Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ren Muhammad

Pendiri Khatulistiwamuda yang bergerak pada tiga matra kerja: pendidikan, sosial budaya, dan spiritualitas. Selain membidani kelahiran buku-buku, juga turut membesut Yayasan Pendidikan Islam Terpadu al-Amin di Pelabuhan Ratu, sebagai Direktur Eksekutif.

Cakrawala Masa Depan Kita

Kompas.com - 19/09/2023, 10:52 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Jika kita juga kehilangan kemampuan di bidang pertanian dan terpaksa kembali ke gaya hidup pemburu-pengumpul, kapasitas bumi untuk menghidupi manusia akan sangat terbatas, mirip dengan situasi seabad lalu.

Oleh karena itu, untuk mempertahankan kelangsungan hidup spesies kita, harus ada antara 100 hingga 5000 individu yang selamat untuk berhasil mengisi kembali Bumi.

Hal ini menjadi pengingat bahwa melindungi peradaban dan pengetahuan kita, serta mempertahankan kemampuan pertanian, adalah kunci dalam menjaga kelangsungan hidup kemanusiaan di tengah ancaman masa depan.

Ancaman terbesar bagi kita tidak hanya datang dari satu peristiwa bencana besar, melainkan dari dampak yang saling tumpang tindih dan bercampur dengan cara yang tidak terduga.

Pada 2009, dua peneliti melakukan eksperimen pemikiran untuk memahami apa yang diperlukan untuk mendorong umat manusia hingga kepunahan total.

Fase pertama dari eksperimen ini melibatkan penurunan populasi manusia yang cepat akibat peperangan global dan keruntuhan industri dan pertanian global.

Fase kedua adalah masa di mana sumber daya alam yang tersisa akan habis dalam dua abad berikutnya.

Fase ketiga membayangkan spiral keruntuhan ekosistem, dengan letusan supervulkano yang memutuskan rantai sisa umat manusia terakhir.

Dampak dari eksperimen ini adalah tidak hanya kehilangan yang tragis dalam nyawa manusia saat ini, tetapi juga kehilangan potensi kehidupan masa depan.

Triliunan calon keturunan kita mungkin tidak akan pernah lahir. Planet-planet di galaksi kita mungkin tidak akan tereksplorasi, lalu musik, puisi, seni, dan warisan budaya kita mungkin akan meredup, tidak hanya di sudut galaksi kita, tetapi mungkin di seluruh alam semesta.

Untuk menghadapi potensi kepunahan ini, beberapa langkah telah diambil. Salah satunya adalah pendirian Bank Benih Global Svalbard di Norwegia, yang saat ini menyimpan lebih dari satu juta spesimen benih untuk lebih dari 4.000 spesies tanaman.

Benih-benih tersebut dapat menjadi sumber daya yang penting untuk membangun kembali peradaban jika terjadi bencana mematikan.

Namun, beberapa orang telah mengusulkan ide yang lebih ekstrem, yaitu "Bahtera Bulan" yang akan menyimpan sampel genetik dalam tabung lava di bawah permukaan bulan.

Di sana, seluruh sampel tersebut akan dilindungi dari berbagai ancaman, termasuk bencana global, erosi, mikrometeorit, dan radiasi matahari.

Upaya-upaya seperti ini mencerminkan kesadaran akan pentingnya menjaga potensi keberlanjutan kehidupan manusia dan mempertimbangkan cara-cara kreatif untuk melindungi dan mempertahankan warisan genetik serta pengetahuan manusia yang berharga, dalam menghadapi ancaman yang mungkin tidak terkira.

Salah satu cara terbaik untuk menjamin kelangsungan hidup jangka panjang kita sebagai spesies adalah, dengan mencapai sesuatu yang belum pernah diraih oleh makhluk hidup lain: menjadi spesies multiplanet.

Dengan mendirikan peradaban mandiri di planet lain, peluang kepunahan kita dapat berkurang secara signifikan.

Meskipun kita akan membawa kekurangan dan menghadapi risiko baru saat menjelajahi ruang angkasa, langkah ini akan menjadi investasi penting untuk melindungi masa depan kita.

Pertanyaan yang muncul adalah, apakah kita benar-benar bisa mencapai masa depan yang lebih baik ini, atau apakah kita telah mencapai puncak kemampuan kita. Sejauh mana kita dapat melangkah?

Secara teori, ada kemungkinan bahwa peradaban manusia akan dapat mempertahankan status quo untuk masa depan yang tidak terbatas, menghindari keruntuhan dan transformasi.

Namun, dalam kenyataannya, "Dataran Tinggi" hanya akan menjadi keadaan sementara. Tantangan dan hambatan tak terduga akan muncul, mendorong peradaban kita menuju arah yang baru.

Semakin jauh kita melangkah ke masa depan, semakin besar pula gangguan yang akan kita hadapi.

Menghadapi tantangan yang semakin berat ini, langkah-langkah berani seperti menjelajahi dan mengkolonisasi planet lain mungkin menjadi kunci kelangsungan hidup dan kemajuan kita sebagai spesies.

Hal ini menuntut kerja sama global dan inovasi teknologi yang luar biasa, namun juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga Bumi dan menjalani praktik yang berkelanjutan di sini, di planet asal kita, karena Bumi tetap menjadi rumah kita saat ini dan di masa depan yang meski terlihat belum pasti.

Ada pemahaman yang menyiratkan bahwa Bumi akan mengalami kepunahan massal secara siklis, sekitar setiap 27 juta tahun, yang disebabkan oleh matahari kita melewati wilayah tengah galaksi yang padat akan asteroid. Ini adalah salah satu dari banyak ancaman astronomis yang mengintai planet kita.

Selain itu, sekitar satu miliar tahun dari sekarang, perubahan alam semesta akan membuat matahari kita menjadi lebih cerah, sehingga Bumi akan menjadi terlalu panas untuk mendukung fotosintesis, yang merupakan dasar dari sebagian besar kehidupan di planet ini.

Samudera akan mulai mendidih dan semua bentuk kehidupan akan musnah.

Dalam menghadapi ancaman seperti itu, peradaban modern kita mungkin tidak akan bertahan tanpa transformasi mendalam. Salah satu pilihan yang muncul adalah meninggalkan Bumi dan menciptakan habitat manusia di luar dunia.

Salah satu konsepnya adalah "Bishop Rings," megastruktur melingkar yang dapat menampung lebih dari satu miliar orang.

Struktur ini dapat menyediakan luas tanah yang sangat besar, sama luasnya dengan negara-negara seperti India atau Argentina.

Dibangun dengan menggunakan tabung nanokarbon yang ringan, dan rotasi mereka dapat menghasilkan gravitasi yang cukup untuk mempertahankan suasana alam semesta mereka sendiri.

Namun, kita juga memiliki kekuatan untuk menentukan masa depan Bumi. Terlepas dari semua bahaya yang mengintai, bagi nenek moyang kita, kemampuan kita saat ini akan tampak seperti kekuatan dewa.

Meskipun kita cenderung melihat banyak tantangan dan mengalami bias negatif dalam persepsi kita, momentum ke depan dalam kemajuan teknologi dan perubahan sosial tidak dapat disangkal.

Sejak Revolusi Industri, teknologi telah secara radikal memperbaiki kehidupan manusia dalam berbagai aspek.

Pesan pentingnya adalah, meskipun kita dihadapkan pada ancaman yang mungkin terasa tidak terkendali, kita bisa menciptakan masa depan yang cerah dan menghadapi tantangan tersebut dengan kepintaran, inovasi, dan kerja sama.

Kita dapat terus mengambil langkah-langkah positif menuju masyarakat yang lebih baik, meskipun kadangkala terdapat rintangan di sepanjang jalan.

Evolusi, eksplorasi, dan kemungkinan tak terbatas

Tampaknya kita berada pada jalur menuju peradaban yang berkelanjutan, dan ada beberapa indikator yang menunjukkan hal ini.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

UNESCO Resmikan 16 Geopark Baru, 2 dari Indonesia

UNESCO Resmikan 16 Geopark Baru, 2 dari Indonesia

Pemerintah
Kearifan Lokal Perlu Dilibatkan dalam Penanggulangan Krisis Iklim

Kearifan Lokal Perlu Dilibatkan dalam Penanggulangan Krisis Iklim

LSM/Figur
Kemenkeu Sebut APBN Gelontorkan Rp 610,12 Triliun untuk Aksi Iklim

Kemenkeu Sebut APBN Gelontorkan Rp 610,12 Triliun untuk Aksi Iklim

Pemerintah
Indonesia Bisa Ciptakan 2 Juta Green Jobs jika Jadi Hub Produksi EV

Indonesia Bisa Ciptakan 2 Juta Green Jobs jika Jadi Hub Produksi EV

Swasta
Indonesia Bisa Jadi Pemasok Besar Hidrogen Hijau Dunia, Begini Strateginya

Indonesia Bisa Jadi Pemasok Besar Hidrogen Hijau Dunia, Begini Strateginya

LSM/Figur
Sebar Kurban di Pelosok Maluku, Human Initiative Hadirkan Harapan untuk Warga

Sebar Kurban di Pelosok Maluku, Human Initiative Hadirkan Harapan untuk Warga

Advertorial
Mangrove Rumah bagi 700 Miliar Satwa Komersial, Kerusakannya Picu Krisis

Mangrove Rumah bagi 700 Miliar Satwa Komersial, Kerusakannya Picu Krisis

LSM/Figur
Ekspansi Pembangkit Listrik Gas Dikhawatirkan Bikin Energi Terbarukan Jalan di Tempat

Ekspansi Pembangkit Listrik Gas Dikhawatirkan Bikin Energi Terbarukan Jalan di Tempat

LSM/Figur
97 Persen Pemimpin Perusahaan Global Desak Transisi Listrik Terbarukan

97 Persen Pemimpin Perusahaan Global Desak Transisi Listrik Terbarukan

Swasta
PLN Mengaku Siap Kaji Pensiun Dini PLTU Batu Bara

PLN Mengaku Siap Kaji Pensiun Dini PLTU Batu Bara

Pemerintah
Konsumen dan Investor akan Semakin Kritis terhadap 'Sustainability Washing'

Konsumen dan Investor akan Semakin Kritis terhadap "Sustainability Washing"

Swasta
Perusahaan yang Gabungkan AI dan Keberlanjutan Raih Keuntungan Lebih Tinggi

Perusahaan yang Gabungkan AI dan Keberlanjutan Raih Keuntungan Lebih Tinggi

Swasta
MIND ID-PT Timah Kembangkan Proyek Logam Tanah Jarang

MIND ID-PT Timah Kembangkan Proyek Logam Tanah Jarang

BUMN
KKP Rilis Panduan untuk Selamatkan 30 Persen Laut Indonesia

KKP Rilis Panduan untuk Selamatkan 30 Persen Laut Indonesia

Pemerintah
RI harus Selesaikan Isu 'Sustainability' Agar Produk Nikel Tembus Pasar Negara Maju

RI harus Selesaikan Isu "Sustainability" Agar Produk Nikel Tembus Pasar Negara Maju

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau