JAKARTA, KOMPAS.com - Hingga saat ini masih terdapat kesenjangan pemahaman mengenai green jobs, sehingga talent di masyarakat untuk memenuhi posisi tersebut masih kurang.
Head of Leadership Development and Scholarship Tanoto Foundation, Michael Susanto mengatakan kondisi tersebut menjadi penghambat bagi untuk masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dengan penawaran yang tersedia dalam green jobs.
"Pendidikan hari ini sayangnya belum merata, dalam hal investasi, komitmen, kapasitas, baik itu kurikulum maupun kapasitas pengajar, untuk bertransformasi," ujar Michael saat talkshow sesi-3 “Building The Green Jobs & Human Capital Roadmap to Achieve a Sustainable Future” dalam KG Media Lestari Summit yang digelar di Jakarta, Rabu (21/8/2024).
Baca juga:
Menurutnya, belakangan ini, minat generasi muda terhadap bidang pekerjaan hijau sudah sangat besar. Anak muda sekarang sudah memiliki ide-ide luar biasa untuk mentransformasikan sosial ekonomi menuju keberlanjutan.
Namun, masih ada kesenjangan terutama di lingkup perguruan tinggi, sehingga terjadi beberapa hambatan. Seperti pemahaman terhadap apa itu green jobs, berapa jumlah lapangan kerja yang dibutuhkan, hingga kompetensi yang harus dimiliki.
"Challenge-nya adalah belum tentu di pendidikan itu ada platform, di mana mereka dirangsang idenya, diberikan media untuk mereka bisa berinovasi, mencoba sesuatu, mencari tau masalahnya apa," imbuh dia.
Oleh karena itu, ia menegaskan posisi penting institusi pendidikan sebagai salah satu upaya menjembatani kesenjangan tersebut.
Sebagai contoh, perguruan tinggi dapat menjembatani perbedaan antar fakultas atau konsentrasi ilmu masing-masing, sehingga terjadi terjadi keselarasan dan kedekatan.
"Pada framework education vs economy development, hal pertama yang diperlukan untuk framework itu terjadi, harus ada pendekatan multi faculty. Jadi perlu ada semacam kurikulum yang dirancang tidak hanya istilahnya fakultas kehutanan saja, atau fakultas ekonomi saja, tapi harus multifaculty," terangnya.
Baca juga:
Hal ini, kata dia, disebabkan karena saat di dunia kerja nanti, terutama bidang green jobs, seseorang akan bersinggungan dan bekerjasama dengan berbagai pihak.
Selain itu, Michael menambahkan, pendekatan dari dunia usaha dan industri kepada institusi pendidikan juga menjadi sangat penting. Sehingga mahasiswa menjadi akrab dan mudah menyesuaikan dengan kebutuhan industri.
"Jadi seharusnya saat mahasiswa masih mengenyam pendidikan, harus sudah di-expose dengan ilmu yang luas," pungkasnya.
Lestari Summit 2024 merupakan forum yang diselenggarakan oleh KG Media sebagai wadah bagi para pemimpin dan praktisi sustainability untuk bertukar pikiran dan menginspirasi satu sama lain, serta membuka kesempatan kolaborasi untuk pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di Indonesia.
Acara bertema “Fostering Sustainability Through Inclusive Local Practice and Policy Making” ini diorganisir oleh empat media besar di bawah naungan KG Media: Kompas.com, KompasTV, Kontan, dan National Geographic Indonesia.
Lestari Summit 2024 juga menyelenggarakan malam penghargaan Lestari Awards, untuk mengapresiasi para pelaku industri yang telah berjuang keras untuk memberikan manfaat nyata bagi lingkungan dan masyarakat serta pencapaian SDGs di Indonesia.
KG Media berkolaborasi dengan mitra seperti BRI, Astra, PLN, dan Pertamina untuk mendukung kesuksesan Lestari Summit 2024.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya