Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Diminta Perketat Regulasi dan Pengawasan Hilirisasi Nikel

Kompas.com - 21/01/2024, 08:20 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Penambangan dan peleburan nikel di beberapa wilayah di Indonesia diduga mengancam hak asasi manusia, termasuk masyarakat adat dan warga lokal, mencemari lingkungan, serta menyebabkan limbah air maupun udara.

Penemuan ini dilaporkan oleh Climate Rights International (CRI) dalam riset yang berjudul “Nikel Dikeduk: Dampak Industri Nikel di Indonesia Pada Manusia dan Iklim” yang dirilis pada Rabu (17/1/2024).

Menurut laporan tersebut, Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, dengan sebagian besar nikel berlokasi di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara.

Baca juga: Hilirisasi Nikel di Halmahera, Dugaan Pelanggaran HAM dan Perusakan Lingkungan

Sebagai produsen nikel terbesar di dunia yang memasok 48 persen permintaan global pada 2022, kawasan industri nikel besar-besaran telah dibangun di sana. 

Dampaknya, CRI menetapkan sedikitnya 5.331 hektar hutan tropis telah ditebang di dalam konsesi pertambangan nikel di Halmahera, Maluku Utara. 

Tak hanya itu, terjadi ancaman terhadap hak-hak tanah, hak mengakses air bersih, hingga jam atas kesehatan masyarakat setempat. 

Ajak pemerintah evaluasi

Dengan temuan ini, Direktur Eksekutif CRI Brad Adams menyampaikan urgensi evaluasi dan pengawasan hilirisasi industri nikel di Indonesia. 

“Transisi dari kendaraan berbahan bakar minyak ke kendaraan listrik adalah bagian penting menuju transisi global dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan, namun jangan menimbulkan praktik-praktik yang merusak lingkungan,” kata Brad, dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (17/1/2024).

Peneliti CRI Krista Shennum mengatakan, perusahaan kendaraan listrik global seperti Tesla, Ford, dan Volkswagen harus memperhatikan bahan baku yang mereka gunakan agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. 

Kemudian, para pelaku industri nikel di Indonesia, seperti salah satunya IWIP, harus memastikan bahwa semua operasi pertambangan telah dijalankan sesuai hukum dan standar internasional. 

"Lalu memberikan kompensasi secara penuh dan adil kepada masyarakat setempat, dan memastikan free prior informasi content (FPIC) atau Persetujuan Informasi di Awal Tanpa Paksaan (PADIATAPA)," tegas Krista. 

Lebih lanjut, katanya, pemerintah secara umum harus memastikan agar aparat keamanan baik dari negara maupun perusahaan menghentikan semua praktik intimidasi maupun ancaman kepada masyarakat yang menentang kegiatan penambangan nikel.

Adapun stakeholders terkait, ia menjelaskan, juga memiliki peran masing-masing untuk menghentikan praktik tidak berkelanjutan dan tidak ramah lingkungan hilirisasi nikel

Seperti Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sepatutnya melakukan penilaian, pemantauan, dan penyelidikan terhadap dugaan pencemaran lingkungan dan membuat temuan-temuan dari investigasi tersebut tersedia untuk publik dan bisa diakses.

Lalu, Kementerian Agraria dan Tata Ruang seharusnya mengakui tanah adat milik masyarakat adat dan memastikan bahwa perusahaan pertambangan dan pemurnian nikel menghormati hak-hak masyarakat lokal dan masyarakat adat.

Untuk Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, dapat meningkatkan pengawasan dan memastikan bahwa perusahaan-perusahaan yang menanamkan modal asing secara langsung di industri nikel sungguh-sungguh mematuhi hukum dan regulasi di Indonesia.

Adapun bagi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dapat memperkuat proses peninjauan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) ketika memberikan izin pertambangan, agar mewajibkan perusahaan pertambangan memenuhi praktik-praktik terbaik lingkungan, sosial, dan tata kelola global dalam operasi pertambangan mereka.

"Pemerintah sedang mendorong penggunaan kendaraan listrik untuk mendukung transisi energi, namun menutup mata dampaknya terhadap masyarakat. Target kami, pada 2024 ini pemerintah Indonesia bisa lebih fokus ke persoalan lingkungan," pungkas Brad. 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BUMN Patungan Bangun Sistem Penyediaan Air di Bandung, Bisa Langsung Diminum

BUMN Patungan Bangun Sistem Penyediaan Air di Bandung, Bisa Langsung Diminum

BUMN
Dewan Air Dunia Dorong Infrastruktur Air Bersih di Daerah Tertinggal

Dewan Air Dunia Dorong Infrastruktur Air Bersih di Daerah Tertinggal

Pemerintah
AHY Ajak Seluruh Pihak Jaga Air Bersih yang Makin Terbatas

AHY Ajak Seluruh Pihak Jaga Air Bersih yang Makin Terbatas

Pemerintah
Mahasiswa Asing Lestarikan Warisan Dunia di Situs Manusia Purba Sangiran

Mahasiswa Asing Lestarikan Warisan Dunia di Situs Manusia Purba Sangiran

Pemerintah
Jualan Karbon Kredit dari Alam, RI Bisa Untung Rp 112,5 Triliun Per Tahun

Jualan Karbon Kredit dari Alam, RI Bisa Untung Rp 112,5 Triliun Per Tahun

Pemerintah
Lestarikan Warisan Budaya, Kemendikbudristek Luncurkan IHA

Lestarikan Warisan Budaya, Kemendikbudristek Luncurkan IHA

Pemerintah
Indonesia Inisiasi 'Global Water Fund' Danai Pengelolaan Air

Indonesia Inisiasi "Global Water Fund" Danai Pengelolaan Air

Pemerintah
WWF: Bukan Hanya Diskusi, tapi Rencana Aksi dan Integrasi

WWF: Bukan Hanya Diskusi, tapi Rencana Aksi dan Integrasi

Pemerintah
Para Kepala Negara Didorong Masukkan Hak Air dalam Konstitusi

Para Kepala Negara Didorong Masukkan Hak Air dalam Konstitusi

Pemerintah
Indonesia Bisa Jadi Pemimpin Industri Penyimpanan Karbon di ASEAN

Indonesia Bisa Jadi Pemimpin Industri Penyimpanan Karbon di ASEAN

Pemerintah
Tahura Ngurah Rai dalam WWF ke-10, Restorasi Berkelanjutan yang Berhasil

Tahura Ngurah Rai dalam WWF ke-10, Restorasi Berkelanjutan yang Berhasil

Pemerintah
Jadi Pembicara WWF Bali, AHY Bahas Tantangan Pengelolaan Air

Jadi Pembicara WWF Bali, AHY Bahas Tantangan Pengelolaan Air

Pemerintah
Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Masih Punya Celah 'Greenwashing'

Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Masih Punya Celah "Greenwashing"

LSM/Figur
Elon Musk Singgung soal Alien dan Desalinasi Saat Jadi Pembicara World Water Forum

Elon Musk Singgung soal Alien dan Desalinasi Saat Jadi Pembicara World Water Forum

Pemerintah
Jokowi Perkenalkan Prabowo sebagai Presiden Terpilih Saat Buka World Water Forum

Jokowi Perkenalkan Prabowo sebagai Presiden Terpilih Saat Buka World Water Forum

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com