JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan, target puncak penurunan emisi karbon dioksida (CO2) mundur lima tahun demi pertumbuhan ekonomi 8 persen.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, menjelaskan awalnya pemerintah menargetkan puncak emisi karbon terjadi pada 2030. Dengan begitu, akan tercapai net zero emission (NZE) di 2060.
"Untuk CO2 emission energy sector memang juga mundur. Dari awalnya waktu di JETP kami terapkan di angka 2030, sekarang angkanya 2035," ujar Dadan dalam keterangannya, Sabtu (22/2/2025).
Baca juga: Pertama Kali, China Kenalkan Kapal Minyak dengan Penangkap Karbon
"Ini dalam konteks memang untuk mengakomodir rencana pemerintah sekarang, yang pertumbuhannya 8 persen akan terjadi di 2028 atau 2029," imbuh dia.
Kendati demikian, Dadan menyampaikan bahwa investasi untuk meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT) meningkat.
Menurut Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), investasi di sektor EBT naik dari 50,4 persen menjadi 56 persen hingga 2040.
“Secara volume juga memang naik semua. Jadi menurut kami ini gambaran-gambaran yang bagus, meskipun di sisi yang lain adalah ini kan merupakan tantangan buat kami menyediakan energi,” kata Dadan.
Dia mencatat, penyediaan energi perlu diimbangi dengan harga yang menarik bagi investor. Seiring dengan itu, tingkat emisi CO2 pun harus dipangkas.
Baca juga: KKP Sebut Ekosistem Padang Lamun Siap Masuk Perdagangan Karbon
Karenanya, pemerintah melakukan dua pendekatan yakni mendorong EBT.
“Kedua, kami akan memaksimalkan gas untuk pemakaian di dalam negeri. Sehingga in total untuk emisinya ini bisa kami maintain," ungkap Dadan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya