Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1.000 Hari Pertama Kehidupan Sangat Penting untuk Perkembangan Anak

Kompas.com - 24/07/2023, 08:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com1.000 hari pertama kehidupan (HPK) anak sangat penting untuk memaksimalkan perkembangan mereka sehingga tidak boleh disia-siakan.

Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo saat menghadiri acara rembuk stunting di Kalurahan (Desa) Wukirsari, Bantul, Yogyakarta.

Hasto mengatakan, periode 1.000 HPK terjadi perkembangan sel-sel otak yang sangat cepat dan terjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf serta cabang-cabangnya.

Baca juga: Hari Anak Nasional, Kadis Dalduk KB Kota Palopo Ajak Lebih Peduli Persoalan Anak

“Sehingga terbentuk jaringan saraf dan otak yang kompleks,” kata Hasto, sebagaimana dilansir Antara, Minggu (23/7/2023).

Menurutnya, masa 1.000 HPK adalah kesempatan bagi orangtua untuk membangun dan menetapkan fondasi kesehatan, serta tumbuh kembang anak yang mencakup pertumbuhan badan dan kecerdasan yang optimal.

Hasto juga mengapresiasi pencapaian Kalurahan Wukirsari dalam upaya-upaya percepatan penurunan stunting.

“Kalurahan Wukirsari sudah bagus sekali dalam percepatan penurunan stunting. Dari 750 balita di Wukirsari, hanya ada 93 yang stunting,” ucap Hasto.

Baca juga: Trakindo Innovakids 2023 Persiapkan Anak Indonesia Jadi Inovator

“Artinya jika dihitung, angka stunting sekitar 12,3 persen, sudah di bawah target nasional 14 persen di tahun 2024,” sambungnya.

Pada rembuk stunting di Desa Wukirsari ini, diserahkan data desa presisi (DDP) dari Institut Pertanian Bogor (IPB).

Penggagas DDP yang juga Wakil Kepala Bidang Pengabdian kepada Masyarakat, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) IPB Sofyan Sjaf menyatakan, DDP merupakan data dengan tingkat akurasi dan ketepatan tinggi untuk memberikan gambaran kondisi aktual desa yang sesungguhnya.

“Data ini cukup komplit dan terukur sampai ada data per rumah, kalau semua desa punya, setiap perencanaan bisa terselesaikan dengan baik. Jika DDP ini bisa kita selesaikan, maka banyak permasalahan pembangunan bisa kita selesaikan” tutur Sofyan.

Baca juga: Pakar: Air Isi Ulang Berpotensi Meningkatkan Risiko Stunting pada Anak

DDP diambil, divalidasi, dan diverifikasi oleh warga desa dibantu pihak luar desa, serta mengajak kerja sama para pemuda yang memiliki keahlian di bidang teknologi informasi.

Data tersebut diperoleh menggunakan pendekatan Drone Participatory Mapping (DPM).

DPM merupakan pendekatan inklusif yang menempatkan relasi antara manusia dan teknologi untuk melakukan pengumpulan data desa presisi dengan mempertimbangkan dimensi spasial, teknologi digital, partisipasi warga, dan sensus.

Adanya data yang lengkap dan terukur akurasinya terkait informasi kependudukan, ekonomi, sosial dan pendidikan masyarakat, termasuk data stunting, akan lebih mudah memetakan permasalahan masyarakat sebagai dasar untuk menentukan kebijakan di daerah maupun pusat.

Baca juga: Ahli: Tak Ada Vitamin Instan yang Dapat Mengobati Stunting Anak

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com