Sementara itu, galon berbahan polikarbonat lebih umum dijual di daerah pinggiran dan untuk kalangan ekonomi menengah ke bawah.
Hal itu ironis mengingat semua konsumen seharusnya berhak mendapatkan produk yang aman, tanpa memandang kelas sosial atau lokasi.
Rekomendasi untuk Pemerintah dan Industri
KKI memberikan sejumlah rekomendasi kepada pemerintah dan industri untuk memperbaiki kondisi ini.
Pertama, percepat masa tenggang pelabelan BPA dari empat tahun menjadi paling lama dua tahun.
"Mewakili suara konsumen, KKI mendesak pemerintah mempercepat implementasi pelabelan BPA, " katanya.
"Menurut kami, tak perlu menunggu sampai 2028. Toh BPA adalah ancaman nyata bagi kesehatan publik dan pelabelan merupakan bentuk transparansi sekaligus pendidikan terbaik untuk konsumen," imbuhnya dalam paparan pada Kamis (23/1/2025).
Kemudian, edukasi publik secara masif tentang risiko BPA, cara aman menggunakan galon, dan regulasi yang berlaku.
Selanjutnya, perlu pengetatan pengawasan pasca produksi, terutama pada distribusi dan penggunaan ulang galon.
Terakhir, dorong penggunaan galon bebas BPA secara merata di seluruh lapisan masyarakat.
Pelabelan risiko BPA, menurut KKI, adalah langkah kecil dengan dampak besar. Bukan hanya tentang memberikan informasi kepada konsumen, tetapi juga tentang membangun kesadaran untuk melindungi kesehatan masyarakat.
Baca juga: Apakah Bromat dalam Air Minum Dalam Kemasan Lebih Berbahaya dari BPA?
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya