Menparekraf Sandiaga menambahkan, "Kami berharap acara seperti ini dapat terus diselenggarakan secara rutin dan menjadi agenda tahunan yang dinantikan, tidak hanya oleh para pelaku industri kreatif tetapi juga oleh masyarakat luas dan wisatawan mancanegara."
Selain menampilkan produk kreatif, Pameran AKI 2024 juga menyelenggarakan berbagai gelar wicara dan lokakarya yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya keberlanjutan dan inovasi dalam industri kreatif.
Narasumber yang hadir di antaranya Chef Norman dalam Funtalk Kuliner, Joni Astin dalam Funtalk Film, dan Rachmat Anggara dalam demo aplikasi. Aktivitas-aktivitas ini menambah nilai edukatif dari pameran dan memberikan wawasan baru bagi para peserta dan pengunjung.
Dalam ajang AKI 2024 di Batam ini terpilih tiga finalis terbaik yang akan mewakili Tanjung Pinang dalam Malam Puncak AKI 2024 yang akan diadakan di Jakarta pada bulan September 2024.
Mereka adalah; DDWAN (Juara 1), Sambal Mak Kocai (Juara 2), dan Gudem Bee Farm (Juara 3).
Agnes Diva, pendiri jenama DDWAN, produsen kain dan akesoris yang terinspirasi dari budaya Niasdan, membeberkan strategi ketika pameran sehingga booth-nya ramai dengan omset naik 200 persen dibanding penjualan di hari lain, dan menjadi juara 1.
“Daya tarik tema display budaya lokal dengan fokus pada wastra Nusantara yang disajikan dengan sentuhan modern seperti design fashion yang praktis dan elegan," ungkap Agnes.
"Kami juga memberikan pengalaman interaktif dimana pengunjung dapat mencoba dan mengenakan langsung produk-produk yang kami hasilkan dan memberikan tata cara penggunaan produk yang lebih tepat dan baik," jelasnya.
"Kami juga menyediakan QR code yang dapat dipindai oleh pengunjung untuk mendapatkan informasi lebih lanjut terkait produk yang akan konsumen beli”, jelas Agnes
Pengalaman berbeda dibagikan Ade Ariyanto, pemilik Sambal Mak Kocai. Saat Pameran AKI di Batam lalu, produsen sambal tradisional dari Jambi ini memberikan sample gratis ke pengunjung.
"Strateginya berhasil. Ketika mereka mencoba rata-rata menyukai dan memborong. Bahkan para turis Singapura yang sedan dada di Batam sampai mereka memborong hingga 50 buah botol untuk dibawa pulang,” ujar Ade.
Dalam 3 hari pameran ia bisa meraup penjualan hingga Rp 13 juta dari 400 lebih botol sambal terjual.
Ada juga pengalaman Yulismawati, pemilik Gudem Bee Farm, produsen madu Trigona SP atau madu tanpa sengat. “Madu kami memiliki banyak kandungan propolis karena di kembangkan di hutan alam dengan nextar multiflora," ujar Yulismawati.
Baca juga: Jabar Punya 4 Juta UMKM dan Mayoritas Hanya Menjadi Raja Daerah
Agar semakin menguatkan keunikan dari budidaya madunya, Yulismawati yang mengaku penjualannya naik 100 persen dibanding hari lain ini, mengusung konsep “Kembali ke Alam” saat pameran berlangsung.
“Lebah madunya langsung di display tamu bisa melihat lebahnya, minum maduny langsung dari sarang, sambil kita edukasi sehingga pembeli tertarik," jelasnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya