Selanjutnya, dilakukan perbandingan dengan macan tutul jawa berdasarkan sampel yang diperoleh dari spesimen MZB.
Untuk memperkuat observasinya, Teti bersama tim juga melakukan wawancara mendalam dengan Ripi yang melihat harimau tersebut. Wawancara dilakukan saat survei pada 15-19 Juni 2022 pada lokasi ditemukannya sampel rambut.
Baca juga: Bayi Harimau Sumatera Lahir di Roma Italia, Diberi Nama Terima Kashi
Harimau jawa, beserta harimau bali, telah dinyatakan punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) berdasarkan asesmen pada 2008.
Harimau jawa terakhir kali kali terlihat di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur, pada 1976.
Harimau jawa merupakan hewan endemik Pulau Jawa dan tersebar luas di hutan dataran rendah, semak belukar, dan perkebunan.
Namun, masifnya perburuan terhadap harimau jawa dan alihfungsi lahan membuat spesies ini semakin terdesak.
Baca juga: Harimau Sunda Terancam Punah, Berikut Upaya yang Bisa Kita Lakukan
Kategori punah diputuskan karena harimau jawa tidak pernah terlihat di habitat alaminya selama 30 tahun.
Teti menjelaskan, analisis genetik DNA memiliki tingkat sensitivitas yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan konservasi dan mengklarifikasi ketidakpastian taksonomi.
Berikutnya, merekonstruksi filogeografi dan demografi untuk menyelidiki nenek moyang genetik subspesies.
Hasil tes DNA dari sampel sehelai rambut tersebut seakan memberikan secercah harapan atas kehadiran harimau jawa.
Lalu apakah harimau jawa masih ada di alam liar? Teti menuturkan, jawaban dari pertanyaan tersebut masih perlu dikonfirmasi dengan studi genetik dan lapangan lebih lanjut.
Baca juga: Peneliti BRIN Temukan DNA Harimau Jawa yang Punah 2003
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya