Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BRIN: Ekosistem Kendaraan Listrik di Indonesia Masih Belum Matang

Kompas.com - 13/06/2024, 11:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memandang ekosistem kendaraan listrik di dunia termasuk Indonesia saat ini masih belum matang karena keterbatasan teknologi.

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan, kendala terbesar dari mobil listrik adalah baterai yang belum mapan dalam menyimpan listrik.

Selain itu, teknologi baterai saat ini relatif cepat rusak bila dibandingkan usia pakai mobil itu sendiri.

Baca juga: Siap Layani Delegasi WWF ke-10, 440 Mobil Listrik Tiba di Pelabuhan Benoa

"Masa pengecasan terlalu lama, sehingga untuk saat ini kendaraan listrik masih menjadi opsi bagi segmen tertentu yang memang sudah bisa dan siap dengan kendaraan listrik, misalnya orang-orang yang punya rumah tapak," kata Handoko di Jakarta, Rabu (12/6/2024), sebagaimana dilansir Antara.

Bagi konsumen yang memiliki rumah tapak, mereka dapat mengisi ulang baterai dengan lebih leluasa kapan saja.

Sedangkan pemilik kendaraan listrik yang menetap di apartemen akan kesulitan dalam mengecas baterai.

Selain itu, kendaraan listrik sejauh ini lebih cenderung dipakai untuk wilayah perkotaan bukan untuk mobilisasi jarak jauh.

Baca juga: Mobil Listrik Karya Mahasiswa Palangkaraya Bakal Bertarung di Jakarta

Handoko mencontohkan, di Amerika Serikat (A), masalah-masalah itu juga sama terjadi.

Penduduk yang berada di subarea dan harus pulang-pergi menempuh jarak yang cukup jauh belum bisa memaksimalkan kendaraan listrik.

"Praktis (kendaraan listrik) masih di level secondary car," ucapnya.

Handoko menambahkan, masalah kendaraan listrik selanjutnya yang masih belum terpecahkan adalah mekanisme model bisnis kendaraan listrik bekas.

Baca juga: Utomo Charge+ Siagakan Stasiun Pengisian Daya Mobil Listrik Gratis

Di luar negeri, orang-orang memakai mobil dengan siklus 10 tahun dan sebagai besar dibuang bila sudah melewati siklus tersebut.

Namun di Indonesia, umur kendaraan dengan siklus satu dekade tidak berlaku dan kendaraan bekas masih memiliki nilai yang tinggi.

Dalam kasus kendaraan listrik, komponen harga tertingginya ada pada baterai. Bila mobil berbahan bakar minyak masih jaya, maka harga kendaraan listrik bekas justru jatuh.

Situasi tersebut dapat menimbulkan berbagai persepsi bagi para pemilik kendaraan listrik tentang harga jual kendaraan listrik mereka.

"Itu akan menimbulkan back fire yang kurang bagus untuk perkembangan mobil listrik. Kita harus cepat menciptakan mekanisme untuk antisipasi karena kendaraan listrik baru beberapa tahun, tahun kedelapan, dan tahun kesepuluh masalah ini pasti muncul," pungkas Handoko.

Baca juga: Mudik Pakai Mobil Listrik? Ini Sebaran 49 SPKLU di Tol Trans Jawa

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com