2. Meningkatkan Efisiensi Sistem
Langkah selanjutnya adalah menerapkan kebijakan baru yang dapat membuka peluang efisiensi di seluruh sektor penerbangan.
Selain memperlambat penerbangan, mengganti pesawat dengan model yang lebih baru dan memastikan pesawat beroperasi dalam jangkauan optimalnya juga dapat berdampak.
Beberapa upaya tersebut, menurut riset, dapat memangkas konsumsi bahan bakar hingga setengahnya pada tahun 2050. Namun, efisiensi ini memerlukan dukungan kebijakan global, bukan hanya dari perusahaan individu.
Baca juga: Perdana, Pertamina Pasok Bahan Bakar Berkelanjutan untuk Pesawat Australia
3. Reformasi Kebijakan Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan (SAF)
Kebijakan bahan bakar penerbangan berkelanjutan harus direformasi untuk mempercepat produksinya secara besar-besaran dan memastikan bahan bakar tersebut benar-benar ramah lingkungan.
Laporan ini menekankan pentingnya kebijakan global untuk meminimalkan dampak SAF terhadap iklim dan alam.
4. Teknologi Canggih
Rekomendasi terakhir adalah meluncurkan program demonstrasi teknologi yang ambisius untuk mempercepat penerapan teknologi canggih, seperti pesawat berbahan bakar hidrogen jarak jauh. Hidrogen tidak menghasilkan emisi CO2 saat dibakar, sehingga berpotensi mengurangi dampak penerbangan terhadap iklim.
Menurut laporan, hidrogen juga memiliki keunggulan untuk penerbangan jarak jauh karena bobot bahan bakar yang rendah, meskipun dengan berat tangki yang diperhitungkan.
Dengan peta jalan ini, Universitas Cambridge berharap dapat mendorong perubahan besar dalam industri penerbangan global, mempercepat transisi menuju penerbangan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya