Menjadi pusat perdagangan hidrogen global, seperti yang diusulkan oleh beberapa negara Asia Tenggara, kemungkinan besar tidak akan terwujud dan berisiko terhadap investasi infrastruktur yang mungkin terhambat.
Baca juga: Keuntungan Hidrogen di Indonesia, Jadi Alternatif Energi Murah
Fokus pada produksi barang bernilai lebih tinggi, seperti baja ramah lingkungan atau bahan kimia (metanol, amonia, dan pupuk) akan menciptakan potensi ekspor turunan hidrogen di pasar global, khususnya ke negara-negara Asia Timur.
Seiring dengan transisi dunia menuju netralitas iklim, akan ada peningkatan permintaan akan produk rendah karbon produk seperti baja hijau, metanol dan amonia.
"Asia Tenggara dapat memanfaatkan potensi ini dengan menggunakan hidrogen terbarukan untuk memproduksi bahan-bahan tersebut dan dengan demikian meningkatkan daya saing industri dan menciptakan lapangan kerja baru, sehingga membawa manfaat sosial-ekonomi yang penting bagi kawasan ini,” tutur Pescia.
Kerangka kebijakan lintas sektoral untuk energi terbarukan dan hidrogen yang mencakup standar lingkungan dan sosial yang kuat dapat menarik calon investor dan menciptakan lapangan kerja baru.
Selain itu diperlukan tindakan-tindakan untuk menarik investasi swasta dan internasional dalam pengembangan energi terbarukan dan hidrogen.
Tindakan tersebut termasuk menetapkan tujuan dan target kebijakan yang jelas untuk memberikan sinyal positif mengenai jalur jangka menengah dan panjang.
Pemerintah negara-negara di Asia Tenggara juga dapat mengambil manfaat dari kerja sama untuk mengembangkan strategi dan kebijakan hidrogen yang selaras dengan net-zero.
Strategi-strategi ini harus mendorong perluasan energi terbarukan untuk mendekarbonisasi sektor-sektor di mana elektrifikasi merupakan solusi paling efisien dan mencadangkan hidrogen terbarukan untuk penerapan di mana elektrifikasi tidak memungkinkan.
Baca juga: Hidrogen Diharapkan Jadi Kontributor Transisi Energi RI
Kolaborasi tersebut dapat dilakukan melalui ASEAN, sejalan dengan visi integrasi ekonomi regional dan kepatuhan terhadap peraturan perdagangan multilateral.
Terakhir, pengenalan instrumen pembiayaan yang baik merupakan prioritas penting untuk mempercepat pengembangan energi terbarukan, jaringan listrik dan kapasitas produksi serta infrastruktur hidrogen di wilayah tersebut.
Banyak negara Asia Tenggara tidak memiliki pendanaan publik yang diperlukan untuk mendukung pengembangan energi terbarukan dan produksi atau permintaan hidrogen dalam skala besar.
"Kami menyimpulkan bahwa demonstrasi dan proyek percontohan dapat membantu menarik investasi sektor swasta dalam bidang energi terbarukan, hidrogen, dan dekarbonisasi industri," tuntas Pescia.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya