Belum lagi berbagai hambatan seperti pasang surut air laut yang membuat jam kerja mereka sangat terbatas setiap harinya.
"Air laut yang pasang memang jadi kendala terbesar kami. Terkadang kami hanya bisa bekerja setengah hari karenanya," tutur Junaedi.
Baca juga: 80 Persen Mangrove Rusak karena Alih Fungsi Lahan, Perlu Strategi Restorasi dan Perlindungan
Akademisi dari Universitas Sriwijaya (Unsri) Tengku Zia mengatakan, perawatan dan pemantauan mangrove tersebut perlu dilakukan, mengingat masa kritis mangrove setelah ditanam adalah empat tahun.
Anggota tim Center of Excellence of Peatland and Mangrove Conservation and Productivity Improvement (CoE Place) Unsri tersebut mengatakan, selama kurun waktu empat tahun, bibit mangrove yang ditanam menghadapi berbagai tantangan.
"Berdasarkan pengalaman di lapangan, bibit mangrove yang ditanam hingga usia tiga sampai empat haun masih kritis. Masih sering diserang penyakit, hama, mengalami mati mendadak, dan lain sebagainya," kata Zia.
Metode perawatan dalam program SMART tersebut juga tidak ujug-ujug diimplementasikan begitu saja. Sebelumnya, Zia dan berbagai pihak yang terlibat dalam program tersebut melakukan berbagai eksperimen.
Berbagai eksperimen tersebut terbayar juga. Berbekal pengalaman yang ada, metode perawatan diteruskan hingga proses tambal sulamnya.
Baca juga: Mangrove dan Padang Lamun Berpotensi Jadi Gudang Karbon Biru RI
Selain itu, mencegah kekeringan juga perlu dilakukan agar bibit mangrove yang ditanam tetap mendapatkan suplai air yang cukup.
"Contohnya (penanaman mangrove) dibuat zonasi dan dibuat kanal dengan sekat. Sehingga ketika air masuk, ada yang tertahan dan mencegah kekeringan," ucap Zia.
Dia menyampaikan, setelah berusia empat tahun, mangrove menjadi lebih kuat dan stabil kehidupannya karena ditopang akar-akarnya yang ekstensif.
Zia menyayangkan, selama ini upaya penanaman mangrove tidak dilakukan perawatan dan pemantauan sehingga banyak yang gagal.
Padahal, agar penanaman mangrove bisa berhasil, berbagai upaya perawatan tersebut perlu dilakukan agar survival rate-nya tinggi.
"Lalu yang juga menjadi perhatian selanjutnya adalah berapa banyak yang hidup setelah beberapa tahun," tuturnya.
Baca juga: Garuda Indonesia Restorasi Lingkungan Lewat Penanaman Bibit Mangrove
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya