkan Bahan Kimia Berbahaya, Apa Itu?
LSM/Figur
Katak Langka Dilaporkan Menghilang di India, Diduga Korban Fotografi Tak Bertanggungjawab
Katak Langka Dilaporkan Menghilang di India, Diduga Korban Fotografi Tak Bertanggungjawab
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau