KOMPAS.com - Pada 2015, negara-negara di dunia meratifikasi Perjanjian Paris untuk mencegah suhu Bumi naik 1,5 derajat celsius atau jauh di bawah 2 derajat celsius dibandingkan periode praindustri.
Ambang batas 2 derajat celsius tidak dipilih secara sembarangan. Para ilmuwan meyakini, angka tersebut menjadi ambang batas yang menyebabkan perubahan besar di Bumi.
Jika ambang batas tersebut terlampaui, Bumi akan mengalami perubahan yang dahsyat dan tidak dapat diperbaiki lagi.
Menurut Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS atau NOAA, sejauh ini suhu bumi sudah naik 1,2 derajat celsius.
Sayangnya, kenaikan suhu Bumi tidak akan turun di masa-masa mendatang. Berbagai proyeksi menunjukkan, Bumi "sedang dalam perjalanan" menuju kenaikan suhu 2 derajat celsius.
Penting untuk dicatat, pemanasan yang terjadi tidak merata di seluruh dunia. Beberapa wilayah seperti kutub menghangat jauh lebih cepat daripada wilayah lainnya.
Lantas, apa saja yang terjadi jika rata-rata suhu Bumi naik 2 derajat celsius? Dilansir dari Earth.org, berikut dampaknya.
Baca juga: Pemanasan Global: Venezuela Kehilangan Gletser Terakhirnya
Salah satu dampak paling kentara dari kenaikan 2 derajat celsius adalah meningkatnya frekuensi dan intensitas cuaca ekstrem.
Peristiwa ini dapat berdampak buruk pada masyarakat, infrastruktur, dan sistem alam.
Gelombang panas akan semakin umum, semakin intens, dan berlangsung lebih lama.
Wilayah yang sudah rentan terhadap suhu tinggi, seperti Timur Tengah dan Afrika Utara, akan mengalami "gelombang panas super" dengan suhu melebihi 50 derajat celsius.
Hal ini akan membuat beberapa wilayah berpotensi tidak dapat dihuni tanpa tindakan adaptasi yang signifikan.
Kekeringan akan menjadi lebih sering terjadi dan lebih parah di banyak bagian dunia.
Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim atau IPCC memproyeksikan, luas daratan global yang terkena bencana kekeringan akan meningkat sangat banyak.
Mediterania, Afrika bagian selatan, dan sebagian Australia dan Amerika Selatan akan sangat terpengaruh.
Selain memengaruhi sumber daya air, kekeringan yang intens dan berkepanjangan akan memusnahkan tanaman pangan dan menyebabkan tingginya angka kematian ternak, yang menyebabkan kerawanan pangan.
Baca juga: Ide Selamatkan Karang dari Dampak Pemanasan Global Seperti Apa?
Ketika beberapa daerah menjadi lebih kering, wilayah lain justru akan lebih banyak terendam banjir.
Peristiwa hujan lebat akan menjadi lebih intens dan sering terjadi di banyak wilayah, terutama di garis lintang tinggi dan di daerah tropis.
Peningkatan peristiwa hujan ekstrem ini akan menyebabkan lebih banyak banjir bandang dan banjir perkotaan.
Meskipun jumlah total siklon tropis mungkin tidak banyak berubah, intensitasnya akan lebih tinggi.
Studi menunjukkan, proporsi badai Kategori 4 dan 5 akan meningkat sebesar 13 persen dan intensitas rata-rata sebesar 5 persen.
Badai yang lebih kuat akan membawa angin yang lebih kencang, lebih banyak hujan, dan gelombang badai yang lebih tinggi, yang membahayakan infrastruktur dan masyarakat pesisir.
Baca juga: Ekosistem Gambut dan Mangrove Indonesia dalam Konstelasi Pemanasan Global
Selain cuaca ekstrem, kenaikan 2 derajat celsius akan menyebabkan perubahan signifikan dalam pola iklim global.
Fenomena tersebut akan secara langsung memengaruhi curah hujan dan arus laut di dunia.
Secara umum, tempat-tempat basah akan menjadi lebih basah dan tempat-tempat kering akan menjadi lebih kering, sehingga memperburuk tekanan air di banyak bagian dunia.
Di wilayah dengan lintang tinggi dan bagian-bagian tropis akan mengalami lebih banyak curah hujan.
Sedangkan daerah kering subtropis, termasuk Mediterania, Afrika selatan, dan bagian-bagian Australia akan mengalami hujan yang lebih sedikit.
Arus laut membantu mengatur iklim global dan mendukung ekosistem laut.
Apabila suhu naik 2 derajat celsius, perubahan besar dalam pola sirkulasi laut diperkirakan akan terjadi.
Salah satu perubahan yang paling mengkhawatirkan adalah melemahnya SAtlantic Meridional Overturning Circulation (AMOC) yang mencakup Arus Teluk.
Penelitian menunjukkan bahwa apabila suhu naik 2derajat celsius, AMOC dapat melemah hingga 15 sampai 20 derajat celsius, membuat Eropa barat laut lebih dingin dan memengaruhi pola cuaca di Belahan Bumi Utara.
Baca juga: Ekosistem Gambut dan Mangrove Indonesia dalam Konstelasi Pemanasan Global
Kenaikan muka air laut merupakan salah satu dampak jangka panjang terbesar dari pemanasan global.
Apabila suhu naik 2 derajat celsius, rata-rata muka air laut global diproyeksikan naik sebesar 0,46 sampai 0,99 meter pada 2100 dibandingkan dengan tingkat tahun 1986-2005.
Fenomena tersebut tidak akan merata di seluruh dunia karena adanya penurunan tanah setempat dan perubahan arus laut.
Beberapa dampak kenaikan muka air laut di dunia apabila suhu naik melebihi 2 derajat celsius meliputi:
Baca juga: Olimpiade Paris 2024 Dibayangi Kubah Panas Akibat Pemanasan Global
Ribuan spesies, baik di darat maupun di laut, akan menghadapi peningkatan risiko kepunahan karena mereka kesulita untuk beradaptasi dengan kondisi yang berubah dengan cepat.
Gangguan ini akan berdampak bertahap pada keanekaragaman hayati, penyimpanan karbon, dan banyak layanan ekosistem yang menjadi tumpuan masyarakat manusia.
Beberapa dampak utama meliputi:
Baca juga: Ilmuwan AS Usul Keringkan Stratosfer untuk Dinginkan Pemanasan Global
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya