Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

40 Persen Perusahaan Global Terbesar Integrasikan Kinerja ESG dalam Gaji Eksekutif

Kompas.com, 4 Desember 2024, 19:51 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber ESG Today

KOMPAS.com - Perusahaan-perusahaan terbesar di dunia semakin banyak mengintegrasikan kinerja ESG dalam gaji eksekutif dan dewan komisaris. Termasuk juga menunjuk pemimpin keberlanjutan yang berdedikasi.

Hal tersebut dilakukan karena mereka terus menetapkan tujuan iklim dan mempersiapkan persyaratan pengungkapan terkait keberlanjutan yang bersifat regulasi.

Kesimpulan itu didapat berdasarkan laporan baru yang dirilis oleh KPMG.

Dikutip dari ESG Today, Rabu (4/12/2024) Survei Pelaporan Keberlanjutan 2024 KPMG ini menganalisis laporan keberlanjutan dari 5.800 perusahaan di 58 negara dan yurisdiksi di seluruh dunia.

Baca juga:

Temuan laporan tersebut menyoroti perusahaan-perusahaan terbesar secara global, "G250," serta serangkaian perusahaan yang lebih luas berdasarkan wilayah, "N100," atau 100 perusahaan teratas di 58 wilayah.

Dari analisis tersebut, laporan menemukan bahwa perusahaan semakin menunjuk pemimpin yang berfokus pada keberlanjutan dan memberi insentif pada kinerja keberlanjutan mereka.

Menurut laporan, lebih dari separuh (56 persen) perusahaan G250 memiliki anggota khusus di jajaran direksi atau tim kepemimpinan yang bertanggung jawab terhadap masalah keberlanjutan, meningkat dari hanya 45 persen pada 2022.

Di antara perusahaan N100, sebanyak 46 persen memiliki pemimpin keberlanjutan yang berdedikasi, naik dari 34 persen pada tahun 2022.

Lebih lanjut, penggunaan pertimbangan keberlanjutan dalam pembayaran untuk jajaran direksi atau tim pimpinan telah meningkat menjadi 30 persen di perusahaan N100, sementara pada 2022 hanya sebanyak 24 persen.

Pada perusahaan G250, terjadi kenaikan tipis yakni dari 40 persen pada 2022 menjadi 41 persen pada 2024.

Meskipun peningkatannya lebih rendah untuk perusahaan G250, kelompok ini sangat dipengaruhi oleh perusahaan AS, yang benar-benar mengalami penurunan integrasi keberlanjutan dalam kompensasi dari 53 persen pada tahun 2022 menjadi 39 persen.

Kawasan lain sendiri mengalami pertumbuhan signifikan dalam kompensasi terkait keberlanjutan, dengan Eropa meningkat menjadi 34 persen perusahaan, naik dari 29 persen pada tahun 2022.

Sedangkan Asia Pasifik mencapai 33 persen, naik dari hanya 20 persen pada tahun 2022.

"Fakta bahwa ada lebih banyak pemimpin keberlanjutan dalam tim eksekutif di ruang rapat daripada sebelumnya adalah bukti nyata bahwa kami membuat kemajuan yang solid dalam perjalanan menuju transparansi yang lebih besar dan tindakan perusahaan yang positif untuk mengatasi tantangan lingkungan, sosial, dan tata kelola," ungkap John McCalla-Leacy, Kepala ESG Global di KPMG International.

Baca juga:

"Semakin banyak investor saat ini yang menganggap data non finansial sama seriusnya dengan data keuangan. Pandangan umum saat ini adalah bahwa bisnis yang mengukur dan melaporkan risiko ESG secara jelas dan mendalam cenderung mengelola risiko tersebut dengan lebih baik dan memberikan nilai jangka panjang yang lebih besar,” paparnya lagi.

Laporan tersebut juga menemukan bahwa hampir semua perusahaan terbesar di dunia kini menetapkan sasaran iklim.

Sebanyak 95 persen perusahaan G250 telah menerbitkan sasaran pengurangan karbon pada tahun 2024, naik dari 80 persen pada tahun 2022.

Lalu sebanyak 80 persen perusahaan N100 juga menetapkan sasaran iklim mereka, naik dari 71 persen dua tahun lalu.

Sasaran iklim juga tampak semakin berintegritas, dengan 60 persen perusahaan menghubungkan sasaran pengurangan karbon mereka dengan Perjanjian Paris yang bertujuan untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 2 derajat Celsius, naik dari 54 persen pada tahun 2022.

Sebanyak 51 persen perusahaan mengadopsi atau berencana pula untuk mengadopsi sasaran berbasis sains untuk pengurangan karbon, naik dari 43 persen pada tahun 2022.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
Riset CELIOS: Lapangan Kerja dari Program MBG Terbatas dan Tak Merata
LSM/Figur
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Presiden Prabowo Beri 20.000 Hektar Lahan di Aceh untuk Gajah
Pemerintah
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
IWGFF: Bank Tak Ikut Tren Investasi Hijau, Risiko Reputasi akan Tinggi
LSM/Figur
MBG Bikin Anak Lebih Aktif, Fokus, dan Rajin Belajar di Sekolah?, Riset Ini Ungkap Persepsi Orang Tua
MBG Bikin Anak Lebih Aktif, Fokus, dan Rajin Belajar di Sekolah?, Riset Ini Ungkap Persepsi Orang Tua
LSM/Figur
Mikroplastik Bisa Sebarkan Patogen Berbahaya, Ini Dampaknya untuk Kesehatan
Mikroplastik Bisa Sebarkan Patogen Berbahaya, Ini Dampaknya untuk Kesehatan
LSM/Figur
Greenpeace Soroti Krisis Iklim di Tengah Minimnya Ruang Aman Warga Jakarta
Greenpeace Soroti Krisis Iklim di Tengah Minimnya Ruang Aman Warga Jakarta
LSM/Figur
Interpol Sita 30.000 Satwa dan Tanaman Ilegal di 134 Negara, Perdagangan Daging Meningkat
Interpol Sita 30.000 Satwa dan Tanaman Ilegal di 134 Negara, Perdagangan Daging Meningkat
Pemerintah
PHE Konsisten Lestarikan Elang Jawa di Kamojang Jawa Barat
PHE Konsisten Lestarikan Elang Jawa di Kamojang Jawa Barat
Pemerintah
Indeks Investasi Hijau Ungkap Bank Nasional di Posisi Teratas Jalankan ESG
Indeks Investasi Hijau Ungkap Bank Nasional di Posisi Teratas Jalankan ESG
LSM/Figur
Korea Selatan Larang Label Plastik di Botol Air Minum per Januari 2026
Korea Selatan Larang Label Plastik di Botol Air Minum per Januari 2026
Pemerintah
Aturan Baru Uni Eropa, Wajibkan 25 Persen Plastik Daur Ulang di Mobil Baru
Aturan Baru Uni Eropa, Wajibkan 25 Persen Plastik Daur Ulang di Mobil Baru
Pemerintah
BRIN Soroti Banjir Sumatera, Indonesia Dinilai Tak Belajar dari Sejarah
BRIN Soroti Banjir Sumatera, Indonesia Dinilai Tak Belajar dari Sejarah
Pemerintah
KLH Periksa 8 Perusahaan Diduga Picu Banjir di Sumatera Utara
KLH Periksa 8 Perusahaan Diduga Picu Banjir di Sumatera Utara
Pemerintah
Banjir Sumatera, BMKG Dinilai Belum Serius Beri Peringatan Dini dan Dampaknya
Banjir Sumatera, BMKG Dinilai Belum Serius Beri Peringatan Dini dan Dampaknya
LSM/Figur
Mengenal Kemitraan Satu Atap Anak Usaha TAPG di Kalimantan Tengah, Apa Itu?
Mengenal Kemitraan Satu Atap Anak Usaha TAPG di Kalimantan Tengah, Apa Itu?
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau