Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

COP29: Transisi Energi Harus Perhatikan Semua Kalangan Masyarakat

Kompas.com - 16/11/2024, 21:17 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pembahasan isu tentang bagaimana mengelola permintaan mineral yang penting untuk memproduksi kendaraan listrik dan panel surya muncul dalam pembicaraan iklim di COP29, Rabu (13/11/2024).

Dalam pembahasan itu disebutkan pentingnya mengelola permintaan mineral tanpa memicu keserakahan yang mengeksploitasi masyarakat lokal dan menghancurkan kaum miskin.

“Kita di sini untuk menanggapi tantangan utama yaitu mengubah transisi energi menuju keadilan,” kata Sekretaris Jenderal PBB António Guterres dalam panel Critical Energy Transition Minerals.

Seperti dikutip dari laman resmi United Nations, Sabtu (16/11/2024) revolusi energi terbarukan sedang melaju kencang.

Baca juga:

Tahun 2023, untuk pertama kalinya jumlah dana yang diinvestasikan untuk jaringan listrik dan energi terbarukan melampaui jumlah yang dibelanjakan untuk bahan bakar fosil.

Permintaan akan mineral yang penting bagi transisi pun diperkirakan juga ikut melonjak.

Namun Guterres memperingatkan adanya potensi ketidakadilan bagi negara berkembang jika permintaan itu tidak dikelola dengan bijaksana.

"Bagi negara-negara berkembang yang kaya akan sumber daya tersebut, ini peluang besar untuk menciptakan kemakmuran, memberantas kemiskinan, dan mendorong pembangunan berkelanjutan," papar Guterres.

Namun, sering kali hal tersebut tidak terjadi karena keserakahan yang menghancurkan kaum miskin.

Soalnya, perburuan sumber daya ini bisa berpotensi pada eksploitasi masyarakat lokal, pelanggaran hak asasi, dan perusakan lingkungan.

"Kita melihat negara-negara berkembang terpuruk hingga ke dasar rantai nilai, sementara negara-negara lain menjadi kaya dengan sumber daya mereka," ungkap Guterres.

Laporan terbaru panel pun mengidentifikasi tujuh prinsip sukarela dan lima rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti untuk menanamkan keadilan dan kesetaraan di seluruh rantai nilai mineral penting.

Baca juga:

Tujuan utama ini adalah untuk memberdayakan masyarakat, menciptakan akuntabilitas, dan memastikan bahwa energi bersih mendorong pertumbuhan yang adil dan tangguh.

Itu termasuk memajukan upaya untuk memastikan nilai tambah maksimum di negara-negara berkembang yang kaya sumber daya.

“Kami juga akan meneruskan kerangka ketertelusuran, transparansi, dan akuntabilitas global yang direkomendasikan untuk seluruh rantai nilai mineral. Ini akan membantu mendorong produksi yang bertanggung jawab, menjaga hak asasi manusia, dan lingkungan,” kata Guterres.

“Seiring dengan melonjaknya permintaan mineral transisi energi yang penting, tindakan juga harus diambil. Bersama-sama, mari kita ubah transisi ini menuju keadilan dan kesetaraan,” tambahnya.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

Pemerintah
LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

Pemerintah
Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Pemerintah
Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

LSM/Figur
Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

LSM/Figur
Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Pemerintah
Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

LSM/Figur
Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

LSM/Figur
3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

LSM/Figur
1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

LSM/Figur
Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

LSM/Figur
Harus 'Segmented', Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Harus "Segmented", Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Swasta
ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

Swasta
Dekarbonisasi Baja dan Logam, Uni Eropa Luncurkan Rencana Aksi

Dekarbonisasi Baja dan Logam, Uni Eropa Luncurkan Rencana Aksi

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau