Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir yang Porakporandakan Libya Jadi Bukti Ganasnya Perubahan Iklim

Kompas.com - 14/09/2023, 12:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Para ahli menyepakati bahwa banjir bandang yang memporakporandakan Libya tak bisa dilepaskan dari pengaruh perubahan iklim dan dampak nyata dari keganasannya.

Banjir bandang di Libya yang dipicu oleh Badai Daniel tersebut merupakan peristiwa cuaca ekstrem terbaru yang menjadi bagian dari dampak perubahan iklim.

Jumlah korban tewas akibat bencana itu hingga saat ini dilaporkan lebih dari 5.100 orang dan ribuan lainnya masih hilang, sebagaimana dilansir Euronews, Rabu (13/9/2023).

Badai Daniel menarik energi yang sangat besar dari air laut yang sangat hangat. Atmosfer yang menjadi lebih hangat menampung lebih banyak uap air lalu turun sebagai hujan yang sangat lebat.

Baca juga: Binance Janjikan 100 Dollar AS Per Orang dalam Kripto, Bantu Korban Banjir Libya

Apa itu Badai Daniel?

Dilansir dari laman University of Reading, Inggris, Badai Daniel merupakan siklon Mediterania yang terbentuk sebagai sistem cuaca bertekanan rendah.

Siklon Mediterania yang intens dengan karakteristik seperti badai disebut medicanes, sebagaimana dilansir dari pemberitaan Kompas.com.

Dalam setahun, Badai Daniel terjadi antara satu hingga tiga kali yang berpotensi memicu dampak buruk ke daratan seperti banjir, gelombang badai, dan angin kencang.

Badai ini sebagian besar berasal dari Mediterania barat dan di wilayah yang terbentang antara Laut Ionia dan pantai Afrika Utara.

Angin hangat dan kelembapan dari laut Mediterania cukup penting dalam pengembangan Badai Daniel. Kekuatannya dapat meningkat karena suhu permukaan laut yang hangat.

Baca juga: Kronologi Banjir Bandang Libya dan Kenapa Korbannya Capai 5.200 Orang Tewas

Dampak perubahan iklim

Foto yang direkam Geostationary Operational Environmental Satellite GOES-13 di bagian atas memperlihatkan Badai Danielle menuju Atlantik utara. Sedangkan di bawah terlihat Badai Eral memukul Kepulauan Leeward pada 30 Agustus.NASA / NOAA GOES Project Foto yang direkam Geostationary Operational Environmental Satellite GOES-13 di bagian atas memperlihatkan Badai Danielle menuju Atlantik utara. Sedangkan di bawah terlihat Badai Eral memukul Kepulauan Leeward pada 30 Agustus.

Suhu laut di seluruh dunia rata-rata menjadi lebih hangat karena perubahan iklim dan pemanasan global.

Laut Mediterania pun juga menghangat. Kondisi ini menyebabkan siklon bergerak lebih lambat, sebagaimana dilansir Euronews.

Profesor Raghu Murtugudde dari Indian Institute of Technology mengatakan, melambatnya siklon membuat uap air yang terbawa semakin banyak dan menyebabkan hujan jadi semakin lebat.

Terlebih lagi, kata Murtugudde, aktivitas manusia dan perubahan iklim menghasilkan dampak gabungan yang semakin parah.

Baca juga: Mengenal Badai Daniel, Penyebab Banjir Bandang di Libya yang Tewaskan 2.500 Orang

Di Yunani, banjir bandang juga terjadi dan semakin parah karena kebakaran hutan, hilangnya vegetasi, dan tanah yang semakin gembur.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BUMN Patungan Bangun Sistem Penyediaan Air di Bandung, Bisa Langsung Diminum

BUMN Patungan Bangun Sistem Penyediaan Air di Bandung, Bisa Langsung Diminum

BUMN
Dewan Air Dunia Dorong Infrastruktur Air Bersih di Daerah Tertinggal

Dewan Air Dunia Dorong Infrastruktur Air Bersih di Daerah Tertinggal

Pemerintah
AHY Ajak Seluruh Pihak Jaga Air Bersih yang Makin Terbatas

AHY Ajak Seluruh Pihak Jaga Air Bersih yang Makin Terbatas

Pemerintah
Mahasiswa Asing Lestarikan Warisan Dunia di Situs Manusia Purba Sangiran

Mahasiswa Asing Lestarikan Warisan Dunia di Situs Manusia Purba Sangiran

Pemerintah
Jualan Karbon Kredit dari Alam, RI Bisa Untung Rp 112,5 Triliun Per Tahun

Jualan Karbon Kredit dari Alam, RI Bisa Untung Rp 112,5 Triliun Per Tahun

Pemerintah
Lestarikan Warisan Budaya, Kemendikbudristek Luncurkan IHA

Lestarikan Warisan Budaya, Kemendikbudristek Luncurkan IHA

Pemerintah
Indonesia Inisiasi 'Global Water Fund' Danai Pengelolaan Air

Indonesia Inisiasi "Global Water Fund" Danai Pengelolaan Air

Pemerintah
WWF: Bukan Hanya Diskusi, tapi Rencana Aksi dan Integrasi

WWF: Bukan Hanya Diskusi, tapi Rencana Aksi dan Integrasi

Pemerintah
Para Kepala Negara Didorong Masukkan Hak Air dalam Konstitusi

Para Kepala Negara Didorong Masukkan Hak Air dalam Konstitusi

Pemerintah
Indonesia Bisa Jadi Pemimpin Industri Penyimpanan Karbon di ASEAN

Indonesia Bisa Jadi Pemimpin Industri Penyimpanan Karbon di ASEAN

Pemerintah
Tahura Ngurah Rai dalam WWF ke-10, Restorasi Berkelanjutan yang Berhasil

Tahura Ngurah Rai dalam WWF ke-10, Restorasi Berkelanjutan yang Berhasil

Pemerintah
Jadi Pembicara WWF Bali, AHY Bahas Tantangan Pengelolaan Air

Jadi Pembicara WWF Bali, AHY Bahas Tantangan Pengelolaan Air

Pemerintah
Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Masih Punya Celah 'Greenwashing'

Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Masih Punya Celah "Greenwashing"

LSM/Figur
Elon Musk Singgung soal Alien dan Desalinasi Saat Jadi Pembicara World Water Forum

Elon Musk Singgung soal Alien dan Desalinasi Saat Jadi Pembicara World Water Forum

Pemerintah
Jokowi Perkenalkan Prabowo sebagai Presiden Terpilih Saat Buka World Water Forum

Jokowi Perkenalkan Prabowo sebagai Presiden Terpilih Saat Buka World Water Forum

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com