Hal ini terutama berlaku untuk bahan mentah penting, yang diperlukan untuk produksi teknologi yang penting untuk mencapai tujuan iklim, seperti baterai dan mesin listrik.
Baca juga: Peluang dan Komitmen Pemerintah Terhadap Ekonomi Sirkular di Indonesia
Pergerakan menuju ekonomi sirkular dapat meningkatkan daya saing, menstimulasi inovasi, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja.
Mendesain ulang bahan dan produk untuk penggunaan sirkular juga akan meningkatkan inovasi di berbagai sektor perekonomian.
Konsumen akan diberikan produk yang lebih tahan lama dan inovatif yang akan meningkatkan kualitas hidup dan menghemat uang mereka dalam jangka panjang.
Baca juga: Implementasi Ekonomi Sirkular Wujudkan Pertumbuhan Berkelanjutan
Penelitian menunjukkan, ekonomi sirkular menawarkan peluang ekonomi senilai 4,5 triliun dollar AS dengan mengurangi limbah, merangsang inovasi, dan menciptakan lapangan kerja.
Model bisnis baru yang berfokus pada model penggunaan kembali, perbaikan, manufaktur ulang, dan berbagi menawarkan peluang inovasi yang signifikan.
Misalnya saja, ekonomi sirkular untuk plastik menawarkan manfaat ekonomi yang besar.
Lebih sedikit sampah plastik di laut akan menguntungkan industri seperti perikanan dan pariwisata, karena polusi plastik saat ini menyebabkan biaya dan kerugian ekonomi sebesar 13 miliar dollar AS per tahun.
Mengurangi polusi dan emisi yang berasal dari pembakaran sampah plastik secara terbuka juga akan menurunkan biaya kesehatan.
Sedangkan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil untuk produksi plastik akan membantu memitigasi perubahan iklim dan biaya-biaya yang terkait dengannya.
Baca juga: Ekonomi Sirkular: Pengertian, Prinsip, dan Manfaatnya
Sekitar 45 persen emisi GRK global berasal dari penggunaan produk dan manufaktur, serta produksi pangan.
Strategi ekonomi sirkular yang mengurangi penggunaan sumber daya dapat mengurangi emisi GRK global sebesar 39 persen atau 22,8 miliar ton dan berperan penting dalam mencegah dampak berbahaya perubahan iklim.
Misalnya, peralihan ke bahan daur ulang akan mengurangi kebutuhan akan produksi plastik murni dan serat sintetis, yang akan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan emisi terkait secara signifikan.
Mengubah pola konsumsi juga penting. Misalnya, jika rata-rata jumlah pemakaian pakaian digandakan, emisi GRK dari industri tekstil akan berkurang 44 persen.
Menciptakan ekonomi sirkular untuk pangan dengan mengurangi food loss dan food waste sangat penting untuk menurunkan emisi.
Jika food loss dan food waste adalah sebuah negara, maka negara tersebut akan menjadi penghasil emisi terbesar ketiga setelah Amerika Serikat (AS) dan China.
Baca juga: Dukung Ekonomi Sirkular, Kemenkeu Resmikan Program Pengelolaan Sampah
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya