Sebagai gambaran, biaya produksi modul PV surya, turbin angin, dan teknologi baterai di Amerika Serikat rata-rata hingga 40 persen lebih mahal, di Uni Eropa hingga 45 persen lebih mahal, dan di India hingga 25 persen lebih mahal.
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa pertumbuhan pasar dimungkinkan di luar Tiongkok.
Namun, untuk memanfaatkan peluang yang tersedia, negara-negara berkembang perlu bergerak melampaui penambangan dan pemrosesan mineral penting dan memaksimalkan peluang lebih jauh.
“Pertumbuhan dalam manufaktur dan perdagangan teknologi energi bersih seharusnya menguntungkan banyak negara, bukan hanya segelintir negara,” kata Fatih Birol, direktur eksekutif IEA.
Negara-negara di Asia Tenggara, Amerika Latin, Afrika, dan sekitarnya memiliki potensi kuat untuk memainkan peran penting dalam ekonomi energi baru.
Dan laporan ini menemukan bahwa dengan kemitraan strategis yang baik, peningkatan investasi, dan upaya yang lebih besar untuk menurunkan biaya pembiayaan yang tinggi, negara-negara tersebut dapat mencapai potensi itu.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya