Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/11/2023, 10:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Kasus stunting pada anak sangat berkaitan erat dengan kondisi kemiskinan ekstrem.

Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Koordinat Peningkatan Kesejahteraan Sosial Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Nunung Nuryartono di Sorong, Sabtu (25/11/2023).

Nunung menyampaikan, karena keterkaitan tersebut, pengentasan stunting dan kemiskinan ekstrem dapat dilakukan dengan secara bersamaan.

Baca juga: Daftar Indikator Tujuan 1 SDGs Tanpa Kemiskinan

Menurutnya, para pemangku kepentingan khususnya pemerintah daerah dapat membuat kebijakan dan program sesuai dengan data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE).

“Dari data P3KE yang kita analisis ternyata antara kelurga kemiskinan ekstrem dengan stunting itu memang berkaitan erat,” kata Nunung dilansir dari situs web Kemenko PMK.

“Jadi, penanganan kedua isu tersebut dapat saling melengkapi berpedoman dari data P3KE,” sambungnya.

Diberitakan Kompas.com pada 28 Agustus 2023, Nunung menyampaikan pada Agustus jumlah penduduk yang masuk kategori miskin ekstrem di Indonesia tercatat 3,3 juta jiwa dan terkonsentrasi di bagian timur.

Baca juga: Kemiskinan Masih Jadi Pekerjaan Rumah di Indonesia, Bagaimana Solusinya?

“Tentu kita bisa melihat, persentase angka kemiskinan ekstrem yang tinggi ini di Indonesia bagian timur, sehingga perlu penanganan yang khusus,” ujar Nunung, sebagaimana dilansir Antara.

Untuk pulau Jawa, meski persentasenya kemiskinan ekstrem kecil, jumlah penduduk yang tinggi membuat angka absolut menjadi tinggi. Namun, dia tidak menyebut secara rinci besarannya.

Oleh karenanya, sasaran program penanganan kemiskinan ekstrem tidak hanya berfokus pada provinsi yang tingkat kemiskinannya tinggi, tetapi wilayah yang angka absolut penduduk miskinnya juga tinggi.

“Jadi, sasaran-sasaran di wilayah dengan persentase tinggi dan secara absolut jumlah penduduknya tinggi,” papar Nunung.

Baca juga: Perguruan Tinggi Punya Peran Besar Bantu Hapus Kemiskinan Ekstrem

Dia optimistis bahwa pada 2024 persentase kemiskinan ekstrem bisa mencekati nol koma sekian.

Persentase kemiskinan ekstrem pada Maret 2022 mencapai 2,04 persen. Pada September 2022, persentasenya menjadi 1,74 persen.

Pada Maret 2023, persentase kemiskinan ekstrem turun lagi menjadi 1,12 persen dibandingkan September 2022.

Sementara itu, pemerintah menargetkan prevalensi stunting menyentuh 14 persen pada 2024. Kini tersisa satu tahun lagi untuk mencapai target tersebut.

Baca juga: Penanganan Kemiskinan di Papua Tak Bisa Berpandangan Jawa-sentris

Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Indonesia pada 2022 tercatat 21,6 persen. Itu berarti, butuh penurunan 7,6 persen pada 2024.

Dilansir dari pemberitaan Kompas.com pada 8 Oktober 2023, Menko PMK Muhadjir Effendy menyampaikan, pemerintah menargetkan prevalensi stunting tahun ini dapat turun 3,8 persen.

Dia menuturkan, Kemenko PMK telah melakukan monitoring terpadu di 14 provinsi prioritas stunting bersama kementerian dan lembaga terkait.

Berdasarkan data yang diperoleh, didapatkan beberapa catatan untuk upaya penurunan stunting di Indonesia.

Baca juga: Memberdayakan Perempuan, Memutus Rantai Kerja Ilegal dan Kemiskinan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com