KOMPAS.com - Survei terhadap lebih dari 1.100 profesional keberlanjutan menemukan bahwa semakin banyak bisnis yang meminta mereka bekerja di departemen keuangan dan hukum.
Tiga perempat responden mewakili organisasi besar dengan pendapatan 1 triliun dollar AS atau lebih.
Mengutip Edie, Kamis (17/10/2024) sebanyak 21 persen departemen keuangan menambahkan setidaknya satu anggota staf baru yang didedikasikan untuk keberlanjutan, naik dari 10 persen pada tahun 2022.
Demikian pula, hanya 13 persen departemen hukum yang menambahkan perekrutan keberlanjutan pada tahun 2020, tetapi angka ini meningkat menjadi 27 persen di tahun 2024.
Hasil tersebut merupakan bagian dari laporan dwitahunan ‘State of the Sustainability Profession’ dari Trellis.
Tren ini kemungkinan disebabkan oleh meningkatnya persyaratan pengungkapan wajib dalam bidang Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG).
Peraturan ESG sendiri telah meningkat secara global sebesar 155 persen sejak tahun 2011.
Baca juga: Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk
Sebagian besar pemimpin menganggap lebih banyak pengungkapan adalah hal yang baik karena seharusnya memaksa yang lamban untuk bertindak dan meningkatkan data dalam jangka panjang.
Analisis Capgemini baru-baru ini terhadap 2.000 bisnis menemukan bahwa dua pertiga hanya memperkenalkan inisiatif keberlanjutan karena alasan kepatuhan.
Survei Edie yang serupa menemukan bahwa dua pertiga profesional keberlanjutan (62 persen) melihat kepatuhan sebagai pendorong terbesar dari pekerjaan pengungkapan mereka.
Survei Trellis juga menyoroti seberapa besar senioritas, keamanan kerja, dan gaji yang diperoleh rata-rata profesional keberlanjutan.
Baca juga: Hutan Wakaf Bisa Jadi Inisiatif Strategis Penerapan ESG
Mengenai keamanan kerja dibandingkan dengan tahun 2020, bisnis jauh lebih mungkin mencari profesional keberlanjutan penuh waktu di internal daripada beralih ke konsultan eksternal.
Satu dari lima bisnis kini memiliki 'pengendali ESG' atau seseorang yang mengawasi sistem dan proses data yang mendukung kepatuhan terhadap regulasi dan perundang-undangan.
Tiga dari sepuluh pemimpin keberlanjutan melapor langsung kepada kepala eksekutif, naik dari dua dari sepuluh pada tahun 2022.
Baca juga: Subsidi Hijau Miliki Biaya Tersembunyi yang Ancam Keberhasilan Keberlanjutan
Industri tempat praktik itu terjadi paling dominan adalah di industri konstruksi dan real estat.
Di sisi lain, Chief Strategy Officer (CSO) di bidang ritel dan teknologi adalah yang paling kecil kemungkinannya memiliki hubungan langsung dengan kepala eksekutif.
Lebih lanjut, sebagian besar bisnis (61 persen) mengharuskan pemimpin keberlanjutan mereka untuk memberi pengarahan kepada dewan direksi setiap tahun atau lebih teratur.
Satu dari tiga melakukannya setiap triwulan. Laporan tersebut menyoroti bahwa melakukan pengecekan rutin ini dapat membantu organisasi lebih memahami risiko dan peluang.
Kendati gaji profesional keberlanjutan terus meningkat, menurut Trellis banyak perusahaan yang meremehkan perekrutan ini.
Baca juga: ESG Positive Impact Awards 2024 Apresiasi 64 Perusahaan Malaysia untuk Kepemimpinan ESG
Laporan juga menyebut sebagian tim diminta untuk melakukan lebih banyak hal dengan sumber daya yang lebih sedikit, dengan sebagian besar beban kerja tambahan berasal dari persyaratan pengungkapan wajib dan tekanan untuk menyesuaikan diri dengan penetapan target dan standar pengungkapan sukarela.
sumber https://www.edie.net/sustainability-professionals-increasingly-working-in-legal-and-financial-skills-teams-as-disclosures-bite/
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya