KOMPAS.com - Mikro atau nanoplastik (MNP) merupakan polutan lingkungan baru yang muncul dan tersebar luas di berbagai ekosistem di seluruh dunia.
Partikel plastik dan serat dengan ukuran mulai dari 1 nanometer hingga 5 mikrometer ini tidak hanya merusak ekosistem laut tetapi juga menjadi masalah baru bagi ekosistem darat.
Sayangnya, penelitian tentang MNP darat tertinggal dari penelitian kelautan.
Peneliti dari Xishuangbanna Tropical Botanical Garden of the Chinese Academy of Sciences bersama kolaborator pun mencoba mengisi kesenjangan pengetahuan tentang dampak MNP terhadap ekosistem darat, terutama pada tumbuhan dan jaring makanan atas-bawah tanah (AG-BG).
Dikutip dari Phys, Jumat (3/1/2024) peneliti menemukan bahwa MNP banyak terdapat di ekosistem darat.
Baca juga: Hati-hati, Kantong Teh Bisa Sebarkan Mikroplastik dan Nanoplastik di Minuman
MNP terakumulasi secara biologis di seluruh tanaman dan biota AG-BG terkait, yang menyebabkan efek ekotoksikologi di berbagai tingkat trofik.
Setelah diserap oleh tanaman, MNP berinteraksi dengan herbivora, penyerbuk, dan mikoriza.
MNP kemudian juga berpindah lintas tingkat trofik melalui berbagai jalur potensial, dan dapat memengaruhi pola keanekaragaman hayati, proses ekosistem, dan multifungsi ekosistem.
Peneliti mengatakan, studi ekosistem terestrial sangat dibutuhkan untuk menilai sepenuhnya dampak ekologi MNP. Selain itu, perlu juga mengembangkan strategi mengurangi dampaknya terhadap tanaman dan jaring makanan yang saling berhubungan.
Studi ini dipublikasikan di Trends in Plant Science.
Imbas MNP tidak berhenti sampai situ saja. Dalam studi yang terpisah, penelitian yang dipimpin oleh Universitas Pertanian dan Kehutanan Zhejiang di Tiongkok melaporkan hubungan yang mengkhawatirkan antara MNP dan jaringan organ manusia.
Baca juga: Kendaraan di Dunia Lepaskan 6 Juta Ton Serpihan Mikroplastik Per Tahun
Masih dari Phys, Studi yang dipublikasikan dalam TrAC Trends in Analytical Chemistry tersebut mendokumentasikan partikel yang terdeteksi di kulit, arteri, vena, trombus, sumsum tulang, testis, air mani, rahim, dan plasenta.
MNP ditemukan pula dalam sistem pencernaan, dari air liur hingga feses, hati, dan batu empedu.
Sementara dalam sistem pernapasan, MNP ada di mana-mana, termasuk jaringan paru-paru, dengan serat mikroskopis yang umum dalam cairan lavage bronkoalveolar dan dahak.
Namun, yang lebih penting adalah penemuan kadar MNP yang cenderung lebih tinggi pada jaringan dengan lesi (kerusakan) daripada yang tidak.
Hal tersebut membuat peneliti menduga bahwa MNP berkontribusi terhadap peradangan, stres oksidatif, dan kerusakan sel, yang dapat menyebabkan atau memperburuk lesi jaringan.
Kemungkinan lain, lesi tersebut mengumpulkan lebih banyak MNP di area jaringan yang sudah rusak.
Penggunaan plastik sendiri terus mengalami lonjakan dari tahun ke tahun. Data mencatat ada pertambahan 1,5 juta metrik ton plastik pada 1950 menjadi hampir 390,7 juta pada 2021.
Dengan meningkatnya penggunaan dalam produk konsumen, polusi plastik mikroskopis yang beredar di tanah dan saluran air pun meningkat, yang akhirnya terakumulasi di lingkungan, jaring makanan, dan jaringan manusia.
Baca juga: Kerugian Ganda Insentif Pajak Industri Plastik: Pendapatan Negara Hilang dan Rusak Lingkungan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya