Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ambisi AS Bangun Sistem Baterai Terbesar di Dunia, Seperti Apa?

Kompas.com - 05/01/2025, 14:00 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perusahaan rintisan Amerika Serikat bernama Form Energy berencana membangun sistem baterai terbesar di dunia di Lincoln, Maine, AS untuk membantu meringankan tekanan jaringan listrik di wilayah tersebut.

Proyek ambisius ini didanai oleh Departemen Energi dengan dana hibah sebesar 147 juta dollar AS.

Jika rencana tidak berubah, baterai tersebut bakal mampu menghasilkan energi sebesar 8.500 MWh.

Sebagai gambaran 1 MWh mampu menyediakan daya yang cukup bagi mobil listrik untuk menempuh jarak 5.800 kilometer.

Jika Anda, misalnya, dapat menghubungkan sistem baterai Form Energy itu ke mobil listrik tersebut, maka mobil dapat menempuh jarak sekitar 50 juta km dengan sekali pengisian daya--cukup untuk mengelilingi Bumi sebanyak 1.228 kali.

Baterai pun juga dapat menyimpan energi 130 juta kali lebih banyak daripada laptop Anda.

Baca juga: Baterai Litium-Sulfur Ultra Fast Charging Jadi Solusi Mobil Listrik Jarak Jauh

Dengan begitu, menurut Mateo Jaramillo, CEO dan salah satu pendiri Form Energy, dalam pernyataannya, sistem baterai tersebut akan memiliki kapasitas energi terbesar di dunia.

Rekor saat ini dipegang oleh proyek penyimpanan dan tenaga surya Edwards dan Sanborn di California yang menggunakan lebih dari 120.000 baterai untuk menyimpan 3.287 MWh.

Sistem Baterai Besi-Udara

Lebih lanjut, baterai tersebut akan dibangun menggunakan sistem baterai besi-udara baru Form Energy, yang bekerja menggunakan proses oksidasi.

Singkatnya, saat baterai habis, baterai akan mengambil oksigen dari udara dan mengubah besi di dalam baterai menjadi karat.

Kemudian, saat baterai diisi ulang, prosesnya terbalik yakni mengubah karat kembali menjadi besi dan melepaskan oksigen ke udara.

Sistem penyimpanan sendiri akan dibangun dari beberapa modul baterai individual, masing-masing seukuran mesin cuci atau pengering yang berdampingan.

Setiap modul akan berisi sekitar 50 sel setinggi 1 meter, yang berisi elektroda besi dan udara beserta larutan elektrolit berbasis air yang tidak mudah terbakar.

Baterai besi-udara memiliki beberapa keunggulan dibandingkan baterai litium-ion (Li-ion) tradisional yang digunakan dalam teknologi sehari-hari.

Baca juga: Tantangan Produksi Baterai untuk Meningkatkan Energi Terbarukan

Misalnya, tidak ada logam berat dalam baterai besi-udara, yang berarti dampak lingkungan dari penambangan litium berkurang.

Baterai ini juga jauh lebih murah untuk dioperasikan daripada baterai berbasis litium

Namun, menurut Environmental and Energy Study Institute (EESI) tidak ada peluang baterai besi-udara menggantikan baterai Li-ion dalam perangkat elektronik konsumen.

Meskipun baterai besi-udara berguna untuk penyimpanan skala besar, baterai ini mengisi dan mengeluarkan energi jauh lebih lambat daripada sel Li-ion, yang tidak ideal untuk ponsel pintar atau mobil listrik.

Sulit juga bagi para peneliti untuk mengecilkan baterai hingga ukuran yang pas agar muat di dalam perangkat sehari-hari ini.

Proyek baterai Maine adalah proyek Form Energy yang paling ambisius hingga saat ini dengan kapasitas lebih dari lima kali lipat dari proyek lain yang dikerjakan.

"Proyek ini akan memastikan jaringan listrik yang lebih andal, bersih, dan terjangkau di New England dengan mengurangi kemacetan transmisi dan menyediakan sumber daya energi angin yang berharga kapan dan di mana pun dibutuhkan," tambah Jaramillo seperti dikutip Live Science, Sabtu (4/1/2025).

Baca juga: Di COP29, Wakil Menteri PPN Ungkap Indonesia dalam Posisi Tepat Pimpin Industri Baterai

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau