Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 27 Desember 2024, 09:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Berbagai kabar mengenai isu lingkungan dan pemanasan global terus menjadi perhatian banyak pihak.

Salah satu kabar yang membuat resah adalah layanan pemantau iklim bentukan Uni Eropa, Copernicus Climate Change Service (C3S), memprediksi 2024 sebagai tahun terpanas.

Akan tetapi, di tengah kabar-kabar suram, ada beberapa berita baik soal pengelolaan lingkungan.

Adanya kabar positif ini menunjukkan bahwa selalu ada perubahan baik dalam setiap progresnya dan berbagai upaya baik yang sudah dilakukan tidaklah sia-sia.

Optimisme untuk menjaga lingkungan dan melawan perubahan iklim diharapkan tetap terjaga.

Berikut 10 kabar baik soal lingkungan dan energi sepanjang 2024, sebagaimana dilansir dari berbagai sumber.

Baca juga: 5 Kabar Baik soal Lingkungan Sepanjang September

1. Kemenangan di pengadilan

Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa (ECHR) pada 9 April memutuskan, negara yang tidak beraksi terhadap perubahan iklim melanggar hak asasi manusia yang mendasar.

Keputusan tersebut dianggap para pengamat sebagai keputusan bersejarah yang berhubungan dengan krisis iklim.

Kasus ini diajukan oleh sebuah asosiasi perempuan lanjut usia di Swiss yang prihatin terhadap dampak pemanasan global terhadap kesehatan mereka.

Mereka mengklaim bahwa pemerintah Swiss tidak mengambil tindakan yang cukup untuk mengatasi perubahan iklim.

Baca juga: Kabar Baik, Peneliti di Arktik Temukan Cara Tebalkan Es Laut

2. Pelacakan beruang kutub

Sejumlah ilmuwan mengembangkan cara baru untuk melacak beruang kutub dan ini dapat membantu manusia lebih memahami cara mereka mengatasi hilangnya es laut.

Terobosan dalam tag pelacakan GPS tempel ini akan membantu peneliti mengisi kesenjangan dalam pengetahuan mereka tentang perilaku atau pergerakan beruang kutub seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya.

3. Kapal feri bertenaga hidrogen

Kapal feri penumpang komersial bertenaga hidrogen pertama di dunia akan mulai beroperasi di Teluk San Francisco, Amerika Serikat (AS).

Kapal bernama MV Sea Change tersebut memiliki panjang 21 meter dan dijadwalkan memulai operasi perdananya mulai 19 Juli di San Francisco.

Kapal dengan kapasitas 75 penumpang tersebut akan digratiskan selama enam bulan sebagai bagian dari program percontohan.

Sebagai kapal feri bertenaga hidrogen, MV Sea Change dapat menempuh jarak sekitar 550 kilometer dan beroperasi selama 16 jam sebelum mengisi ulang hidrogen.

Baca juga: Kabar Baik, WMO Prediksi Lapisan Ozon Bisa Pulih Sepenuhnya

4. Deforestari Kolombia turun

Deforestasi di Kolombia turun hingga 36 persen dalam setahun, menandai rekor terendah baru.

Kabar baiknya adalah hutan hujan terbesar di dunia, Amazon, yang sepertiganya berada di Kolombia.

Penurunan tersebut terjadi antara 2022 dan 2023 setelah bertahun-tahun kampanye oleh aktivis lokal yang bergantung pada Amazon untuk rumah dan mata pencaharian mereka.

Baca juga: 5 Kabar Baik soal Lingkungan Sepanjang Juli

Ilustrasi panel surya, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).SHUTTERSTOCK/DIYANA DIMITROVA Ilustrasi panel surya, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

5. PLTS di pemakaman

Kota Valencia, Spanyol, berencana mengubah kuburan menjadi ladang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

Kota di pantai timur Spanyo tersebut berencana memasang ribuan panel surya di kuburan di sekitar kota.

Proyek ini dijuluki RIP, singkatan dari Requiem in Power, diluncurkan bulan ini dengan pemasangan panel surya pertama.

6. Pakta masa depan

Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Minggu (22/9/2024) menyepakati perjanjian baru bernama Pakta untuk Masa Depan.

Pakta tersebut menjadi ujung tombak perencanaan kebijakan publik internasional yang memperhatikan segala aspek dalam pembangunan suatu negara ataupun kawasan.

Hal itu bertujuan agar tercipta dunia yang baik dan adil tanpa mengorbankan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan.

Pakta tersebut ditujukan untuk mengatasi beberapa tantangan terbesar dunia, salah satu topik utamanya adalah perubahan iklim.

Baca juga: Kabar Baik, Deforestasi di Amazon Kolombia Turun 36 Persen

7. Penyu di Siprus

Penyu hijau dan penyu tempayan yang dilindungi kembali muncul di dua pangkalan militer Inggris di pantai Siprus.

Jumlah sarang telah melampaui jumlah rekor tahun lalu hingga hampir 25 persen.

Tercatat ada 382 sarang penyu laut pada tahun ini di semua pantai berpasir di dalam pangkalan militer Inggris di Siprus.

Jumlah tersebut lebih banyak 100 sarang dibandingkan jumlah tahun lalu.

Meningkatkan jumlah sarang penyu terjadi karena tidak adanya proyek pembangunan di dalam pangkalan. Selain itu, ada patroli harian dari sukarelawan.

Baca juga: 6 Kabar Baik soal Lingkungan Sepanjang Mei

8. Puntung rokok jadi aspal

Guna mengurangi puntung rokok, Ibu Kota Slovakia, Bratislava, membuat terobosan pengelolaan sampah tersebut menjadi aspal.

Untuk memulai langkah itu, pertama-tama diperlukan pemilahan khusus puntung rokok untuk dijadikan bahan baku.

Perusahaan pengelola sampah kota tersebut, Odvoz a Likvidacia Odpadu (OLO), lantas menciptakan wadah khusus untuk menampung puntung rokok.

Mulai 2024, OLO akan menempatkan wadah yang dirancang khusus untuk menampung puntung rokok di acara-acara publik

Bekerja sama dengan Dewan Kota Bratislava dan perusahaan SPAK-EKO dan EcoButt, OLO akan membantu mengubah sampah puntung rokok yang terkumpul menjadi aspal untuk jalan.

Proyek bersama ini akan menyulap puntung rokok bekas menjadi serat khusus yang kemudian dapat menjadi bahan tambahan untuk pembuatan aspal.

Manajer Ekonomi Sirkular OLO Martina Cechova mengatakan, memilah sampah puntung rokok adalah langkah awal yang bisa dilakukan warga untuk berkontribusi membersihkan lingkungan.

Baca juga: Kabar Baik, Tanah Adat Knasaimos di Papua Resmi Diakui Bupati Sorong Selatan

Ilustrasi energi terbarukan.Shutterstock Ilustrasi energi terbarukan.

9. 99 persen energi terbarukan

Sejauh ini, sudah ada tujuh negara di dunia yang mengandalkan kebutuhan listriknya dari energi terbarukan di atas 99,7 persen. 

Ketujuh negara tersebut adalah Albania, Bhutan, Etiopia, Islandia, Nepal, Paraguay, dan Republik Demokratik Kongo. 

Energi terbarukan yang negara-negara tersebut manfaatkan berasal dari berbagai sumber seperti panas bumi, hidro, angin, dan matahari. 

Capaian tersebut disampaikan dari laporan dua lembaga internasional, International Energy Agency (IEA) dan International Renewable Energy Agency (Irena). 

Selain ketujuh negara tersebut, ada satu lagi negara yang mengandalkan energi terbarukan sebesar 98,38 persen yaitu Norwegia.

Baca juga: 4 Kabar Baik soal Lingkungan Sepanjang April

10. Terobosan baterai

Para peneliti dari Chalmers University of Technology membuat terobosan dengan menciptakan baterai dari serat karbon.

Karena kekuatannya, bahan dasar baterai tersebut cukup kokoh untuk berfungsi sebagai struktur penahan beban.

Baterai tersebut diklaim sebagai baterai terkuat di dunia dan dapat diintegrasikan ke dalam desain kendaraan untuk mengurangi berat dan meningkatkan jarak tempuh.

"Kami telah berhasil menciptakan baterai yang terbuat dari komposit serat karbon yang sekuat aluminium dan cukup padat energi untuk digunakan secara komersial," kata ilmuwan Chalmers University of Technology Richa Chaudhary.

Baca juga: Kabar Baik, Energi Terbarukan Dunia Meningkat 50 Persen

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
LSM/Figur
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau