Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/08/2024, 19:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Komite desa bekerja pada program pendidikan, perlindungan spesies, dan patroli yang dilakukan warga sendiri, serta memberlakukan larangan berburu di desa. 

Sedangkan SVC mengelola pemesanan pariwisata, pelatihan pemandu, serta menginvestasikan kembali keuntungannya ke dalam pekerjaan konservasi

Contoh jenis tur yang ditawarkan kepada turis adalah pengamatan burung.

Kemitraan antara masyarakat dan operator tur swasta tersebut saling menguntungkan, karena juga memberikan pendapatan langsung bagi masyarakat melalui layanan pariwisata.

Melalui manfaat ekowisata, penduduk desa sekarang melihat kehidupan burung dan habitatnya sebagai sumber daya penting yang dapat dibanggakan dan dilestarikan, bukannya diburu. 

Baca juga: Greenpeace: UU Konservasi Malah Pisahkan Peran Masyarakat Adat

Keberhasilan

Sejak program tersebut dijalankan, kehidupan keanekaragaman hayati di sana menjadi meningkat.

Populasi ibis bahu putih dari awalnya satu sarang dan satu pasang kini menjadi enam sarang dan 35 ekor. Populasi ibis raksasa juga berkembang menjadi 25 ekor.

Perburuan dan perdagangan burung liar telah menurun secara signifikan karena penduduk desa kini mendapatkan keuntungan dari wisata mengamati burung.

Pemesanan wisata di Tmat Boey meningkat dari tahun ke tahun. Seiring dengan meningkatnya pemesanan, pendapatan pun meningkat.

Tmat Boey telah memenangkan banyak penghargaan termasuk Responsible Tourism Award 2007, Equator Prize 2008, dan juara dua Green Destination’s 100 Sustainable Destinations untuk Best of Ecotourism pada 2018. 

Baca juga: DPR Sahkan Revisi UU Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem

SVC juga memperluas pendekatan ekowisata Tmat Boey ke delapan masyarakat lain di seluruh Kamboja Utara dan Timur.

Sekarang, warga lokal dan SVC berupaya untuk membangun kembali ekowisata di sana dengan lebih baik pasca pandem Covid-19.

Mereka mulai berbenah dan akan menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat pertumbuhan ekowisata di dataran utara Kamboja.

Pondok ekologi yang baru ini akan siap pada 2024 dan akan menawarkan standar akomodasi yang lebih tinggi.

Selain itu akan ada pilihan tur dan aktivitas sepanjang tahun yang lebih banyak di wilayah tersebut.

Baca juga: Studi: Warga Pesisir Dekat Area Konservasi Masih Kurang Sejahtera

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

AI Bisa Prediksi Kemungkinan Migrasi yang Disebabkan Iklim

AI Bisa Prediksi Kemungkinan Migrasi yang Disebabkan Iklim

LSM/Figur
Kesenjangan Gender di Sektor Pendidikan STEM Masih Tinggi

Kesenjangan Gender di Sektor Pendidikan STEM Masih Tinggi

Pemerintah
Kasus “Greenwashing” Turun untuk Pertama Kalinya dalam 6 Tahun

Kasus “Greenwashing” Turun untuk Pertama Kalinya dalam 6 Tahun

Swasta
Di Masa Depan, Peluang Pekerjaan Berbasis Kelestarian Lingkungan Sangat Besar

Di Masa Depan, Peluang Pekerjaan Berbasis Kelestarian Lingkungan Sangat Besar

LSM/Figur
Bumi Makin Banyak Tunjukkan Tanda-Tanda Krisis Iklim

Bumi Makin Banyak Tunjukkan Tanda-Tanda Krisis Iklim

Pemerintah
Proyek Pompa Hidram MMSGI di Kolam Pascatambang Jadi Sumber Air Bersih untuk Warga

Proyek Pompa Hidram MMSGI di Kolam Pascatambang Jadi Sumber Air Bersih untuk Warga

Swasta
IESR: Transisi Energi Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

IESR: Transisi Energi Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

LSM/Figur
Ekonomi Restoratif Dinilai Paling Tepat untuk Indonesia, Mengapa?

Ekonomi Restoratif Dinilai Paling Tepat untuk Indonesia, Mengapa?

LSM/Figur
Populasi Satwa Liar Global Turun Rata-rata 73 Persen dalam 50 Tahun

Populasi Satwa Liar Global Turun Rata-rata 73 Persen dalam 50 Tahun

LSM/Figur
Logam Berat di Lautan Jadi Lebih Beracun akibat Perubahan Iklim

Logam Berat di Lautan Jadi Lebih Beracun akibat Perubahan Iklim

Pemerintah
Tak Hanya Tekan Abrasi, Mangrove juga Turut Dorong Perputaran Ekonomi Masyarakat

Tak Hanya Tekan Abrasi, Mangrove juga Turut Dorong Perputaran Ekonomi Masyarakat

LSM/Figur
Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Pemerintah
Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Swasta
Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

LSM/Figur
Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau