Rata-rata, portofolio 50 hartawan terkaya di dunia hampir dua kali lebih berpolusi daripada investasi di indeks saham utama AS.
Hampir 40 persen kepemilikan saham mereka berada di industri yang padat emisi seperti minyak, pertambangan, pengiriman, dan semen.
Baca juga: IESR: Kerja Sama EBT Indonesia dan China Dapat Percepat Target Nol Emisi
Banyak dari perusahaan-perusahaan ini juga mempekerjakan pelobi dan profesional pemasaran untuk menunda atau mengganggu tindakan terhadap iklim.
Oxfam mengatakan, investasi sebenarnya memiliki potensi terbesar untuk perubahan positif.
Pasalnya, tidak seperti kebanyakan orang miskin dan berpenghasilan menengah, hartawan memiliki pilihan untuk membelanjakan atau menyuntikkan uang mereka.
Jika mereka mengalihkan uang mereka ke sektor rendah karbon, emisi dari investasi mereka akan 13 kali lebih rendah.
Baca juga: Studi: 2024 Jadi Era Transisi Energi yang Sebenarnya, Emisi Segera Capai Puncak
Laporan tersebut juga memproyeksikan konsekuensi mematikan dari ketimpangan karbon antara si miskin dan si kaya.
Pada abad mendatang, 1,5 juta kematian berlebih akan disebabkan oleh emisi dari 1 persen orang terkaya alias mereka yang berpenghasilan sedikitnya 140.000 dollar AS alias Rp 2,2 miliar.
Chiara Liguori, penasihat senior Oxfam, mengatakan emisi dari gaya hidup mewah dan investasi orang-orang terkaya terbukti mencemari lingkungan, memicu ketimpangan, kelaparan, dan mengancam kehidupan.
"Tidak hanya tidak adil, polusi yang mereka lakukan secara sembrono memicu krisis yang mengancam masa depan kolektif kita. Dan itu mematikan," ujar Liguori.
Baca juga: DNV Proyeksikan Emisi Karbon di 2050 Turun
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya