Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengentasan Stunting Upaya Ciptakan SDM Unggul untuk Modal Bersaing

Kompas.com - 21/07/2023, 16:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Program pengentasan stunting yang menjadi prioritas merupakan upaya pemerintah dalam mencegah IQ atau daya intelektual anak turun lebih rendah.

Hal tersebut disampaikan Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono dalam Forum Menuju Indonesia Bebas Stunting di Jakarta, Kamis (20/7/2023).

"Kalau kita ingin mencapai generasi emas di mana Indonesia mengalami pertumbuhan perekonomian yang tinggi, kita membutuhkan modal bersaing dan itu sebagian besar adalah sumber daya manusianya," kata Dante, sebagaimana dilansir Antara.

Baca juga: Pakar: Air Isi Ulang Berpotensi Meningkatkan Risiko Stunting pada Anak

Dante menuturkan, ketakutan terbesar pemerintah dalam menangani stunting pada anak bukan terletak pada tumbuh tingginya yang tidak optimal.

Melainkan otak anak tidak dapat terbentuk dengan baik karena stunting dan dapat menyebabkan dampak panjang berupa turunnya kecerdasan anak.

IQ anak stunting rata-rata 11 poin lebih rendah dibandingkan anak yang tidak terkena stunting. IQ yang rendah menyebabkan produktivitas anak-anak jadi lebih rendah di usia dewasa.

Menurut Dante, anak stunting diestimasi memiliki penurunan kapasitas penghasilan 22 persen lebih rendah sebagai dampak dari rendahnya kecerdasan anak, yakni timbulnya sifat tidak kompetitif.

Baca juga: Pencegahan Stunting Sebaiknya Dimulai Sejak Calon Pengantin

Hal ini berpotensi membuat Indonesia tertinggal atau kalah ketika bersaing dengan negara lain.

Selain tidak produktif dan tidak kompetitif, penyakit yang diderita anak-anak stunting dalam jangka waktu 30 atau 40 tahun ke depan bisa membuat beban kesehatan negara jadi membengkak.

Anak stunting, kata Dante, berisiko memiliki probabilitas kematian tiga kali lipat lebih besar akibat penyakit kronis seperti diabetes, stroke dan hipertensi.

"Ini akibat dari investasi yang kita lakukan terlambat beberapa waktu sebelumnya ketika dia masih anak-anak. Tidak hanya pada individu, stunting berdampak pada daya saing bangsa. Ini masalah bersama, sekali lagi, ini masalah daya saing bangsa," ujar Dante.

Baca juga: Air Bersih dan Sanitasi Layak Bantu Turunkan Angka Stunting

Dia menambahkan, pemerintah terus berusaha mempercepat penurunan stunting melalui 11 program yang tiap sasarannya mencakup siklus hidup manusia.

Misalnya sebelum lahir, di kalangan remaja putri dilakukan skrining anemia dan pemberian tablet tambah darah (TTD).

Sementara pada ibu hamil, pemerintah menetapkan jumlah kunjungan ibu memeriksakan kehamilannya (ANC) di puskesmas menjadi enam kali, diikuti pemberian TTD dan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil yang kekurangan gizi kronis (KEK).

Dante melanjutkan, setelah bayi lahir dan masuk sampai fase usia balita, pemerintah menguatkan pemantauan pertumbuhan anak sambil menyosialisasikan pentingnya pemberian ASI eksklusif dan pemberian makanan tambahan (PMT) berupa protein hewani bagi bayi di bawah dua tahun (baduta).

Baca juga: Ahli: Tak Ada Vitamin Instan yang Dapat Mengobati Stunting Anak

Bagi balita yang terpantau mengalami suatu masalah tumbuh kembang, pemerintah akan mengawal tata laksana balita yang terkena masalah gizi tersebut.

Dante mengatakan, pemerintah juga meningkatkan cakupan dan perluasan jenis imunisasi dasar rutin untuk mencegah anak terkena infeksi berulang baik dari virus atau bakteri.

"(Angka stunting) punya kita sudah 21,6 persen tahun ini. Di tahun 2023, mudah-mudahan turun, kalau misal turun 3,8 persen bisa jadi 17,8 persen," papar Dante.

"Akhirnya, kita bisa turun jadi 14 persen di tahun 2024 seperti target yang kita harapkan bersama," imbuhnya.

Baca juga: Manfaatkan Pekarangan Rumah Bisa Bantu Atasi Stunting, Ini Caranya

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com