Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
EKONOMI SIRKULAR

100 Persen Murni, 100 Persen Petualangan Indonesia, Komitmen AQUA dalam Wujudkan Ekonomi Sirkular dan Kelestarian Lingkungan

Kompas.com, 22 Agustus 2024, 18:01 WIB
Erlangga Satya Darmawan,
Aditya Mulyawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) AQUA bersama Wonderful Indonesia meluncurkan kampanye bertajuk “100 Persen Murni, 100 Persen Petualangan Indonesia”.

Kampanye tersebut merupakan bentuk komitmen ketiga entitas terhadap kelestarian lingkungan sekaligus upaya mempromosikan destinasi wisata prioritas dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan selama perjalanan wisata.

Sebagai bagian dari kampanye itu, AQUA bersama Pandawara Group, Najwa Shihab, Kole Project, perwakilan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), serta masyarakat setempat melaksanakan aksi bersih-bersih Pantai Binongko, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.

Aksi tersebut bertujuan untuk mengedukasi dan menginspirasi konsumen dalam menjaga kelestarian lingkungan di destinasi wisata.

Untuk diketahui, masalah sampah merupakan tantangan utama dalam meningkatkan kualitas destinasi wisata.

Berdasarkan data World Population Review, terdapat sekitar 4,8 juta hingga 12,7 juta ton sampah plastik yang dibuang ke laut setiap tahun.

Di Labuan Bajo, jumlah timbulan sampah mencapai 16 ton per hari dengan 33 persen di antaranya merupakan sampah daur ulang.

Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf Ni Made Ayu Marthini mengatakan, perlu kolaborasi antara pemerintah, industri, sektor swasta, dan masyarakat untuk mengatasi permasalahan tersebut.

“Sebagai salah satu negara dengan luas laut terbesar di dunia, masyarakat Indonesia juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran terhadap kelestarian lingkungan. Indonesia dianugerahi keindahan alam oleh Tuhan yang harus dijaga. Mari kita jaga alam Indonesia bersama dan jangan menunggu hingga krisis terjadi," ujar Made dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (14/8/2024).

Didaur ulang

Pendiri Kole Project Putra Hawan menjelaskan bahwa sampah-sampah yang dikumpulkan selama aksi bersih-bersih di Labuan Bajo akan dibawa ke recycling business unit (RBU) untuk dipilah sesuai jenisnya dan dibersihkan.

Setelah itu, semua sampah akan ditekan dengan mesin khusus hingga berbentuk kotak. Selanjutnya, sampah yang sudah dibentuk itu akan langsung dibawa ke Jawa Timur untuk didaur ulang menjadi bahan baku baru. Seluruh proses ini merupakan bagian dari ekonomi sirkular yang diterapkan di Labuan Bajo.

Dalam praktiknya, proses itu turut melibatkan dan memberikan manfaat kepada lebih dari 50 orang, termasuk kalangan difabel.

“Sekarang, 70 persen sampah berasal dari pengumpulan masyarakat dan sudah ada 200 titik pengumpulan sampah, termasuk di gereja-gereja melalui gerakan kolekte sampah,” terang Putra.

Putra menambahkan, ekonomi sirkular yang diterapkan memiliki dampak positif bagi masyarakat. Apalagi, sebagian besar pekerja adalah perempuan rumah tangga yang tinggal di dekat RBU.

“Dengan bergabung dalam kegiatan ini, mereka dapat memanfaatkan waktu luang untuk memilah sampah dan mendapatkan penghasilan tambahan dari setiap kilogram sampah yang dipilah,” kata Putra.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau