KOMPAS.com - Populernya skema carbon offset atau penebusan emisi yang dilakukan oleh perusahaan bakal memperlambat cita-cita dunia untuk mencapai pengurangan emisi yang sesungguhnya.
Seruan tersebut mengemuka dalam pernyataan dan sumpah yang ditandatangani oleh lebih dari 60 ilmuwan iklim ternama dalam Real Zero Pledge yang diorganisasi oleh Lethal Humidity Global Council.
Beberapa ilmuwan terkemuka yang menandatangani sumpah tersebut antara lain Profesor Michael Mann dari University of Pennsylvania, Profesor Johan Rockstrom dari Potsdam Institute for Climate Impact Research, dan Bill Hare dari Climate Analytics.
Baca juga: UNEP: Emisi Karbon Naik Lebih Cepat di Tahun 2023
Menurut sumpah dan penyataan tersebut, skema carbon offset yang dilakukan perusahaan-perusahaan tidak efektif sekaligus menghambat transisi energi.
"Definisi net zero telah bergeser dari awalnya yang secara substansial mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, menjadi terus membakar bahan bakar fosil namun mengeklaim bisa 'mengimbangi' emisi," bunyi pernyataan dari sumpah tersebut.
Mereka menyatakan, kini satu-satunya jalan yang dapat mencegah krisis iklim lebih lanjut adalah real zero, bukan net zero.
Lethal Humidity Global Council menyatakan, pemahamaan mengenai net zero saat ini telah mengabaikan bukti ilmiah yang jelas.
Baca juga: Ekspansi Hilirisasi Nikel 4 Perusahaan Naikkan Emisi RI 38,5 Juta Ton
Emisi karbon dari bahan bakar fosil dalam skala besar lalu menebusnya dengan berbagai upaya penyerapan karbon bertentangan dengan bukti ilmiah.
"Selain itu, penebusan berdasarkan penyerap karbon alami tidak memperhitungkan bahwa penyerap ini sudah melemah karena perubahan iklim dan, paling banter, hanya bersifat sementara," tulis pernyataan tersebut.
Berdasarkan tingkat emisi saat ini, umat manusia harus berhenti membakar bahan bakar fosil pada 2030 agar memiliki peluang membatasi suhu Bumi naik 1,5 derajat celsius.
"Oleh karena itu, kami mengimbau kepada para pelaku bisnis dan pemerintah untuk segera mengadopsi target real zero. Dan menerbitkan rencana yang transparan tentang bagaimana mereka akan menghilangkan bahan bakar fosil, jauh sebelum tahun 2040," tulis pernyataan itu.
Baca juga: Demi Efisiensi Energi dan Tekan Emisi Karbon, Lippo Malls Indonesia Lakukan Audit Energi Berkala
Dilansir dari The Guardian, Minggu (27/10/2024), sumpah tersebut mencerminkan kekhawatiran dari para ilmuwan bahwa sejumlah besar upaya carbon offset atau penebusan emisi dari berbagai proyek terkait hutan atau dari penghindaran pembukaan lahan mungkin tidak benar-benar mengurangi emisi.
"Kita harus fokus pada pengurangan emisi yang nyata, daripada terlibat dalam permainan hitung-hitungan," kata Hare.
Profesor Katrin Meissner dari Climate Change Research Centre University of New South Wales mengatakan, banyak program penebusan emisi yang berfokus pada penanaman pohon atau membiarkan area tumbuh kembali.
Kenyataannya, program-program ini tidak dapat mengunci karbon selamanya. Karena ketika pohon mati, karbon akan kembali lepas ke atmosfer.
"Ketergantungan pada penebusan emisi tanpa pengurangan emisi yang diperlukan berbahaya dan merugikan," katanya.
Profesor Sarah Perkins-Kirkpatrick dari Australian National University menuturkan, net zero adalah solusi sementara karena tidak memperbaiki masalah pada sumbernya.
Baca juga: Perlu Perhitungan Karbon Terpadu untuk Capai Nol Emisi Karbon
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya