Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Taman Nasional Indonesia yang Masuk ASEAN Heritage Park

Kompas.com, 1 Juni 2023, 14:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Taman Nasional Kerinci Seblat melindungi 4.000 jenis tanaman, 300 jenis anggrek, 371 spesies burung (17 di antaranya endemik Sumatera), 85 spesies mamalia, tujuh spesies primata, enam spesies amfibi, dan 10 spesies reptil.

Selain itu, Taman Nasional Kerinci Seblat memiliki dua spesies kunci yang menjadi fokus pengelolaannya, yaitu harimau sumatera dan gajah sumatera.

Taman Nasional Kerinci Seblat Kerinci ditunjuk sebagai salah satu ASEAN Heritage Park dalam ASEAN Ministrial Meeting di Bangkok tanggal 29 November 1984.

Baca juga: Daftar Taman Nasional di Pulau Kalimantan

3. Taman Nasional Lorentz

Taman Nasional Lorentz terletak di barat daya dan tengah Papua dengan luas 2.354.644.066 ha yang merupakan kawasan lindung terbesar di Indonesia.

Secara administratif, Taman Nasional Lorentz di mencakup iga wilayah provinsi yaitu Provinsi Papua Tengah, Provinsi Papua Pegunungan dan Provinsi Papua Selatan.

Taman Nasional Lorentz mencakup 10 Kabupaten yaitu Kabupaten Mimika, Kabupaten Paniai, Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Puncak, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Lanny Jaya, Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Nduga, dan Kabupaten Asmat.

Taman Nasional Lorentz mewakili beragam jenis habitat mulai dari rawa, hutan pegunungan tinggi, kehidupan laut tropis, hingga puncak gunung yang tertutup salju satu-satunya di Indonesia.

Taman Nasional Lorentz memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi karena memiliki banyak sekali ekosistem dan tipe vegetasi.

Vegetasinya mulai dari hutan rawa, hutan tepi sungai, hutan sagu, hutan gambut, pantai pasir karang, hutan hujan lahan datar, hutan hujan pada bukit, hutan kerangas, hutan pegunungan, padang rumput, dan lumut kerak.

Taman Nasional Lorentz ditunjuk sebagai salah satu ASEAN Heritage Park pada ASEAN Ministrial Meeting di Bangkok tanggal 29 November 1984.

Baca juga: Daftar Taman Nasional di Sulawesi

4. Taman Nasional Way Kambas

Taman Nasional Way Kambas Lampung menjadi salah satu pusat konservasi gajah di Indonesia.Shutterstock/Sony Herdiana Taman Nasional Way Kambas Lampung menjadi salah satu pusat konservasi gajah di Indonesia.

Taman Nasional Way Kambas berada di Kecamatan Ratu, Lampung Timur, Lampung. Taman nasional ini menjadi tempat pelestarian gajah dan termasuk taman nasional tertua di Indonesia.

Taman nasional ini dulunya adalah Kawasan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) dengan luas 130.000 hektare.

Setelah itu, Way Kambas baru ditetapkan sebagai taman nasional pada 1 April 1989. Kawasan Taman Nasional Way Kambas juga menjadi sekolah gajah pertama di Indonesia.

Selain gajah, fauna di Taman Nasional Way Kambas antara lain badak sumatera, gajah sumatera, harimau sumatera, mentok rimba buaya sepit, kijang, tapir, rusa, dan beruang madu.

Primata di kawasan ini antara lain lutung, owa, siamang, dan sebagainya. Ada juga beberapa jenis burung seperti banagu tongtong, sempidan biru, kuau raja, dan burung pependang timur.

Taman Nasional Way Kambas ditunjuk sebagai salah satu ASEAN Heritage Park dalam ASEAN Ministrial Meeting di Hanoi tanggal 28 Oktober 2015.

Baca juga: Daftar Taman Nasional di Maluku

5. Taman Nasional Kepulauan Seribu

Polisi hutan Seksi II Taman Nasional Kepulauan Seribu, Kepulauan Seribu, Jakarta, melakukan patroli di kawasan Pulau Belanda, Rabu (12/8/2015). Nelayan sering dijumpai memasuki kawasan zona inti taman nasional. Padahal, zona inti tersebut merupakan kawasan konservasi laut yang terlarang dimasuki tanpa izin.KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO Polisi hutan Seksi II Taman Nasional Kepulauan Seribu, Kepulauan Seribu, Jakarta, melakukan patroli di kawasan Pulau Belanda, Rabu (12/8/2015). Nelayan sering dijumpai memasuki kawasan zona inti taman nasional. Padahal, zona inti tersebut merupakan kawasan konservasi laut yang terlarang dimasuki tanpa izin.

Taman Nasional Kepulauan Seribu terletak di utara Jakarta, secara administratif berada di wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

Taman Nasional Kepulauan Seribu adalah kawasan perairan laut sampai batas pasang tertinggi yang meliputi tiga kelurahan yaitu Kelurahan Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Kelapa, dan Kelurahan Pulau Harapan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
Pemerintah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
LSM/Figur
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
Swasta
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Swasta
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
LSM/Figur
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
Banjir dan Longsor Tapanuli Tengah, WVI Jangkau 5.000 Warga Terdampak
LSM/Figur
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
Distribusi Cadangan Beras untuk Banjir Sumatera Belum Optimal, Baru 10.000 Ton Tersalurkan
LSM/Figur
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Menteri LH Ancam Pidanakan Perusahaan yang Terbukti Sebabkan Banjir Sumatera
Pemerintah
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
KLH Bakal Periksa 100 Unit Usaha Imbas Banjir Sumatera
Pemerintah
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
Tambang Energi Terbarukan Picu Deforestasi Global, Indonesia Terdampak
LSM/Figur
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
Food Estate di Papua Jangan Sampai Ganggu Ekosistem
LSM/Figur
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
Perjanjian Plastik Global Dinilai Mandek, Ilmuwan Minta Negara Lakukan Aksi Nyata
LSM/Figur
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Cegah Kematian Gajah akibat Virus, Kemenhut Datangkan Dokter dari India
Pemerintah
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
Indonesia Rawan Bencana, Penanaman Pohon Rakus Air Jadi Langkah Mitigasi
LSM/Figur
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Hujan Lebat Diprediksi Terjadi hingga 29 Desember 2025, Ini Penjelasan BMKG
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau