Lalu, keselamatan lebih tinggi dibandingkan angkutan jalan, bahan bakar lebih efisien (3,7 persen) dari angkutan jalan, dampak lingkungan lebih rendah (5,38 persen) dari angkutan jalan, biaya angkut lebih ekonomis untuk angkutan barang jarak jauh (2,86 persen) dari angkutan jalan.
Di samping itu, menjadi angkutan utama untuk daerah terpencil yang jaringan jalannya masih sulit atau mahal untuk dibangun, cocok untuk angkutan wisata, memungkinkan pelayanan dari pintu ke pintu (door to door service).
Lebih lanjut, angkutan sungai dikatakan mampu mengangkut volume besar, mampu mengangkut secara langsung dari angkutan perairan laut ke perairan daratan dan sebaliknya, serta sebagai alternatif untuk mengurangi kepadatan dan kerusakan jalan.
Tantangan revitalisasi angkutan sungai
Namun, Djoko mengakui cukup banyaknya tantangan merevitalisasi angkutan sungai. Sebab, bergantung pada kedalaman (fluktuasi air) dan kelebaran alur, serta rawan terjadinya pendangkalan dan erosi tebing sungai.
Kemudian, kecepatan relatif lebih rendah, tingkat reliabilitas kurang terjaga, kurang fleksibel karena jangkauan rendah hanya di sepanjang aliran alur saja, aksesibilitas rendah karena terkadang sulit dijangkau dari jalan, serta ada kecenderungan angkutan untuk kelebihan kapasitas.
Baca juga: Bus Gratis Trans Koetaradja di Aceh, Jawaban Transportasi Perkotaan
Selain itu, rendahnya tingkat kenyamanan untuk angkutan penumpang, dan waktu operasi terbatas karena pada malam hari sulit berlayar dengan sarana bantu navigasi yang terbatas.
Anggaran yang minim menurutnya juga menjadi hambatan untuk mengembangkan transportasi sungai.
"Apalagi, mayoritas kehidupan masyarakat di sepanjang aliran sungai termasuk wilayah tertinggal dan kurang tersentuh pembangunan," tutur Djoko.
Lebih lanjut, ia menilai akses ke pelabuhan sungai kurang mendapat perhatian pemerintah untuk dibenahi, seperti halnya akses ke bandara, pelabuhan laut, dan terminal bus yang sudah lebih baik.
"Penumpang angkutan sungai masih diasumsikan masyarakat menengah ke bawah yang tidak memiliki pilihan lain menggunakan transportasi umum," ujarnya.
Namun, menurutnya, anggaran pembangunan dan operasional dapat ditingkatkan dengan mengembangkan Direktorat Transportasi Sungai, Danau dan Penyeberangan menjadi Direktorat Jenderal Transportasi Sungai, Danau dan Penyeberangan di Kementerian Perhubungan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya