Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/09/2024, 18:03 WIB
Erlangga Satya Darmawan,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Di sudut Kalimantan Timur (Kaltim), tepatnya Kelurahan Loa Ipuh Darat dan Kelurahan Jahab Kecamatan Tenggarong, serta Desa Jonggon Jaya dan Desa Margahayu Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, harapan baru terus bermunculan.

Tanah yang dulunya gersang, kini telah ditumbuhi rerumputan. Hari-hari yang dahulu dipenuhi deru mesin serta dentuman alat berat kini menghilang, digantikan oleh simfoni alam dan kehidupan yang saling bersahutan.

Di beberapa titik, ladang-ladang mulai ditanami berbagai jenis tanaman pangan.

Transformasi tersebut adalah hasil upaya kolektif dari masyarakat setempat bersama PT Bramasta Sakti dan PT Multi Harapan Utama (MHU)—perusahaan tambang yang pernah beroperasi di sekitar Desa Jonggon Jaya dan Desa Margahayu.

MHU merupakan bagian dari MMS Group Indonesia (MMSGI), grup usaha di bidang energi dan properti dengan prinsip keberlanjutan.

Adapun upaya reklamasi yang dilakukan MHU di lahan bekas operasionalnya itu merupakan bentuk komitmen mereka terhadap keberlanjutan lingkungan, terutama lewat pemanfaatan area pascatambang.

Sedangkan Bramasta Sakti adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang peternakan, pertanian, dan perkebunan dengan total area kerja seluas 2.442,4 hektare (ha).

Upaya itu dilakukan sebagai bentuk konkret dari komitmen perusahaan dalam menerapkan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang diusung MHU sebagai turunan visi MMSGI "Driving Sustainable Way Forward".

Sementara, bagi MHU, keberlanjutan bukan hanya sekadar tujuan, melainkan juga menjadi pondasi penting dalam membangun masa depan yang lebih baik. Hal ini tercermin dalam tagline "Syncnergy for the Future".

Baca juga: Komitmen MMSGI Menyulap Lahan Pascatambang Jadi Taman Kehidupan di Bumi Mahakam

Hadirkan keharmonisan di area bekas tambang

Siapa sangka, lahan yang dulu penuh aktivitas produksi tambang kini berhasil diubah menjadi banyak hal. Salah satunya, tempat penangkaran rusa.

Penangkaran rusa tersebut didirikan oleh MHU pada 2017 dan telah mendapat izin resmi dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim.

Berada di Kelurahan Loa Ipuh Darat, Kecamatan Tenggarong, fasilitas penangkaran itu bukan sekadar sanctuary biasa.

Pasalnya, penangkaran itu memiliki dua spesies rusa, yakni rusa sambar endemik Kalimantan dan rusa timor. Keduanya dikembangbiakkan dengan tujuan mulia untuk melestarikan keberadaan mereka dari ancaman kepunahan.

Rusa sambar yang ada di penangkaran milik PT MHU.Dok. MMSGI Rusa sambar yang ada di penangkaran milik PT MHU.

Tak hanya itu, penangkaran rusa sambar juga telah dilengkapi dengan fasilitas lengkap, seperti kandang utama, kandang karantina, dan kandang lepas liar.

Inisiatif tersebut merupakan wujud nyata komitmen MHU terhadap konservasi dan pelestarian keanekaragaman hayati.

Dengan menghadirkan tempat penangkaran rusa itu, MHU juga telah mengambil langkah progresif yang sejalan dengan prinsip environmental, social, and governance (ESG).

Inisiatif tersebut pun tidak hanya berpotensi meningkatkan populasi dan kelestarian rusa sambar, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap lingkungan dan komunitas setempat.

Selain penangkaran rusa, area bekas tambang MHU juga dimanfaatkan untuk ditanami berbagai tanaman pangan endemik lokal dan hortikultura (buah-buahan).

Proyek perkebunan dan pertanian juga dihadirkan untuk membuka peluang kerja sama dengan dunia pendidikan.

Melalui kolaborasi tersebut, mahasiswa dan peneliti dari berbagai institusi pendidikan mendapat kesempatan untuk melakukan pengembangan dan penelitian di bidang pertanian dan perkebunan.

Salah satu yang menonjol dari area itu adalah kebun yang ditanami jenis tanaman lain yang bernilai ekonomi dan ekologis tinggi, di antaranya serai wangi, sorgum, dan pisang gepok grecek.

MHU sendiri terus mendorong upaya perluasan hilirisasi serai wangi dan sorgum agar dapat dipasarkan di luar Kalimantan.

Sebab, di Pulau Jawa, produk turunan sorgum sangat disukai oleh kalangan atas. Sedangkan serai wangi dapat diolah menjadi minyak atsiri. Hal ini memberikan nilai tambah karena berpotensi mendukung keberlanjutan ekonomi di masa depan.

Oleh karena itu, bertani tidak hanya sekadar menjual hasil mentah, tetapi harus ada proses yang memberikan nilai tambah pada produk tersebut.

Baca juga: MMSGI Tawarkan Model Sirkular Air di Lanskap Pascatambang

Khusus untuk serai wangi, penanamannya merupakan hasil kolaborasi tiga pihak, yakni MHU, Bramasta, dan Yayasan Peduli Desa Nusantara Madani.

Area itu juga memiliki ladang jagung (Zea mays)—hasil kerja sama antara Bramasta dan Politeknik Pertanian Samarinda.

Proyek tersebut menerapkan konsep integrated farming system. Jadi, pupuk organik dari peternakan setempat dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman. Pendekatan ini tidak hanya bertujuan mencapai produktivitas maksimal, tetapi juga ramah lingkungan.

Area Bramasta juga menjadi rumah bagi tanaman kelengkeng varietas Jember Super atau yang lebih dikenal dengan nama Jemsu. Varietas unggulan ini merupakan hasil penemuan Tim Universitas Jember dan Institut Teknologi dan Sains Mandala di Kabupaten Jember, Jawa Timur (Jatim) pada 2011.

Kehadiran kelengkeng Jemsu di lahan Bramasta bukan tanpa alasan. Varietas ini telah terbukti berkualitas, meski masih tergolong varietas baru dan belum banyak dibudidayakan secara massal dengan model food estate.

Ini membuka peluang bagi Bramasta untuk menjadi pelopor dalam pengembangan kelengkeng Jemsu skala besar sekaligus mendemonstrasikan potensi area pascatambang untuk pertanian hortikultura bernilai tinggi.

Selain penangkaran rusa, pemanfaatan area bekas tambang juga digunakan untuk perkebunan.Dok. MMSGI Selain penangkaran rusa, pemanfaatan area bekas tambang juga digunakan untuk perkebunan.

Keunggulan Jemsu tidak hanya terbatas pada rasanya yang lezat, tapi juga daya adaptasinya yang tinggi.

Kelengkeng Jemsu dapat tumbuh subur pada ketinggian 3 hingga 600 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan mampu beradaptasi dengan baik di lahan berpasir tanpa mengurangi produktivitasnya.

Keragaman tanaman tersebut tidak hanya menunjukkan potensi area pascatambang untuk pertanian, tetapi juga merefleksikan semangat kerja sama antara berbagai pemangku kepentingan dalam mengoptimalkan pemanfaatan lahan.

Penjabat (Pj) Gubernur Kaltim Akmal Malik saat melakukan aktivitas penanaman kelengkeng.Dok. MMSGI Penjabat (Pj) Gubernur Kaltim Akmal Malik saat melakukan aktivitas penanaman kelengkeng.

Baca juga: Proyek Pompa Hidram MMSGI dan MHU Masuk Grand Final IGCN SDG Innovation Accelerator Award 2024

Potensi ekonomi lewat Edu-Agrowisata

Pemanfaatan area bekas tambang oleh MHU dan Bramasta tidak hanya terbatas pada penangkaran rusa dan perkebunan.

Adapun untuk mengoptimalkan potensi area tersebut, kedua perusahaan juga menghadirkan Agro-Edu Camping dan Mini Ranch Jayatama.

Inisiatif-inisiatif itu tidak hanya bertujuan untuk revitalisasi lahan, tetapi juga untuk mewujudkan kemandirian ekonomi bagi warga setempat melalui pemberdayaan dan edukasi.

Untuk Agro-Edu Camping, inisiatif ini hadir sebagai hasil kolaborasi antara MHU, Bramasta, dan Universitas Kutai Kartanegara.

Program tersebut menghadirkan konsep unik yang memadukan camping dengan pendidikan di area bekas tambang.

Pengunjung dapat menikmati pengalaman berkemah sekaligus mendapatkan edukasi komprehensif tentang pertambangan, pemanfaatan area bekas tambang untuk pertanian dan perkebunan, serta praktik peternakan berkelanjutan.

Adapun materi edukasinya mencakup budi daya tanaman endemik, pembuatan kompos, dan pemanfaatan energi listrik ramah lingkungan.

Sementara itu, Mini Ranch Jayatama, merupakan perpaduan antara pengembangan masyarakat dan penumbuhan bisnis peternakan.

Fokus utamanya adalah budi daya sapi lokal ras Bali yang telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sekitar.

Posisi strategis wilayah Mini Ranch Jayatama menjadikannya pendukung penting bagi target Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim dalam mengembangkan sapi pedaging berbasis area perkebunan dan pascatambang.

Dengan target populasi sapi pedaging sebanyak dua juta ekor, program Mini Ranch Jayatama diharapkan dapat berkontribusi signifikan dalam pencapaian target tersebut sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat lokal.

Apresiasi Pj Gubernur Kaltim

Upaya transformasi area pascatambang oleh MHU dan Bramasta mendapat apresiasi dari pemerintah daerah.

Pemanfaatan area pascatambang diharapkan dapat memberi nilai tambah lebih bagi masyarakat.

Upaya tersebut juga baik karena dapat memajukan masyarakat di sekitar area, sekaligus melakukan upaya Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM).

Saat melakukan kunjungan ke area pascatambang MHU, Penjabat (Pj) Gubernur Kaltim Akmal Malik memberikan apresiasi atas inisiatif pemanfaatan area bekas tambang yang telah dilakukan.

"Saya sangat mengapresiasi upaya MHU dalam mengelola area pascatambang yang tidak hanya berfokus pada pemulihan lingkungan, tetapi juga memberdayakan masyarakat sekitar.

Kolaborasi antara pemerintah, institusi pendidikan setempat, perusahaan, dan masyarakat ini adalah langkah nyata menuju keberlanjutan dan kesejahteraan ekonomi yang berkelanjutan di Kalimantan Timur," ujar Akmal setelah meninjau lima kawasan pengembangan di area pascatambang MHU.

Baca juga: Konsisten Dukung Indonesia NZE 2060, MMSGI Raih CNBC Awards 2023

Pj Gubernur Kaltim Akmal Malik saat berkunjung ke area pascatambang dari MHU.Dok. MMSGI Pj Gubernur Kaltim Akmal Malik saat berkunjung ke area pascatambang dari MHU.

Kunjungan Akmal sendiri dimulai dari peternakan rusa. Saat berada di sini, ia menekankan pentingnya kontribusi MHU dan Forum Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) Minerba dalam pelestarian rusa sambar yang terancam punah.

Selanjutnya, ia mengunjungi Kawasan Agro-Edu Camping. Dengan potensinya sebagai lokasi pendidikan lingkungan, Akmal mengungkapkan rencananya untuk membuat peraturan gubernur tentang kewajiban penanaman pohon oleh pelajar dan mahasiswa.

Hal itu dilakukan untuk menekankan pentingnya menanamkan kepedulian lingkungan sejak dini.

Menurutnya, kepedulian dalam menjaga lingkungan harus menjadi budaya, khususnya bagi para generasi muda.

Dengan menanamkan nilai-nilai kepedulian lingkungan sejak usia muda, hal itu diharapkan dapat membentuk generasi yang konsisten dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.

Perjalanan berlanjut ke areal pengembangan jagung. Ia juga meninjau area pengembangan sorgum dan serai bersama Direktur MHU Faiz Firdaus Fauzan yang mendemonstrasikan dukungan langsung terhadap diversifikasi tanaman di area pascatambang.

Di demplot pengembangan hortikultura, Akmal dan Faiz bersama-sama menanam bibit kelengkeng Jember Utama sebagai simbol dukungan terhadap inisiatif hortikultura yang tengah dikembangkan. Hortikultura menjadi upaya komersialisasi untuk memenuhi kebutuhan pangan, terutama sayur dan buah-buahan.

Baca juga: Praktikkan Upaya Berkelanjutan, MMSGI-MHU Raih Proper Emas

Kunjungan diakhiri di area peternakan sapi dan penanaman rumput odot. Di sini, ia juga petani untuk mengolah rumput menjadi produk bernilai tambah untuk meningkatkan pendapatan hingga tiga kali lipat.

Kunjungan Akmal itu menegaskan bahwa area bekas tambang yang dikelola dengan baik berpotensi besar menambah nilai perekonomian masyarakat.

Transformasi area pascatambang yang dilakukan oleh MMSGI melalui MHU dan Bramasta tersebut menjadi cermin keharmonisan antara manusia dan alam.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau