Akan tetapi, dia memperingatkan bahwa data yang mendasarinya tidak menggambarkan gambaran lengkap.
"Peringatan utamanya adalah bahwa angka-angka ini sebenarnya tidak mencerminkan dampak yang sebenarnya terjadi, di komunitas miskin dan di negara-negara rentan," jelas Noy.
Baca juga: Pengurangan Produksi Daging Sapi di Negara Kaya Bantu Lawan Perubahan Iklim
Sebuah studi tahun lalu di mana Noy ikut terlibat di dalamnya memperkirakan, kerugian akibat cuaca ekstrem yang disebabkan oleh kerusakan iklim sebesar 143 miliar dollar AS per tahun.
Akan tetapi, penelitian tersebut masih terkendala oleh kesenjangan data, terutama dari wilayah Afrika.
"Sebagian besar dampak yang dihitung terjadi di negara-negara berpendapatan tinggi – di sanalah nilai aset jauh lebih tinggi, dan di mana angka kematian akibat gelombang panas dihitung jauh lebih besar," kata Noy.
Padahal, hilangnya rumah dan mata pencaharian di masyarakat miskin di negara-negara miskin lebih dahsyat dalam jangka panjang daripada kerugian di negara-negara kaya.
Baca juga: Citra Satelit Bisa Bantu Lindungi Hutan Pesisir dari Perubahan Iklim
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya