KOMPAS.com - Dunia tengah menghadapi ancaman yang kian nyata berupa perubahan iklim akibat pemanasan global.
Penyebab utama pemanasan global adalah lepasnya emisi gas rumah kaca (GRK) ke udara yang memerangkap panas matahari di dalam bumi.
Salah satu faktor lepasnya banyak emisi GRK adalah penggundulan hutan. Penggundulan hutan membuat upaya penyerapan emisi GRK menjadi tidak optimal.
Baca juga: Sebanyak 52.000 Pohon Disiapkan untuk Koridor Tol IKN
Karena alasan itulah, ada banyak acara-acara penanaman pohon yang dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah.
Bahkan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutana (KLHK) menyediakan bibit pohon gratis dengan syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu.
Dan ketika penanaman ataupun pembagian bibit pohon dilakukan, penggundulan hutan atau deforestasi masih jalan terus di berbagai wilayah.
Lantas, muncul pertanyaan, jika semua manusia di dunia menanam satu pohon, mampukah mengganti jutaan pohon yang hilang dan mencegah perubahan iklim? Jawabannya ternyata sangat kompleks.
Penanaman pohon memang merupakan salah satu solusi untuk melawan perubahan iklim. Akan tetapi, menanam pohon bukanlah satu-satunya jawaban.
Baca juga: Meratus Ajak Konsumen Ganti Jejak Karbon dengan Pohon Mangrove
Saat ini populasi dunia mencapai sekitar 8 miliar jiwa. Jika setiap orang menanam pohon setiap tahunnya selama 20 tahun ke depan, itu berarti ada sekitar 160 miliar pohon baru.
Dilansir dari Science Alert, 24 Agustus 2021, saat ini ada sekitar 3 triliun batang pohon di seluruh dunia.
Meski tampaknya banyak, jumlah pohon saat ini ternyata hanya setengah dari 12.000 tahun yang lalu.
Setiap tahunnya, manusia menebang sekitar 15 miliar batang pohon di seluruh dunia. Mayoritas penebangan ini dilakukan di hutan tropis, termasuk Indonesia.
Baca juga: Taman Balekambang Direvitalisasi, Satwa dan Pohon Tua Dipertahankan
Oleh karenanya, melindungi keberadaan pohon-pohon di hutan juga tak kalah pentingnya, bahkan menjadi kunci utama perlawanan terhadap perubahan iklim.
Hutan yang ada saat ini tidak hanya menyerap karbon dioksida, tetapi juga menjadi habitat penting bagi hewan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya