Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/01/2024, 16:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Para kandidat calon wakil presiden (cawapres) harus memiliki komitmen dan memahami tujuan akhir pembangunan berkelanjutan.

Kepala Center of Food, Energy and Sustainable Development di Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra Talattov mengatakan, mereka perlu berkomitmen memandang tujuan akhir dari pembangunan ekonomi berkelanjutan.

"Jadi kalau kita bicara pembangunan yang sifatnya fisik, itu sebetulnya bukan tujuan akhir, itu adalah tujuan antara," kata Abra sebagaimana dilansir Antara, Kamis (18/1/2024).

Baca juga: Mendekati Debat Cawapres, Para Kandidat Diminta Terbuka Soal Hilirisasi Nikel

Abra menuturkan, tujuan akhir pembangunan ekonomi berkelanjutan adalah tentang kesejahteraan masyarakat bukan sekadar pembangunan fisik.

"Kita juga perlu melihat bagaimana kesadaran para kandidat ini bahwa tujuan akhir dari pembangunan berkelanjutan itu bukan hanya sekadar pembangunan yang sifatnya tangible yang bisa terlihat, tetapi juga yang paling esensi adalah seluruh pembangunan fisik itu berujung pada pembangunan kesejahteraan masyarakatnya," ujarnya.

Selain itu, publik juga perlu melihat sejauh mana pemahaman kandidat cawapres terhadap agenda tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang sifatnya sudah menjadi komitmen bersama di level global.

SDGs menjadi konsensus negara-negara di seluruh dunia untuk bisa melakukan pembangunan yang berkelanjutan dengan parameter yang sama antar negara.

Baca juga: Walhi Tantang Capres-Cawapres Rilis Daftar Hitam Perusahaan Penyebab Karhutla

Sehingga pencapaian SDGs satu negara dengan negara lain bisa diukur

Menurut dia, komitmen dan paradigma pembangunan berkelanjutan yang diusung masing-masing kandidat seharusnya tidak bersifat parsial, melainkan menyeluruh atau menyasar ke seluruh dimensi.

Artinya, paradigmanya adalah menggenjot ekonomi tetapi tidak mengorbankan aspek lingkungan, sosial, dan hukum.

"Paradigma pembangunan berkelanjutan ini tentunya menjadi nafas yang disampaikan masing-masing kandidat," tutur Abra.

Baca juga: 3 Pegiat Lingkungan Dorong Capres-Cawapres Kaji Ulang Kebijakan Bioenergi

Ia mengatakan ada lima komponen yang melingkupi pembangunan berkelanjutan, yang harus menjadi landasan dari agenda pembangunan berkelanjutan yang diusung oleh masing-masing kandidat yakni aspek people, prosperity, planet, peace, dan partnership.

Aspek people berorientasi pada manusia dengan menjaga martabat dan kesetaraan. Aspek prosperity memastikan kesejahteraan tanpa menyebabkan kesenjangan dengan tetap menjaga kehidupan yang harmonis dengan alam.

Aspek planet tentang melindungi bumi, sumber daya alam, keanekaragaman hayati dan keberlangsungan bumi bagi generasi berikutnya.

Aspek peace tentang menjaga perdamaian, masyarakat yang inklusif dan mengurangi kekerasan dan diskriminasi.

Baca juga: Jelang Debat Cawapres 21 Januari, Walhi Desak Kupas Tuntas Lingkungan Hidup

Aspek partnership tentang mencapai tujuan bersama melalui kerja sama global yang solid, setara dan saling menguntungkan.

Sementara untuk peringkat SDGs di level global pada 2023, Indonesia berada di peringkat ke-75 dari 166 negara dengan skor 70,2 persen.

Dibandingkan negara-negara lain di kawasan ASEAN, Indonesia berada di bawah Thailand dengan peringkat 43 dan skor 74,74, Vietnam di peringkat 55 dengan skor 73,32, Singapura di peringkat 64 dengan skor 71,78.

"Kalau kita lihat progresnya secara umum Indonesia mengarah pada hasil yang on the track," paparnya.

Baca juga: Apa Saja yang Dikatakan Capres-Cawapres soal Perubahan Iklim dan Transisi Energi?

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com