KOMPAS.com - Konsultan manajemen AS Kearney bersama We Don't Have Time, platform media untuk aksi iklim, membuat temuan mengejutkan.
Meski ekonomi melambat dan politik tak pasti, 92 persen dari 500 Chief Financial Officer (CFO) di Inggris, AS, Uni Emirat Arab, dan India menyatakan bersedia meningkatkan investasi keberlanjutan pada 2025.
Survei juga menemukan bahwa hampir 40 persen dari CFO bermaksud mengalokasikan antara 2,1 persen hingga 2,5 persen dari pendapatan perusahaan untuk inisiatif keberlanjutan.
Sementara, 23 persen CFO bertujuan mengalokasikannya untuk berinvestasi lebih banyak lagi, menandai komitmen signifikan terhadap program lingkungan. Hanya 4 persen CFO yang mau mengalokasikan kurang dari 1 persen pendapatan untuk inisiatif keberlanjutan pada 2025.
Sebanyak 93 persen CFO masih memandang inisiatif keberlanjutan dari perspektif beban atau biaya yang harus dikelaurkan.
Meski demikian, kabar bagusnya, dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com pada Senin (17/2/2024), kini 65 persen CFO sudah mengukur biaya yang harus ditanggung dunia usahanya jika tak melakukan apapun sebagai antisipasi perubahan iklim.
Hal itu menunjukkan bahwa investasi lingkungan menjadi arus utama dalam perencanaan keuangan perusahaan.
Baca juga: Kota-Kota Dunia Perlu Investasi 86 Miliar Dollar AS untuk Proyek Iklim
Prioritas investasi utama sendiri meliputi penerapan material berkelanjutan, peningkatan efisiensi material, pengurangan limbah, peningkatan efisiensi energi, dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan ESG.
Penelitian ini juga menemukan bahwa CFO memprioritaskan proyek yang memberikan pengurangan emisi jangka pendek dan nyata sekaligus menghemat biaya.
Sementara area fokus investasi tambahan mencakup pendidikan tenaga kerja, pengurangan perjalanan bisnis, dan pembelian kompensasi karbon, yang mencerminkan semakin besarnya investasi keberlanjutan dapat mendorong manfaat lingkungan dan finansial.
Temuan tersebut menunjukkan semakin sadarnya bahwa keputusan investasi harus mempertimbangkan biaya dan mitigasi risiko.
Namun, studi mengidentifikasi pula adanya keraguan seputar investasi jangka panjang di mana hasil keuntungan (return) dari lingkungan atau finansial mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk terwujud.
Terlepas dari keraguan tersebut, pergeseran perspektif CFO tentang investasi keberlanjutan dapat menandai titik balik dalam aksi iklim industri karena para pemimpin keuangan semakin menyadari pentingnya inisiatif lingkungan.
Baca juga: Australia Suntik Investasi Rp 130 Miliar untuk Energi Terbarukan hingga Pengelolaan Limbah
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya