BrandzView
Artikel ini merupakan kerja sama Kompascom dengan Tanoto Foundation

Kolaborasi Pendidikan dan Industri, Kunci Hadapi Tantangan Green Jobs di Era Ekonomi Berkelanjutan

Kompas.com - 23/08/2024, 10:04 WIB
Anissa Dea Widiarini,
Aditya Mulyawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Indonesia bersama dengan seluruh negara di dunia saat ini tengah berupaya membangun masa depan berkelanjutan. Upaya ini dirumuskan melalui komitmen global Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. 

Namun, tantangan yang dihadapi semakin kompleks, terutama pasca pandemi Covid-19. Sejumlah tantangan yang dihadapi adalah perubahan iklim, polusi, degradasi lingkungan, serta hilangnya keanekaragaman hayati.

Tantangan tersebut pun ternyata turut berdampak pada produktivitas kerja. International Labour Organization (ILO) pada 2020 mengeluarkan data terkait proyeksi hilangnya jam kerja akibat panas (heat stress) di negara G20 pada periode 1995-2030. 

Proyeksi tersebut menunjukkan bahwa Indonesia, nomor dua setelah India, mengalami penurunan produktivitas akibat panas berlebihan. Selain itu, Indonesia juga rentan terhadap bencana alam yang dapat menyebabkan hilangnya puluhan jutaan masa kerja.

Oleh karena itu, mengubah sumber energi dari yang berbasis bahan bakar fosil (brown energy) menjadi energi terbarukan (clean energy) dinilai sebagai langkah penting. 

Upaya itu juga akan membuka peluang pekerjaan hijau (green jobs) yang lebih besar di masa depan. Sebab, energi merupakan salah satu penggerak mobilisasi ekonomi. 

Pekerjaan hijau atau green jobs merupakan pekerjaan yang berkontribusi pada pelestarian lingkungan. Green jobs dapat mencakup pekerjaan di berbagai bidang, seperti pertanian, industri, jasa, dan administrasi. 

Kehadiran green jobs bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan yang diakibatkan oleh perusahaan dan sektor ekonomi hingga ke tingkat yang mampu mewujudkan pelestarian lingkungan hidup.

Peningkatan tren green jobs

Ketua Tim Pelaksana SDGs Indonesia Vivi Yulaswati menjelaskan, terdapat 12,7 juta peluang green jobs secara global pada 2021. Angka ini diprediksi naik menjadi 74 juta peluang pada sektor yang terkait dengan efisiensi energi, electric vehicle (EV), power system, dan hidrogen pada 2030. 

“Untuk Indonesia, saat ini, sekitar 40 perusahaan yang beroperasi di sini sudah beradaptasi dengan isu-isu strategi ekonomi hijau,” kata Vivi dalam temu wicara sesi-3 “Building The Green Jobs & Human Capital Roadmap to Achieve a Sustainable Future” dalam KG Media Lestari Summit yang digelar di Jakarta, Rabu (21/8/2024).

Vivi mengatakan, pemerintah memprediksi bahwa ke depan, investasi hijau dapat menciptakan 7-10 kali lipat lapangan kerja hijau jika dibandingkan lapangan pekerjaan yang diciptakan oleh investasi konvensional. 

Pada 2060, peluang kerja dari investasi hijau pun diprediksi terus bertambah dengan menghadirkan 1,8-2,2 juta lapangan kerja tambahan. 

Hal itu karena green jobs memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap pencapaian SDGs dengan cara meningkatkan ekonomi berkelanjutan yang inklusif dan melindungi lingkungan. 

Peningkatan tren dan peluang green jobs di Indonesia diamini oleh Head of Leadership Development and Scholarship Tanoto Foundation Michael Susanto. Ia menilai, permintaan terhadap green jobs oleh industri semakin tinggi dari tahun ke tahun. 

Hal tersebut juga didukung oleh potensi Indonesia sebagai penyedia lapangan kerja hijau di berbagai bidang. 

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

Terkini Lainnya

Bagaimana London Fashion Week Mendorong Fashion Berkelanjutan?

Bagaimana London Fashion Week Mendorong Fashion Berkelanjutan?

LSM/Figur
Kebangkitan PLTN, Listrik dari Nuklir Akan Pecahkan Rekor pada 2025

Kebangkitan PLTN, Listrik dari Nuklir Akan Pecahkan Rekor pada 2025

Pemerintah
Pedoman Penurunan Emisi Cakupan 3 Baru untuk Industri Kimia Dirilis

Pedoman Penurunan Emisi Cakupan 3 Baru untuk Industri Kimia Dirilis

Swasta
Resmi, Utang Indonesia ke AS Rp 573 Miliar Ditukar untuk Konservasi Terumbu Karang

Resmi, Utang Indonesia ke AS Rp 573 Miliar Ditukar untuk Konservasi Terumbu Karang

LSM/Figur
Rektor IPB: Masih Ada Kesenjangan Pembiayaan SDGs, Perlu Inovasi

Rektor IPB: Masih Ada Kesenjangan Pembiayaan SDGs, Perlu Inovasi

LSM/Figur
Karbon Indonesia Dijual ke Luar Negeri, Pengamat: Pembeli Cari yang Berkualitas

Karbon Indonesia Dijual ke Luar Negeri, Pengamat: Pembeli Cari yang Berkualitas

LSM/Figur
Produksi Listrik dari PLTU China Naik, Ekspektasi Puncak Emisi Jadi Lemah

Produksi Listrik dari PLTU China Naik, Ekspektasi Puncak Emisi Jadi Lemah

Pemerintah
Tak Cukup 5 Tahun, Indonesia Perlu Rencana 25 Tahun untuk Capai NZE

Tak Cukup 5 Tahun, Indonesia Perlu Rencana 25 Tahun untuk Capai NZE

LSM/Figur
Tantowi Yahya Sebut Indonesia Diposisikan Pimpin Masa Depan Berkelanjutan

Tantowi Yahya Sebut Indonesia Diposisikan Pimpin Masa Depan Berkelanjutan

LSM/Figur
Berdampak Buruk ke Lingkungan, Pagar Laut Tangerang Harus Segera Dibongkar

Berdampak Buruk ke Lingkungan, Pagar Laut Tangerang Harus Segera Dibongkar

LSM/Figur
Ternyata Semut Bisa Bantu Lindungi Tanaman dari Perubahan Iklim

Ternyata Semut Bisa Bantu Lindungi Tanaman dari Perubahan Iklim

LSM/Figur
Dukung Pelestarian Lingkungan, Pertamina Tanam Pohon di Hulu Sungai Ciliwung

Dukung Pelestarian Lingkungan, Pertamina Tanam Pohon di Hulu Sungai Ciliwung

BUMN
Rendahnya Efisiensi Investasi Masih Bayangi Indonesia

Rendahnya Efisiensi Investasi Masih Bayangi Indonesia

Pemerintah
Jakarta Jadi Percontohan Pengelolaan Sampah lewat Pungutan Retribusi

Jakarta Jadi Percontohan Pengelolaan Sampah lewat Pungutan Retribusi

Pemerintah
Shell dan Microsoft Masuk 10 Pembeli Kredit Karbon Terbesar 2024

Shell dan Microsoft Masuk 10 Pembeli Kredit Karbon Terbesar 2024

Swasta
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau