KOMPAS.com - Perusahaan-perusahaan terbesar di dunia semakin banyak mengintegrasikan kinerja ESG dalam gaji eksekutif dan dewan komisaris. Termasuk juga menunjuk pemimpin keberlanjutan yang berdedikasi.
Hal tersebut dilakukan karena mereka terus menetapkan tujuan iklim dan mempersiapkan persyaratan pengungkapan terkait keberlanjutan yang bersifat regulasi.
Kesimpulan itu didapat berdasarkan laporan baru yang dirilis oleh KPMG.
Dikutip dari ESG Today, Rabu (4/12/2024) Survei Pelaporan Keberlanjutan 2024 KPMG ini menganalisis laporan keberlanjutan dari 5.800 perusahaan di 58 negara dan yurisdiksi di seluruh dunia.
Baca juga:
Temuan laporan tersebut menyoroti perusahaan-perusahaan terbesar secara global, "G250," serta serangkaian perusahaan yang lebih luas berdasarkan wilayah, "N100," atau 100 perusahaan teratas di 58 wilayah.
Dari analisis tersebut, laporan menemukan bahwa perusahaan semakin menunjuk pemimpin yang berfokus pada keberlanjutan dan memberi insentif pada kinerja keberlanjutan mereka.
Menurut laporan, lebih dari separuh (56 persen) perusahaan G250 memiliki anggota khusus di jajaran direksi atau tim kepemimpinan yang bertanggung jawab terhadap masalah keberlanjutan, meningkat dari hanya 45 persen pada 2022.
Di antara perusahaan N100, sebanyak 46 persen memiliki pemimpin keberlanjutan yang berdedikasi, naik dari 34 persen pada tahun 2022.
Lebih lanjut, penggunaan pertimbangan keberlanjutan dalam pembayaran untuk jajaran direksi atau tim pimpinan telah meningkat menjadi 30 persen di perusahaan N100, sementara pada 2022 hanya sebanyak 24 persen.
Pada perusahaan G250, terjadi kenaikan tipis yakni dari 40 persen pada 2022 menjadi 41 persen pada 2024.
Meskipun peningkatannya lebih rendah untuk perusahaan G250, kelompok ini sangat dipengaruhi oleh perusahaan AS, yang benar-benar mengalami penurunan integrasi keberlanjutan dalam kompensasi dari 53 persen pada tahun 2022 menjadi 39 persen.
Kawasan lain sendiri mengalami pertumbuhan signifikan dalam kompensasi terkait keberlanjutan, dengan Eropa meningkat menjadi 34 persen perusahaan, naik dari 29 persen pada tahun 2022.
Sedangkan Asia Pasifik mencapai 33 persen, naik dari hanya 20 persen pada tahun 2022.
"Fakta bahwa ada lebih banyak pemimpin keberlanjutan dalam tim eksekutif di ruang rapat daripada sebelumnya adalah bukti nyata bahwa kami membuat kemajuan yang solid dalam perjalanan menuju transparansi yang lebih besar dan tindakan perusahaan yang positif untuk mengatasi tantangan lingkungan, sosial, dan tata kelola," ungkap John McCalla-Leacy, Kepala ESG Global di KPMG International.
Baca juga:
"Semakin banyak investor saat ini yang menganggap data non finansial sama seriusnya dengan data keuangan. Pandangan umum saat ini adalah bahwa bisnis yang mengukur dan melaporkan risiko ESG secara jelas dan mendalam cenderung mengelola risiko tersebut dengan lebih baik dan memberikan nilai jangka panjang yang lebih besar,” paparnya lagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya