Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/06/2024, 19:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Namun, sama seperti Suratna, Fauzan mengaku belum mengetahui skema penghematan energi melalui peralatan elektronik. Dia menambahkan, sampai sejauh ini belum ada sosialisasi yang menjangkau ponpes yang diasuhnya untuk menggunakan peralatan elektronik hemat energi sebagai upaya efisiensi energi di sana.

“Harapannya memang kami mendapat sosialisasi dari pemerintah. Bagaimanapun, bahasa dari pemerintah sedikit banyak membantu menguatkan para warga pesantren untuk hemat energi,” papar Fauzan.

Baca juga: ABB Ajak Industri Ikut Gerakan Efisiensi Energi, Kejar Emisi Bersih

Peralatan Hemat Energi

Di Indonesia, penggunaan peralatan elektronik hemat energi diatur melalui Standar Kinerja Energi Minimum (SKEM) dan Label Tanda Hemat Energi (LTHE). SKEM merupakan spesifikasi yang memuat sejumlah persyaratan kinerja energi minimum pada kondisi tertentu yang dimaksudkan untuk membatasi jumlah konsumsi energi maksimum dari produk elektronik.

Sedangkan LTHE adalah label berbintang yang dicantumkan pada alat elektronik. Semakin banyak bintang LTHE pada sebuah peralatan elektronik, maka semakin efisien konsumsi energinya dan semakin murah tagihan listriknya.

Sejauh ini, ada tujuh alat elektronik yang diwajibkan mencantumkan SKEM dan LTHE. Ketujuh peralatan elektronik itu adalah pengkondisi udara atau AC, penanak nasi, kipas angin, kulkas, lampu LED, televisi, dan lemari pendingin minuman atau showcase.

Untuk membandingkan tagihan listrik dari sebuah peralatan elektronik dengan lainnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyajikan situs web khusus untuk alat-alat ber-SKEM dan LTHE yang dapat diakses melalui simebtke.esdm.go.id.

Salah satu contohnya adalah pengondisi udara. AC merek Gree inventer dengan model GWC-24F5S/I/GWC-24F5S/O berating bintang lima dan berdaya 2.028,70 watt menghabiskan biaya listrik tahunan Rp 1.395.144 per tahun dengan asumsi penggunaan selama delapan jam per hari.

Pada merek yang sama dengan daya listrik hampir mirip, AC Gree non-inventer dengan model GWC24NASN/I/GWC24NASN/O berating bintang satu dan berdaya 2.035,80 watt menghabiskan biaya listrik tahunan Rp 8.588.071 per tahun dengan asumsi penggunaan selama delapan jam per hari.

Baca juga: Jika Industri Gandakan Efisiensi Energi, Hemat Rp 7.000 Triliun Per Tahun

KOMPAS.com/DANUR LAMBANG PRISTIANDARU 7 peralatan elektronik yang wajib mematuhi Standar Kinerja Energi Minimum (SKEM) dan Label Tanda Hemat Energi (LTHE)

Senior Associate CLASP Fadel Iqbal Muhammad, sebuah organisasi nirlaba yang berfokus pada efisiensi energi peralatan elektronik sehari-hari, menuturkan, patut diapresiasi apabila ada sekolah yang sudah memiliki kesadaran untuk menggunakan energi terbarukan seperti PLTS. Penerapan perilaku efisiensi energi di sekolah seperti menggunakan peralatan sesuai kebutuhan juga perlu diacungi jempol.

Kendati demikian, agar tagihan listriknya semakin murah, upaya-upaya tersebut juga perlu dibarengi penggunaan alat hemat energi.

"Jadi kalau dianalogikan sebagai orang, bagus bahwa orang itu dapat (menghasilkan) uang banyak. Tapi untuk meningkatkan tabungannya, bisa loh dengan berhemat lagi," ucap Fadel saat dihubungi Kompas.com, Jumat (14/6/2024).

Meski demikian, Fadel menyampaikan pengadaan alat hemat energi juga perlu memperhatikan keuangan sekolah. Dia berpendapat perlunya upaya yang lebih kuat untuk menyosialisasikan peralatan hemat energi di sekolah.

Baca juga: Green Office Park 1 Sabet Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi

Sosialisasi

Sejumlah siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Solo berjalan keluar menuruni ruangan perpustaan, Selasa (6/6/2024). KOMPAS.com/DANUR LAMBANG PRISTIANDARU Sejumlah siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Solo berjalan keluar menuruni ruangan perpustaan, Selasa (6/6/2024).

Sementara itu, Koordinator Pengawasan Konservasi Energi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Endra Dedy Tamtama mengeklaim pihaknya telah melakukan berbagai sosialisasi mengenai konservasi energi di sektor pendidikan, dari mulai sekolah dasar (SD) hingga setingkat sekolah menengah atas (SMA).

Menurutnya, sosialisasi konservasi energi yang dilakukan sejak dini akan berdampak signifikan terhadap pemahaman generasi muda mengenai isu lingkungan. Sebab, konservasi energi sangat erat kaitannya dengan isu lingkungan.

Endra menuturkan, paket sosialisasi ke sekolah-sekolah tidak secara khusus membahas peralatan hemat energi. Melainkan penghematan energi di sekolah di semua lini, termasuk di dalamnya SKEM dan LTHE.

"Kami mengemasnya dalam kegiatan sosialisasi efisiensi energi baik dari sisi budaya, mengelola energinya, dan penggunaan peralatan di dalamnya," ujar Endra di Bogor, Senin (10/6/2024).

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com