Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Perusahaan Minyak Dituding Hasilkan Plastik 1.000 Kali Lebih Banyak, Benarkah?

Kompas.com - 24/11/2024, 15:44 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Data terbaru Greenpeace menyebutkan bahwa lima perusahaan minyak dan kimia menghasilkan 1.000 kali lebih banyak plastik dari yang dikelola, dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

Padahal, perusahaan tersebut tergabung dalam Alliance to End Plastic Waste (AEPW), aliansi yang bertujuan untuk menghentikan polusi plastik.

Mengutip The Guardian, Kamis (21/11/2024), Greenpeace mencatat produksi plastik dari perusahaan kimia Dow, perusahaan minyak ExxonMobil, Shell, TotalEnergies, ChevronPhillips, AS Chevron serta Phillips 66.

Baca juga:

Greenpeace menyebut kelima perusahaan itu memproduksi 132 juta ton jenis plastik polietilen (PE) dan PP (polipropilena) dalam lima tahun. Angka ini, 1.000 kali lipat lebih banyak dari total 118.500 ton sampah plastik yang dihasilkan AEPW pada periode yang sama.

Dokumen AEPW menyatakan bahwa sampah plastik itu didaur ulang di tempat pembuangan sampah atau dijadikan bahan bakar.

“Skema daur ulang yang mereka promosikan hampir tidak mampu mengurangi jumlah plastik yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan ini. Satu-satunya solusi adalah mengurangi jumlah plastik yang diproduksi,” ungkap Direktur Eksekutif Greenpeace Inggris Will McCallum.

Tudingan Ditolak

Di sisi lain, juru bicara AEPW tidak sependapat dengan tudingan tersebut. AEPW dinilai mempunyai peran yang signifikan dalam perjanjian terkait sampah plastik di forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Para petinggi AEPW pun berpendapat, pengurangan produksi plastik tidak boleh masuk dalam perjanjian ini.

“Aliansi ini bertujuan untuk mempercepat inovasi dan menyalurkan modal dalam mengembangkan skalabel yang efektif solusi untuk membantu menghentikan sampah plastik dan polusi,” ungkap juru bicara AEPW yang tidak disebutkan namanya.

Ia menuturkan, tak ada organisasi mana pun yang dapat menyelesaikan tantangan sampah plastik sendirian.

Baca juga:

 

Menurutnya, tugas AEPW adalah mengidentifikasi solusi yang mendukung pengumpulan, pemilahan, pengumpulan sampah plastik, mendaur ulang plastik hingga mendorong ekonomi sirkular.

"Aliansi menyadari fakta bahwa kami hanyalah satu di antara banyak pemangku kepentingan, yang berkontribusi dalam memberikan solusi," jelas juru bicara AEPW.

Pihak ExxonMobil menyampaikan, plastik bukan menjadi masalah utama. Sampah plastiklah yang harus diselesaikan.

"Kami mendukung serangkaian solusi untuk mengatasi sampah plastik dan melakukan bagian kami untuk berkontribusi, termasuk melalui daur ulang tingkat lanjut," ucap perwakilan perusahaan.

Perjanjian PBB dimulai ketika produksi plastik terus melonjak hingga dua kali lipat, mencapai 460 juta ton pada periode 2000-2019.

Sampah plastik meningkat dari 156 juta ton pada 2000 menjadi 353 juta ton di 2019. Namun, menurut laporan di OECD, hanya 9 persen sampah yang didaur ulang.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau